The Jogja Notify - Nongkrong di sebuah kafe saat ini adalah jadi bagian gaya hidup orang-orang. Terutama orang-orang yang ada di perkotaan. Dari anak-anak SMA, kuliahan hingga orang-orang pekerja , mereka punya tempat tongkrongan sendiri.
Dari yang tempat nongkrong biasa hingga tongkrongan berkelas atau premium, punya peminatnya sendiri. Dari warung kopi biasa hingga sekelas kafe Internasional, ada pelanggannya masing-masing.
Kebutuhan untuk nongkrong santai sambil diskusi berbagai hal jadi lebih asik bila di tempat yang tersedia beragam hal, entah minuman, kudapan atau makanan. Begitulah Café Kopitera bermula didirikan, hadir ingin menjadi solusi bagi mereka, para pekerja produktif untuk pertemuan dengan klien, atau melobi atau lainnya.
“Sejak awal didirikan Café Kopitera memang menyasar orang-orang pekerja produktif yang ingin nongkrong, sambil nikmati kopi enak dan bisa bercengkrama dengan klien atau temannya,” ujar Eri Wibowo, owner yang juga pimpinan pengelola Café Kopitera, Sabtu (17/06/23)
“Apalagi, daerah sekitaran jalan Burangrang Bandung ini banyak kantor-kantor, dan tidak sedikit mereka mengajak relasinya untuk nongkrong ngopi di sini,” jelasnya. Tak heran dengan saling mengajak relasi, saudara atau teman membuat Kopitera dikenal dari mulut ke mulut ulas Eri.
Ia memang sejak awal mendesain café Kopitera ini jadi tempat nyaman untuk ngopi enak. Selain itu, tidak hanya kopi, kudapan dan makanan “berat” pun disediakan agar pelanggan bisa makan juga terutama pada saat makan siang.
Eri ingin “mengubah” secara perlahan bagaimana ngopi itu bukan jadi teman pelengkap ngobrol tetapi sudah jadi bagian hidup seperti orang-orang di luar Indonesia yang menjadikan kopi bagian keseharian. Pagi sebelum ke kantor atau usaha, mereka seduh kopi di pagi hari dan menikmatinya. Kemudian, di sore hari, mereka pun konsumsi untuk menghilangkan kepenatan setelah seharian beraktivitas.
Eri bahkan sampai rela mengurangi harga satu kopi yang dijual di Kopitera hingga ke harga 15.000 dimana biasanya menjual dengan harga 25 ribuan agar orang-orang mulai memiliki habit atau kebiasaan ngepang atau ngopi pagi. Apalagi segmen pasar konsumen Kopitera adalah orang-orang yang sudah punya pendapatan sendiri seperti pekerja atau para pelaku usaha.
Dan ini didukung oleh sarana nongkrong di Kopitera dimana meja yang ada di café berukuran lebih lebar sehingga pelanggan bisa membuka laptop dan betah berlama-lama. Sementara bila kafe nya didesain untuk anak-anak milenial atau pelajar/mahasiswa, meja yang ada berukuran kecil karena mereka datang untuk kongkow saja terang Eri.
Eri juga menjelaskan kunci rahasia Kopitera bisa bertahan adalah kopinya dimana akan membuat orang kangen untuk kembali ngopi. Lalu, aspek pendukung seperti tempat yang bersih dan nyaman serta yang terakhir adalah keramahtamahan pelayanan.
Ia juga menerangkan bahwa semampunya buat para konsumen merasa berada di Kopitera itu seperti di rumah keduanya mereka. Dan terbukti, cara seperti ini banyak membuat konsumen pun datang dan datang lagi hingga jadi pelanggan tetap Kopitera.
Perihal etika berbisnis pun, Eri punya prinsip penting yakni mengajak teman-teman pengusaha kopi di komunitasnya ataupun karyawan Kopitera untuk tidak mendiskreditkan sesama pelaku kafé Kopi karena ia yakin rejeki itu sudah ada yang mengaturnya, yang terpenting bagaimana bisa berupaya terbaik dalam usahanya. (*)