Responsive Ad Slot

Tampilkan postingan dengan label Lentera. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lentera. Tampilkan semua postingan

Cinta Mati, Namun Istri Tetap Hidup Setelah Mencoba Bunuh Diri Bersama Suami

Tidak ada komentar

Sabtu, 16 September 2023


"Kalau aku mati, kamu juga mati," kata orang, itu adalah bukti cinta sejati. Padahal kalimat tersebut tidak benar, sebab mengakhiri hidup bukanlah bukti cinta. Jika cinta, seharusnya bisa berjuang bersama untuk melanjutkan hidup. 

Namun permasalahan yang terjadi dalam hidup setiap orang memiliki kadar berbeda. Suami istri ini memutuskan bunuh diri bersama, namun takdir tidak mengizinkan mereka sehidup semati.

Pasangan suami istri Melvyn and Wendy Zabrocki memutuskan untuk bersama-sama mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri, dilansir oleh dailymail.co.uk. Pada bulan November lalu, pasangan yang telah menikah selama 35 tahun tersebut meminum obat-obatan dan alkohol, sebelum mereka tidur malam. 

Pasangan yang tinggal di Kent tersebut bahkan meninggalkan pesan dalam sebuah surat untuk ketiga anaknya yang telah beranjak dewasa, beserta sejumlah uang dan kunci-kunci penting.

Namun takdir ternyata berkata lain, sang istri, Wendy Zabrocki, justru selamat dari percobaan bunuh diri tersebut. Pada keesokan harinya, ia bisa terbangun dari tidur, sementara suaminya terbaring di sampingnya dan sudah tidak bernyawa. Dengan harapan sang suami masih bisa diselamatkan, Wendy sempat menghubungi rumah sakit dan meminta mereka untuk mengirimkan ambulan. Namun ia terlambat, Melvyn sudah tidak dapat diselamatkan.

Ikut Bunuh Diri Sebagai Bukti Cinta Pada Suami

Melvyn telah mengalami depresi berat selama 30 tahun terakhir. Mungkin karena alasan itu pula ia berniat untuk mengakhiri hidupnya. Melvyn sebelumnya menceritakan rencana untuk mengakhiri hidupnya tersebut kepada istrinya, dan ia juga berkata, jika Wendy tidak ingin mati bersamanya, ia akan tetap mengakhiri hidupnya sendiri. Karena besarnya rasa sayang pada suaminya, tentu saja Wendy tidak membiarkan suaminya melakukan hal itu sendirian.

Wendy mengaku ia bisa mengingat saat ia pergi tidur pada malam sebelumnya, lebih cepat dari biasanya. Ia juga ingat saat ia bangun pada pagi hari dan merasa tubuhnya tidak sehat. Lalu ia mengaku tidak ingat apa-apa lagi selain ia menemukan suaminya yang sudah tidak bernyawa.

Memang tidak ada saksi dalam kejadian tersebut, namun pihak berwajib menyatakan bahwa surat yang ditinggalkan merupakan bukti bahwa Merlyn meninggal dunia karena keinginannya sendiri.

Para tetangga sangat menyayangkan hal ini dan sama sekali tidak menduga hal seperti ini akan menimpa pasangan suami istri yang dikenal rukun dan hubungan keduanya sangat dekat ini. Mereka juga dikenal sebagai tetangga yang pendiam.

Atas nama cinta, pasangan ini berniat untuk sehidup semati, dan rela mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis. Namun takdir berkata lain. Semoga Wendy bisa menjalani kehidupan yang lebih baik dan lebih tegar meskipun kini suaminya telah tiada. Dan semoga hal ini tidak dialami oleh pasangan lain serta pembaca semua.




Kutemukan Jasad Suamiku Yang Sudah Membeku

Tidak ada komentar

Selasa, 05 September 2023


Malam semakin larut dihiasi mendung yang bergelayut hitam, suara binatang malam bersahutan membisikan harmoni kehidupan. Malam yang terasa lebih panas bagaikan merayap sangat lambat. 

Mata ini belum juga bisa terpejam, pikiranku melayang tak jelas rimbanya. Ada yang mengganggu bawah alam sadarku, entah apa? Kupejamkan mata  untuk yang kesekian kalinya, kubaca Ayat-ayat Illahi yang sudah kuhafal.

Tutt….tutt….tutt….. suara ponselku nyaring membuyarkan bawah alam sadarku yang baru baru saja beralih ke alam mimpi.

“Assalamu’alaikum… Mba Ratih? “ suara dari seberang sana yang tersengal-sengal.
“Wa’alaikumsalam… iya Saya Ratih,“ jawabku sambil mengucek-ngucek mata yang sempat terlelap sekejap.

“Mba Ratih yang sabar ya Mas Arif kena musibah,“ lanjut orang disebrang sana, entah siapa, aku tidak mengenalnya.

“Apa?“ tanyaku tak percaya, kuusap wajahku, apa ini mimpi? Kucubit pipiku, terasa sakit, oh ini kenyataan, Aku tidak sedang bermimpi.

“Apa mas ? tolong diulang!“ pintaku, sudah dalam kesadaran penuh.
“Mas Arif mengalami kecelakaan mba, tadi ba’da isya motornya dilanggar lori, sekarang sudah dibawa ke rumah sakit,“ jelas penelpon masih dengan suara tersengal-sengal.

“Innalillahi wa innailaihi roji’un,“ lirih kubergumam. Baru ba’da magrib tadi aku ngobrol dengan suamiku. Dia mengabarkan akan segera pulang. Dia menanyakan aku mau dibawakan oleh-oleh apa, Syifa anak kami begitu riang menjawab telpon ayahnya.

“Hallo..hallo… mba… mba Ratih,“ suara diseberang sana membuyarkan lamunanku.
“Iya mas, ini Saya,“ sahutku agak mengeraskan suara.
“Mba harus lebih sabar, Mas Arif lukanya sangat parah, dan….” Suara orang itu tertahan.

“Dan apa mas ? bagaimana kondisi Mas Arif sekarang?“ kejarku. Aku begitu cemas dengan kondisi suamiku. (Baca juga : 6 Tips Mudah Mencegah Kolesterol Tinggi )
“Ya Rabb, selamatkanlah suami hamba, ayah anak hamba ini,“ doaku dalam hati.

Lama tak terdengar jawaban, rupanya sambungannya sudah terputus. Aku menunggu berita selanjutnya dalam kecemasan yang luar biasa. Kulirik jam dinding sudah menunjukan pukul 12 malam.

Mas Arif. Lelaki penyabar yang pernah kukenal, selama tujuh tahun kami mengarungi pernikahan tak pernah Mas Arif marah padaku. Dia pun lelaki yang bertanggung jawab dan sangat menyayangi putri semata wayang kami.

Tatkala perusahaan tempatnya bekerja gulung tikar, Mas Arif segera pontang-panting mencari kerja. Namun sayang usahanya belum membuahkan hasil. Dia pun mencoba membuka usaha sendiri, namun mengalami kerugian. Kondisi itulah yang memaksanya mencari peruntungan di negeri jiran.

Mas Arif bekerja di perkebunan kelapa sawit, setiap enam bulan sekali Mas Arif pulang menjenguk kami. Tempat tinggal kami di pulau Batam memudahkan Mas Arif untuk pulang dengan ongkos yang terjangkau.

Tutt…tuttt….tuttt suara ponselku kembali berdering, cepat-cepat aku angkat.
“Hallo, Assalamu’alaikum..,” terdengar suara orang yang tadi menelponku.

“Ya Wa’alaikumsalam… gimana kondisi Mas Arif?“ aku langsung menyerbunya dengan pertanyaan, sungguh aku tak sabar mendengar kabar Mas Arif.
“Mba Ratih yang sabar ya, karena lukanya sangat parah, Mas arif tidak bisa diselamatkan, Mba.“

Bagaikan godam mengahantam telingaku, aku merasa pusing dan langsung lunglai.
“Mas Arif meninggal di tempat kejadian, sekarang jasadnya masih di rumah sakit, “ lanjutnya, memberi penjelasan.

“Pihak agen minta kepastian keluarga, apa jasad Mas Arif mau dimakamkan disini atau dibawa pulang?“

Aku tak mampu menjawab pertanyaan itu, sedih, bingung, dan berjuta rasa lain menyergapku.

“Kalau ingin prosesnya cepat harus ada keluarga yang datang kesini, Mba,“ lanjutnya. Aku diam saja.

“Kalau ga ada keluarga bisa berbulan-bulan mba,“ lanjutnya lagi memberi ketegasan.
“Mba, saya mengerti perasaan Mba, tapi agen minta jawaban secepatnya,“ desaknya lagi.

“Iya Mas saya akan datang, saya akan jemput Mas Arif besok,“ jawabku lirih. Selanjutnya terdengar sambungan telpon terputus.

Sepanjang malam yang terasa begitu lama, tak sedetik pun Aku mampu memejamkan mata. Menangis, itulah yang aku lakukan sepanjang malam. Kehilangan kekasih hati rasanya begitu berat, separuh jiwaku rasanya ikut terbang.

Aku sadar tak boleh terlalu lama terbenam dalam duka, aku harus segera bangkit. Jasad Mas Arif menungguku, kewajibanku terbesar sekarang memberikan hak pada jasadnya. Tapi aku bingung bagaimana caranya bisa sampai kesana? Untuk ongkos saja aku tidak punya, uang dalam dompet hanya tinggal beberapa ribu. Pasport pun aku tidak punya. Kebingungan menyergapku.

Tutt…tutt…tutt…. Ponselku berdering, cepat-cepat aku angkat. Terlihat sebuah nama yang tak asing lagi muncul di layar ponselku.

“Assalamu’alaikum… Mba Ratih yang sabar ya,“ suara bu Nurjanah, sahabatku sekaligus atasanku terdengar lembut menyejukan.

“Wa’alaikumsalam, jazakillah perhatiannya Bu, mohon maaf hari ini saya izin tidak bisa ngajar, “ jawabku dengan suara serak.

“Iya Mba ratih enggak apa-apa, gimana rencana Mba Ratih selanjutnya?” tanya Bu Nurjanah.

“Saya ingin mengurus pemakaman suami, Bu, kalau bisa ingin di makamkan di sini,“ jawabku.

“Tapi saya sangat bingung sebab tidak ada uang dan tidak punya passport,“ lanjutku lagi dengan nada pasrah.

“Jangan khawatir, Mba, saya dan suami akan bantu, semoga ada jalan keluar, secepatnya saya kabari lagi ya,“ ibarat diguyur hujan di tengah padang pasir mendengar penuturan Bu Nurjanah.

Tengah hari baru ada kabar dari Bu Nurjanah. Dana untuk perjalanan kami sudah beliau dapatkan, entah darimana. Bu Nurjanah memintaku untuk tidak memikirkannya. Karena aku tidak punya Pasport maka harus buat SPLP (Surat Perjalanan Laksana Paspor).

Sekitar jam 16.00 semuanya baru kelar. Kami pun berangkat dengan menggunakan kapal Ferry.  Syifa tidak  diajak, aku titipkan di rumah seorang kawan yang kupercaya.

Setelah dua jam terombang-ambing di atas lautan, kami pun sampai di pelabuhan Stulang Laut Johor Malaysia. Kami dijemput seorang pria kenalan dari suami Bu Nurjanah. Karena hari sudah malam, kami tidak bisa langsung ke rumah sakit tempat suami disemayamkan.

Kami menginap di rumah kenalan Bu Nurjanah. Alhamdulillah  diterima dengan sangat baik dan ramah oleh Pak Rahmat bersama istrinya. Kami pun dijamu makan malam.

Esok paginya kami langsung meluncur ke rumah sakit. Aku ingin secepatnya melihat jasad Mas Arif. Perjalanan memakan waktu hampir dua jam, jaraknya cukup jauh. Kami melintasi berhektar-hektar kebun sawit.

Sesampainya di Rumah Sakit aku kecewa. Aku tidak diperkenankan melihat jasad Mas Arif oleh pihak rumah sakit. Kami harus mengurus surat-surat pernyataan bahwa aku adalah ahli waris keluarganya. Kami pun kembali meluncur ke kantor KJRI Johor. Cukup lama  mengurus surat-surat itu. beruntunglah Pak Rahmat dikenal baik di KJRI sehingga mempermudah pembuatan surat-surat yang aku butuhkan.

Setelah surat-surat dari KJRI selesai, kami pun langsung kembali ke rumah sakit. Hatiku berdebar keras ketika  diajak oleh petugas rumah sakit menuju ruang jenazah tempat Mas Arif disemayamkan.

Perlahan petugas menarik belangkar, tampaklah wajah seorang lelaki dewasa dengan bekas darah yang sudah mengering membasahi rambutnya. Wajahnya begitu sejuk dan tak asing bagiku, dia adalah Mas Arif, suamiku, belahan jiwaku, tempat aku menggantung segala asa dan harapan.

Kupegang tangan dan keningnya terasa dingin membeku, perih rasa hatiku mendapati jasad Mas Arif sudah membeku. Aku bertekad ingin segera memakamkan Mas Arif, tak tega rasanya membiarkan jasadnya terlalu lama di dalam mesin pendingin.

Kami pun mengadakan musyawarah bersama majikan Mas Arif. Intinya Mas Arif tidak bisa dibawa pulang karena biayanya sangat mahal, jujur aku tak sanggup menanggungnya. Majikan Mas Arif menawarkan supaya Mas Arif dimakamkan di tempat pemakaman umum dekat kebunnya. Aku pun setuju, yang penting Mas Arif segera dimakamkan.

Karena hari sudah malam, maka pemakaman baru bisa dilaksanakan esok hari. Aku sempat mengemasi barang-barang Mas Arif di tempat tinggalnya. Sebuah rumah gedek dari kayu di tengah hutan sawit. Mas Arif rela bertahun-tahun tinggal di tempat seperti ini demi keluarganya. Hatiku nelangsa.

Kudapati sebuah tas kecil yang dibawa Mas Arif ketika kecelakaan terjadi, biasanya di dalamnya ada Hp dan uang yang sudah ditukar. Tapi semuanya raib, entah siapa yang begitu tega mengambilnya dari jenasahnya. Di dalam lemarinya kutemukan buku kecil, ada catatan Mas Arif tentang banyak hal. Di lembar tengah tersembul foto kami bertiga. Semakin nelangsa.

Sedikit demi sedikit tanah merah menutupi jasad Mas Arif yang terbungkus kain kafan, ada goresan luka di hati yang semakin menganga. Namun tak ada lagi air mata yang bisa menetes.

