Aku adalah seorang
single parents, aku memutuskan berpisah dengan suamiku karena dia pecandu
narkoba dan selalu mengkonsumsinya dirumah. Memang sejak pacaran dulu, aku
sudah tau kalau dia pecandu tapi karena sudah terlanjur cinta aku menerima
lamarannya, lagian kata orang kalau sudah berumah tangga pria bisa berubah. Dan
memang benar, 1 tahun pertama dia sembuh total, tapi begitu anakku lahir dia
kembali pada kebiasaannya dulu. Sudah berulang kali suamiku masuk panti
rehabilitasi tapi dia selalu kembali menjadi pecandu dan sampai sekarang dia
masih minum obat terlarang itu dan selalu konsultasi ke dokter spesialis
jiwanya.
Selalu kucoba bertahan
demi anak hingga akhirnya diusia pernikahanku yang ke-4 aku menggugat cerai
karena aku sudah tidak tahan lagi, aku takut melihat pertumbuhan anakku jika
dia melihat ayahnya selalu seperti itu dirumah, belum lagi beban psikologiku. Memang
dulu ketika menikah hanya papaku yang setuju yang lainnya ‘tidak’ dan ketika
aku bercerai juga tidak ada yang setuju, sehingga aku sendiri yang mengurus
hingga sidang selesai.
Dan ternyata menjadi
single parents bukanlah hal yang mudah bagiku. Banyak sekali godaan yang
kuhadapi terutama dari lelaki yang suka iseng namun aku hanya fokus bagaimana
membuat anakku tidak trauma dengan perpisahan orang tuanya. Tapi terkadang aku
menyesal atas pilihanku jika aku melihat anakku sakit dan selalu memanggil
ayahnya hingga kini usianya 7 tahun.
Hanya selang 3 bulan
dari perceraianku, aku sudah mempunyai kekasih baru yang baik, perhatian dan
sayang padaku dan anakku dengan harapan bisa melupakan kesedihanku karena dia
juga baru berpisah dengan calon isterinya yang ketahuan selingkuh menjelang
hari pernikahan mereka.
Aku merasa dialah yang
mampu membahagiakan kami. 6 bulan usia pacaran kami (Juli 2011), aku diterima
kerja di sebuah Perusahaan yang khusus mencari nasabah untuk investasi di
bursa. Hanya 2 bulan aku terima gaji sebesar 500 ribu belum lagi
potongan-potongan yang harus kuterima sebagai syaratnya. Dan selebihnya hingga
kini (Maret 2012) aku masih belum mempunyai nasabah dan aku tetap bertahan
karena aku yakin “Rezeki anak pasti ada”.
Aku ingin membuktikan
pada keluargaku bahwa “Aku Bisa” membiayai hidupku dan anakku tanpa bergantung
pada keluargaku, aku tidak ingin menjadi beban mereka. Tapi pastinya sekarang
kondisi perekonomianku perlahan tapi pasti habis karena tidak ada pemasukan.
Walaupun aku mempunyai pacar tapi aku tidak pernah mau menerima pemberiannya
dan dia juga tidak pernah aku beri tahu masalah gajiku jika dia bertanya.
Terkadang aku sedih,
menyerah, putus asa dan selalu bertanya, “apa yang salah dengan diriku ini?”.
Apakah ini hukuman atas perceraianku? Aku merasa setiap langkah yang kubuat
selalu gagal. Terkadang aku menyalahkan Tuhan sebab segala usaha dan doa sudah
kulakukan tapi belum juga berhasil. Aku juga merasa iri dengan teman-temanku
yang sudah berhasil. Namun kembali lagi aku berpikir mungkin ini adalah cobaan
dan belum rezekiku. Aku yakin bahwa aku bisa seperti teman-temanku yang sudah
mendahuluiku. Aku yakin, Tuhan tidak akan memberikan cobaan jika Hamba-Nya
tidak sanggup.
Meskipun begitu aku
selalu merasa bahagia karena kekasihku selalu ada disisiku saat aku
membutuhkannya. Hanya dialah yg selalu menghiburku dan selalu mencurahkan
perhatiannya pada kami. Tapi keluargaku tidak ada yang setuju karena dia dari
keluarga yang tidak mampu apalagi orang tuanya juga sudah meninggal. Kini 2,5
tahun sudah kami jalani dengan cara ‘BAKSTREET’ namun restu keluargaku tak
kunjung datang walaupun sudah berulang kali dia berusaha melamarku.
Aku tidak kuasa
melawan keluargaku seperti dulu lagi. Aku sekarang bukanlah seorang wonder
woman seperti dulu yang bisa mewujudkan apa saja yang kuinginkan. