Artinya Laki-laki yang bertingkah laku berlebihan.
Tingkah berlebih baik secara verbal maupun non verbal bisa menjadi sangat tampak oleh para penonton di sisi lain.
Dari rayuan sampai cara berpakaian yang berlebih hanya semata-mata untuk menahlukan si wanita.
Kejujuran bertanggung Jawab adalah bagaimana masing-masing bisa saling membangun bukan mengantikan.
Artinya: Sombong (harta) tapi Botol (Bodoh dan Tolol)
Saat ini banyak masyarakat yang mendadak kaya, karena atas dasar kekayaan ini, kadang akhirnya diikuti dengan sikap sombong yang cenderung melecehkan orang lain. Namun sangat disayangkan adalah kesombongannya adalah hal yang melekat diluar diri, tidak diikuti dengan pengetahuan atau info yang memadai atau cenderung sangat jauh ketinggalan dan bisa dikatakan Botol.
Istri menyombongkan perhiasan didepan temannya, namun soal merawat suami dan anak sangat Botol.
Suami menyombongkan karier/kekayaannya namun soal melindungi istri dan anak sangat botol.
Artinya: Memburu hal kecil, kehilangan yang besar.
Hal inilah yang kemudian memberikan input secara terus menerus pada generasi ke generasi untuk akhirnya sangat terantung materialis..
Ukuran kwalitas hidup akhirnya pula disematkan berkwalitas atau tidak, dilihat bagaimana pencapaian materialis…
Karena “pengorbanan” dalam arti sebenarnya adalah kehilangan sesuatu yang baik demi sesuatu yang lebih baik, pada bahasa falsafahnya adalah mengambil kebijaksanaan.
Nah.. Falsafah diatas menujukan “ke-Botol-an” bukan kebijakan.
Kerakusan demi egoisme kenyamanan sering mengorbankan kehidupan keluarga.
Saling membangun keluarga, maka hal yang lain (materi) akan mengikuti.
Artinya: mengejar hal yang sia-sia.
Tips yang pernah diberikan adalah saat anda mengejar sesuatu materi, maka bersamaan itu buatlah kebajikan, maka itu tanda bahwa anda mengejar sesuatu dengan tidak sia-sia.. Jangan pula terbalik, melakukan kebajikan demi sesuatu.
Artinya: Menghindari Tanggung jawab.
Adalah kepasrahan yang semu jika sesuatu telah terjadi dan kita katakan pasrah saja, yang tentu kita lalu beranggapan: mau apalagi, memang sudah demikian adanya, pernyataan demikian justru menjerumuskan kita menjadi manusia yang tidak bertanggung jawab.
Namun yang sering kita jumpai justru pasrah ditaruh setelah ada kejadian yang sifatnya menderita, kita berseru:” ya.. Pasrah saja deh..” Yang mana ini adalah laku pasif yang menhindari tanggung jawab.
Wanita sering memposisikan diri atau diposisikan dalam kepasrahan semu (menghindari tanggung jawab) lantaran adanya budaya Patriakat (laki lebih unggul), akhirnya punya sikap mental bahwa hidup hanya jalani saja, pasrah saja, emang sudah demikian. Dan celakanya banyak para laki yang memanfaatkan cela ini, dan akhirnya berujung egoisme masing-masing.
Sikap baik pria dalam budaya patriakat harusnya mensetarakan wanita, dan parsa wanita harus mensejajarkan dalam kedudukan peran masing-masing, sehingga saat melangkah akan betul pasrah dan bertanggung jawab.
Namun murid juga di harapkan agar belajar untuk melakukan yang diajarkan, tidak hanya dari contoh laku yang diberikan.
Yang merasa tidak mengerti, agar belajar dan lakukan yang dimengerti saja. Bertanggung Jawab dimasyarakat adalah memiliki sikap mental untuk saling membangun dalam segala perbuatan yang akan dimulai.
Artinya: Kehilangan harta, tambah saudara.
Interaksi manusia sudah bergeser dari tujuan yang tadinya saling asah asih asuh, telah menjadi mencari komunitas yang sama, yang sewarna, atau membentuk kelompok elit.
Pertanyaannya adalah seberapa besar saya harus bermurah hati? Jawabnya adalah berikanlah sampai anda sudah mulai merasa keberatan (terbebani), dan tambahkanlah semangat lebih, melebih diatas keberatan.
Artinya: Terpengaruh jelek karena lingkungan yang jelek.
Kalau kita masih merasa bisa di pengaruhi, janganlah coba-coba untuk masuk suatu lingkungan yang mau kita rubah, karena kita akan terpengaruh dan berubah, apalagi lingkungan tersebut adalah lingkungan yang penuh kejelekan.
Induksi yang di terima manusia sepanjang hidupnya, mempengaruhi manusia dalam memiliki keinginan (impian) sampai kepada suatu tindakan. Lain halnya pada suatu saat manusia terbebas dari pengaruh atau induksi, dia sendiri yang mengambil keputusan secara sadar, yang benar maupun yang jahat.
Ada istilah di dunia marketing, orang sukses bergaul dengan orang sukses, orang gagal bergaul dengan pencundan… Ini juga sebagai gambaran bahwa karakter manusia sangat tergantung lingkungan yang mempengaruhi, atau lingkungan mempengaruhi manusia..
Baik secara langsung dan tidak maka mau tidak mau memang demikian itu terjadi, namun permasalahannya pengaruh kuat yang ke-4 yaitu dari dirinya sendiri yang apa adanya, suatu saat akan muncul, disaat itulah seseorang manusia memilih untuk tetap dalam pengaruh lingkungan atau menjadi berbeda (ngeli) positif dengan menyempurnakan pengertian dia (cara berpikir/kesadarannya) untuk menjadi unik tanpa pengaruh.
Artinya: “Kemalangan karena tindak anarkis sendiri”
Untuk itulah dibutuhkan suatu bentuk “Kesadaran” dan “Pengamatan” sehingga emosional tidak menjadi energi agresif yang mendorong terjadinya kemalangan pada diri sendiri yang terus menerus baik saat ini, sampai kedepan maupun kehidupan ini sampai kehidupan berikutnya.
Angkara Murka akan merusak Kesadaran Roh (Sukma) Sejatinya manusia, disebut merusak artinya mundurnya kesadaran akan kemanunggalan/Unity, lalu mundurnya welas asih/Budhi, lalu mundurnya kemampuan/potensi, dan akhirnya menjadi perusak.
Artinya: Hal buruk yang hanya bisa dirubah setelah mati.