“Aku ikhlas Mas melepasmu, semoga Allah menempatkanmu di tempat yang terbaik di sisi-Nya, Engkau meregang nyawa setelah sholat berjama’ah, bekas air wudlu masih nampak diwajahmu hingga jasadmu membeku. Engkau menghadap-Nya takala mencari nafkah halal untuk keluargamu, tak satu sen pun hutang kau tinggalkan, tak sedikit pun cela kau torehkan, Mas Arif semoga kita dipersatukan kembali di dalam jannah-Nya suatu hari nanti….. Amin”




Setelah 6 Tahun Kusadari Bahwa Hidup Itu Berharga

Tidak ada komentar

Kamis, 31 Agustus 2023


Banyak yang percaya bahwa salah satu tujuan seseorang menjalin hubungan percintaan adalah untuk menikah. Namun sebelum pernikahan terjadi, bukan hanya upacara dan pesta pernikahan saja yang harus dipersiapkan. 

Kemantapan hati dan siap menjalani segala pertimbangan yang sudah dipikirkan sebelumnya adalah salah satu hal yang juga harus dipikirkan matang-matang. Nampaknya, hal itu yang belum dipersiapkan oleh calon suami dari Cyndi Maisonneuve, hingga ia membatalkan pernikahannya di jam-jam terakhir. 

Bagaimana bisa? Cyndi Maisonneuve membagikan kisahnya pahitnya tersebut dan bagaimana ia menghadapi hidupnya kemudian melalui dailymail.co.uk seperti berikut ini.

Cyndi bertemu dengan pria tersebut pada tahun 2007, saat Cyndi berusia 23 tahun. Cyndi tinggal di Toronto, sedangkan kekasihnya, yang dirahasiakan identitasnya, tinggal di Ontario, berjarak 2 jam perjalanan dari Toronto. Jadi bisa dikatakan keduanya menjalani hubungan jarak jauh, dan hanya bertemu saat akhir pekan. "Dia menarik, bertutur kata baik, dan baik hati. Tentu saja dia punya kekurangan, namun selebihnya ia adalah seorang pemain golf profesional yang memiliki minat sama denganku,", kata Cyndi.

Hubungan mereka mengalami kemajuan pesat dalam waktu singkat. Setelah 6 bulan menjalin hubungan, sang kekasih melamar Cyndi dalam perjalanan liburan mereka di Hawaii. Cyndi menerima lamarannya, dan mereka membeli rumah bersama di Toronto, dekat rumah orang tua Cyndi. Mereka pun mulai merencanakan pernikahannya.

"Dia ingin terlibat dalam segala hal. Namun kami memutuskan untuk menggelar pernikahan di pantai, di tempat yang bersejarah bagi kami, Hawaii. Aku tidak mau menggelar pernikahan di lapangan golf karena aku memiliki keluarga yang sangat besar, sedangkan ia tidak. Rencana pernikahan itu lebih banyak memenuhi keinginanku daripada keinginannya,", jelas Cyndi.

Malam sebelum pernikahan digelar, Cyndi sama sekali tidak gugup dan tidak memiliki ketakutan apapun terkait pernikahannya. Meskipun tidak memiliki hubungan yang baik dengan saudara perempuan kekasihnya, Cyndi cukup dekat dengan saudara perempuannya. Ia bahkan berkata pada saudaranya itu, ia akan menikahi "sahabatnya" yang merupakan "seorang pria yang luar biasa".
Lalu, hari besar yang mengerikan itu datang..

Saat Ia Tiba-tiba Mencampakkanku...

Hari besar itu pun datang. Tepat satu jam sebelum upacara pernikahan dimulai, sang kekasih mendatangi Cyndi dengan berlinangan air mata. "Aku berdiri dengan mengenakan gaun pengantin serta kerudung sudah terpasang di rambutku. Ia berkata 'aku tidak bisa menikah denganmu'. 

Pada awalnya dia tidak berani mengatakannya padaku secara langsung. Ia sempat meminta para pengiring pengantin untuk memberitahuku, namun mereka tidak mau melakukannya,", kenang Cyndi.

Cyndi tidak meminta penjelasan apa-apa dari kekasihnya, dan meminta pria itu pergi. Para pengiring pengantin pun bertugas mengabarkan berita ini pada perencana pernikahan serta para tamu undangan. "Aku merasa dipermalukan. Rasanya seperti ditikam dari belakang. Dia bahkan sudah mengemasi barang-barangnya saat rambutku sedang ditata,", cerita Cyndi.

Cindy
Cyndi menyebut waktu-waktu yang ia lalui selanjutnya sebagai "waktu brutal". Ia memilih berjalan-jalan di pinggir pantai untuk "kabur" dari masalah ini. Ia bahkan tidak bisa makan, dan harus minum obat tidur agar bisa tidur. Ia juga memilih untuk tinggal di tempat itu untuk sementara waktu, dan melupakan sakit hatinya ditemani para pengiring pengantinnya.

"Aku beruntung punya teman dan keluarga yang mendukungku. Teman-teman dan saudaraku sebisa mungkin mengalihkan perhatianku dari apapun tentang pria itu. Sementara orang tuaku membantuku pindah dari rumah yang kami beli bersama, dan kembali ke rumah mereka,", tambahnya.

Beberapa minggu kemudian, saat pulang kembali ke Kanada, Cyndi bertemu dengan mantan kekasihnya tersebut. Dan parahnya, pria itu meminta Cyndi untuk hidup bersamanya, namun mereka tidak perlu menikah. "Aku berpikir 'pria ini pasti bercanda'. Aku juga mengatakan padanya bahwa aku sudah tidak tertarik lagi padanya. Apakah aku pernah mencintainya? Tentu saja, tapi luka ini membuatku mampu melupakannya,", aku Cyndi.

Pria itu mengaku bahwa alasan di balik ia membatalkan pernikahan adalah karena ia tidak ingin mempunyai anak, sedangkan Cyndi ingin punya anak. Merasa dipermalukan dan patah hati, Cyndi menyibukkan diri dengan bekerja dan liburan. Ia memutuskan kontak dengan mantan kekasihnya, dan lebih fokus menghadapi masa depan. 

Tiga tahun kemudian, ayah Cyndi meninggal dunia karena serangan jantung. Hal itu membuat Cyndi menyadari bahwa hidup itu berharga.  Cyndi mampu lepas dari trauma, tanpa dendam dan tanpa menuntut balas..

Hal Itu Membantuku Menjadi Lebih Baik!

Sekarang, setelah 6 tahun berlalu, Cyndi menanggapi insiden yang ia alami itu dengan sudut pandang positif. "Aku rasa kejadian itu membentuk aku menjadi diriku yang sesungguhnya. Setiap kali Anda menghadapi masalah, pasti ada pelajaran hidup yang bisa diambil. 

Kejadian dengan mantan kekasihku membuat aku menemukan jati diriku yang sebenarnya. Bukan hanya itu, aku juga jadi tahu apa yang aku inginkan dalam hidup ini, dan apa yang layak didapatkan pasanganku dari aku, serta sebaliknya,", kata Cyndi bijak.

Saat ini Cyndi sudah memiliki kekasih baru, pria yang menurutnya luar biasa. Namun belum ada rencana pernikahan bagi keduanya. "Aku sedang menjalin suatu hubungan sekarang, dan aku masih sering berpikir 'apa aku layak untuknya'? Tentu saja aku berusaha mengubah pemikiran itu. Tentu saja aku layak mendapatkan pria yang luar biasa. 

Aku adalah wanita yang luar biasa! Sekarang setelah tahu apa yang aku mau, aku juga menjadi lebih tahu bagaimana cara menjadi kekasih yang lebih baik, atau istri yang baik suatu hari nanti. Tapi tentu saja aku tidak akan menerima lamaran yang datang dalam waktu 6 bulan pacaran! Apa yang terjadi di masa lalu, sudah tidak terasa sakit lagi sekarang. Aku bahkan bisa menertawakannya,", canda Cyndi.

Waktu akan menyembuhkan luka. Begitu juga dengan memaafkan. Melalui kisah ini, kita mendapatkan satu bukti lagi bahwa segala sesuatu terjadi karena suatu alasan. Apa yang dilalui Cyndi membuat ia menemukan jati diri yang sesungguhnya dan mampu menjadi wanita yang lebih baik. Masalah luka dan sakit hati, jika memaafkan lebih indah, Anda sama sekali tidak perlu memberikan balasan. Semoga Cyndi dan pembaca semua hidup bahagia dengan cinta sejati Anda.




Kita Nggak Sadar Bahwa 10 Kebohongan Ini Justru Mempercayainya

Tidak ada komentar

Minggu, 27 Agustus 2023


Dunia adalah panggung sandiwara. Itulah pepatah yang sering kita dengar. Dalam kehidupan, kebenaran dan kebohongan hidup secara berdampingan. Meskipun kebohongan adalah suatu tindakan tercela. Tapi, tak selamanya kebohongan dapat melunturkan kepercayaan. Terdapat 10 kebohongan yang entah mengapa kita mempercayainya.

Berikut Inilah 10 kebohongan yang Entah Mengapa Kita Mempercayainya

1. Hidup sendiri akan kesepian

Jangan percaya kebohongan yang satu ini. Hampir semua orang takut jika ia hidup sendiri, tanpa pasangan. Namun, pada kenyataannya kesendirian tidak membuat kita merasa kesepian. Bahkan mempunyai pasangan juga tidak menjamin kebahagiaan. Lebih baik hidup sendiri daripada menjalani hubungan yang tidak cocok. Apresiasi segala hasilmu agar kamu bisa hidup dengan rasa syukur bersama teman-teman dan keluarga yang lain.

2. Kebahagiaan hanya bisa didapatkan jika segala keinginan telah terpenuhi

Tidak selamanya terpenuhi harapan bisa memberikan kebahagiaan dalam hidup. Kita butuh untuk bersyukur dan bersabar dalam menjalani kehidupan. Tekad yang kuat dalam menggapai impian terkadang kita lupa untuk bersyukur atas nikmat yang telah kita miliki, meskipun itu kecil.

3. Terlihat buruk menunjukkan orang yang buruk pula

Manusia mempunyai takdir masing-masing dalam menjalani kehidupan. Ada beberapa orang yang terlihat buruk karena gagal dalam melakukan perjuangan hidup. Namun, terlihat buruk belum tentu sebenarnya buruk. Apabila kita mempunyai banyak waktu membicarakan keburukan orang, maka sebenarnya kita mempunyai banyak waktu luang yang bisa kita gunakan untuk hal yang lebih bermanfaat.

4. Jalani hidup dengan seperti ini

Tak ada yang dapat menyakiti diri kita kecuali diri kita sendiri. Terkadang kita terlalu malu untuk menjalani apa yang ingin dijalani. Padahal kita mempunyai kebebasan dalam menentukan pilihan. Jangan terlalu kaku untuk menjalani hidup hanya dengan satu cara. Oleh karena itu nikmatilah hidup sebagaimana mestinya. Lakukanlah hal-hal yang memang ingin kamu lakukan secara jujur. Selagi itu tidak menentang aturan yang ada.

5. Hidup harus seperti orang lain hidup

Hal ini adalah kebohongan yang sering dipercayai, setiap manusia mempunyai jalan hidupnya masing-masing. Membandingkan diri dengan orang lain akan membuat hidupmu akan terasa selalu kurang. Oleh karena itu, yang terpenting bukan melebihi orang lain, tapi melebihi diri kita sendiri di hari kemarin.

6. Kehidupan yang indah adalah seperti ini

Pagi hari adalah waktu terpenting untuk membangun mood dalam menjalani hidup yang indah. Oleh karena itu, kita harus meyakinkan diri kita sendiri bahwa hari ini akan menjadi hari yang paling indah. Dan hal ini dilakukan sepanjang hari, cukup simpel kan.

7. Menghindari hari yang terasa sulit

Menghindarkan diri dari masalah bukanlah cara yang tepat untuk merasakan kebahagiaan. Terkadang kita membutuhkan situasi dimana kita berada di bawah, agar kita bisa menghargai setiap usaha dan kegagalan yang pernah terjadi.

8. Orang yang kuat berarti tidak pernah merasakan sakit

Orang yang kuat bukan tidak merasakan sakit, tapi menerima sakit. Ia menerima kegagalan tapi tidak untuk menyerah. Bahkan mereka menjadikan rasa sakit sebagai motivasi untuk mendorongnya menjadi lebih baik lagi.

9. Berpura-pura baik merupakan hal yang wajar

kebohongan yang bisa membuat Anda mempercayainya adalah dengan berpura-pura. Sebelum kita mengatakan rasa cinta, terima kasih, minta maaf atau ungkapan lainnya, hendaknya kita meresapi terlebih dahulu katan-kata tersebut. Sehingga saat kita mengucapkannya, kata tersebut akan masuk ke dalam jiwa lawan bicara kita.

10. Bermimpi dapat membuang-buang waktu

Mimpi adalah sesuatu yang tidak nampak pada mata. Karena mimpi berawal dari khayalan yang ingin kita raih. Apabila kita tidak mengimbanginya dengan usaha, maka mimpi itu akan membuang-buang waktu saja.

Demikian inilah 10 kebohongan yang entah mengapa kita mempercayainya. Jika memang kebohongan itu menjadikan pribadi kita lebih pesimis dalam menghadapi hidup maka tinggalkanlah kebohongan itu, jangan lagi mempercayainya.





Suami Sibuk Mancing, Aku Sibuk WA dan Medsos, Perselingkuhan pun Terjadi

Tidak ada komentar

Sabtu, 19 Agustus 2023


Kenalkan namaku Lita (nama samaran), aku sudah menikah 11 tahun lamanya, dan selama 11 tahun itu aku lebih banyak di rumah, menderita karena kelakuan suami yang super cuek.

Semuanya berawal dari suamiku yang selalu sibuk dengan hobby nya memancing dan tidak perduli sama keluarga kecilnya, aku dan tentu saja dua anak kami yang masih kecil-kecil.

Saking sibuknya, aku menjalani hidupku hanya dengan WA dan facebook, tidak ada lagi canda tawa atau bincang-bincang mesra dengan suami seperti dulu di awal pernikahan kami.

Dari WA dan facebook itulah aku punya banyak teman pria dan tanpa aku sadari aku pun jadi cuek sama suamiku.

Dan kejadian itu pun terjadi, kami akhirnya bertengkar hebat, suamiku mengusir aku dari rumah, menarik aku dengan paksa hingga kepalaku pun terbentur bengkak membiru, belum lagi aku ditendang dari pintu hingga tercampak ke depan pagar.

Betapa malunya aku sama tetangga waktu itu, saat itu juga aku pulang kerumah orang tuaku, sakit sekali rasanya hati ini, bertahun tahun aku setia sama dia tetapi perlakuan dia seperti ini kepadaku.

Apa aku salah karena telah mencuekin dia, bukankan ini juga lantaran aku kesal dan sakit hati karena dia juga gak ada pedulinya sama sekali kepadaku dan anakku.

Dan rasanya lebih sakit lagi ketika aku tahu suamiku sering membohongiku. Ternyata selama ini setiap tahun, THR yang dia kasih padaku hanya setengahnya dari yang dia dapat, hancur sekali hati ini, apa gunanya aku sebagai istri kalau dia membohongi aku.

Sangking kecewanya akhirnya aku minta cerai sama dia, aku tidak ingin hidup terus-terusan seperti ini. Lebih baik menjadi single parent ketimbang menjadi bulan-bulanan suami yang tidak jujur. Sayangnya sekuat apapun aku menuntut cerai, suamiku gak mau cerai dari aku.

Dan sekarang, karena sakit hati akhirnya aku menjalin hubungan gelap dengan teman bbm ku, tapi kami tidak pernah berjumpa, dia sangat perhatian dan sayang sekali sama aku, karena dia hari hariku jadi bersemangat. Sudah setahun lamanya kami berpacaran melalui bbm dan via telepon.

Yang aku ingin tanyakan kepada teman teman semua pantaskah aku meninggalkan suamiku demi laki laki yang ada di bbmku? rencananya aku mau kabur sama dia dan membawa anak anak ikut sama dia, mohon masukannya. ***

Seperti diceritakan kawan Lita ke redaksi .



Gadis Ini Rela Menikah Dengan Siapapun Yang Dapat Membantu Pengobatan Kakaknya

Tidak ada komentar

Jumat, 18 Agustus 2023

Sang adik berdiri di samping kakaknya, sambil membawa papan tulisan.

Ketulusan dan pengorbanan seorang adik, yang ingin melihat senyuman tetap ada di wajah kakaknya, sedangkan ia sendiri menyembunyikan air matanya dari wajahnya.

Seperti dilansir dari chinadaily.com.cn, seorang wanita berusia 24 tahun dari provinsi Yunnan, China bersedia menikahi siapa saja, yang mau memberikan bantuan, demi kesembuhan kakaknya.

Kakak laki-lakinya, menderita leukimia dengan komplikasi pasca operasi. Leukimia atau yang lebih dikenal sebagai kanker darah, merupakan penyakit pada darah, atau sumsum tulang, yang ditandai oleh, perkembangan sel darah putih secara tidak normal.

Keluarga wanita ini tidak mampu untuk membayar tagihan medis. Total semua biaya tagihan ini sangat besar. Mereka membutuhkan 300.000 yuan atau sekitar Rp 600 juta rupiah.

Keterbatasan biaya, membuat wanita ini memutar otak mencari cara, demi mendapatkan uang untuk pengobatan kakaknya. Akhirnya, wanita ini rela menikahi siapa saja yang mau memberikan bantuan.

Sang kakak membantu adiknya mengenakan baju pengantin | foto: copyright chinadaily.com.cn

Dibantu kakaknya, wanita ini mengenakan baju pengantin. Kemudian pada hari minggu kemarin, mereka berdiri di depan stasiun kereta api Kunming, provinsi Yunnan, China.

Wanita ini berdiri di samping kakaknya. Dia membawa papan berisikan tulisan. Dalam tulisan tersebut, terdapat biodata si wanita, beserta foto, dan no hp yang bisa dihubungi.

Belum diketahui, apakah sudah ada orang yang mau memberikan sumbangan. Berita tersebut, juga di unggah ke Facebook oleh sebuah kantor berita China.

Banyak yang memberikan komentar. Seorang wanita bernama Vanessa Cherrie, mengatakan jika wanita tersebut sudah sangat putus asa. Dia rela menikah demi uang. Saya kagum dengan kesungguhannya, untuk membantu sang kakak. Benar-benar saudara sejati.

Semoga saja ada orang yang mau membantu mereka, untuk menyumbang tanpa pamrih. Pemerintah juga seharusnya memberikan perhatian terhadap masyarakat kurang mampu. Mereka harus mendapatkan fasilitas kesehatan yang layak.



Anak Pengemis Yang Malang

Tidak ada komentar


Perempuan ceking dengan topi belel menutupi kepala sampai keningnya, wajahnya yang legam berlubang seperti bekas cacar. Sosok itu kembali mengetuk jendela mobil kami yang berhenti di lampu merah. Suami menyodorkan uang recehan. 

Aku mendongak, mengintip anak dalam gendongannya yang terlelap. Anak sekitar usia 5 tahunan dengan kulit tak kalah legam dari perempuan itu. Ketika mobil mulai bergerak, mataku tetap mengekor mengikuti sosok pengemis itu. Tampak kaki anak itu menjuntai panjang.

Anak sebesar itu kenapa digendong-gendong? pastinya berat," kataku setengah mendengus.

"Justru itu senjatanya, biar orang-orang iba," jawab suamiku, santai.

Pandanganku menyapu jalanan yang dilalui mobil, tapi pikiranku tetap membuntuti perempuan pengemis itu. Wajahnya yang dingin tanpa ekspresi seperti menyimpan misteri tersendiri. Siapa dia? kenapa harus sampai mengemis dan bawa anak pula? berjuta pertanyaan merayapi isi kepalaku. Dan semuanya tak menemui jawaban.

Pada hari yang lain, kami kembali mendapat ketukan halus dari seorang pengemis perempuan. Aku yang bersandar di kursi langsung duduk tegak dan memandang perempuan itu tajam. Oh, ternyata perempuan yang berbeda. Tapi... tunggu! anak yang dalam gendongannya sama, ya sama. 

Aku bisa pastikan anak itu sama. Aku mencegah suamiku memberi uang untuk sesaat. Aku masih ingin mengamati perempuan dan anak dalam gendongannya. Lekat-lekat kulihat, anak itu memang sama. 

Lalu perempuan ini siapa? ibunya? Lalu kalau di ibunya, siapa perempuan yang tempo hari menggendongnya. Berbagai analisa memberondongku, tapi semuanya sumir. Dan perempuan itu pun bergegas berlalu begitu menerima uang dari suamiku.

"Kok perempuannya beda?" gumamku.
"Iya, masa harus sama?" pungkas suamiku.
"Tapi, anaknya sama!" jawabku, sambil menggigit bibir.
"Masa sih? salah lihat kali," bantah suamiku.
Aku diam saja, malas berdebat dengannya.

Di hari minggu yang cerah, kami sekeluarga berolah raga di GOR. Selesai olah raga, kami pun menikmati lontong sayur dan sate ayam. Selesai makan, suami dan anak-anak lelaki bermain sepeda. Sedangkan aku bersama putriku memilih menyusuri lapak pedagang yang memenuhi badan jalan. Aku bermaksud mencari kaos untuk anak-anak.

Pada saat sedang asyik memilih kaos, pundakku ada yang menyentuh. Spontan kumelirik. Aku sontak kaget. Ternyata yang menyentuh pundakku seorang pengemis perempuan dengan topi dikepalanya yang menutup sampai dahi, wajahnya dipenuhi totol-totol bekas cacar. 

Aku terpana sesaat. Kulihat anak dalam gendongannya, masih anak yang sama dan dia terlelap. Aneh, sudah siang begini anak itu masih tidur. Cepat-cepat kubuka dompet. Perempuan berwajah misterius itu, sedikit menggerakkan bibirnya. Kusodorkan uang seribu, sambil tersenyum manis padanya.

"Mba, anaknya kenapa? kok masih tidur?" selidikku.
"Iya, Bu, anak saya lagi demam," jawabnya sambil memandang uang di tanganku.
"Oh, demam, sudah dikasih obat?" tanyaku, sambil melihat lebih dekat anak dalam gendongannya.

"Sudah, Bu," jawabnya cepat sambil membuang muka.
"Kalau sakit, kenapa dibawa-bawa, Mba, kasian dia," lanjutku.

Perempuan itu memandangku, tidak suka. Setelah mengambil uang di tanganku ia bergegas balik badan dan berjalan cepat.

"Mba tunggu, sini saya antar ke dokter," aku mencoba mengejarnya.

Kami semakin dekat dan sekarang aku berada persis di belakangnya. Perempuan itu menghentikan langkahnya. Ia celingukan, seperti mencari seseorang. Di saat yang sama kupegang kaki anak itu, dingin. Dia bohong, anak itu tidak sakit. Tanpa kuduga seseorang menabrakku dari belakang. 

Seorang wanita ceking, berkulit legam, dan bertopi menyalipku. Kemudian dia menggandeng tangan pengemis yang kukejar. Wanita itu melirik kepadaku dengan wajah bengis. Aku bengong, kakiku terasa lemas. Aku hanya bisa memandang keduanya yang berjalan cepat meninggalkanku. Mataku nanar menatap anak dalam gendongannya. Aku seorang ibu, naluriku berkata ada yang tidak beres dengan anak itu. Tapi aku tak sanggup berbuat apa-apa.

Ya Allah, apakah anak itu korban sindikat pengemis yang memberinya narkoba, obat tidur dan segala macam obat agar dia tetap tertidur. Hatiku menggigil membayangkan apa yang dirasakan anak itu.




Don't Miss
© all rights reserved 2023
Created by Mas Binde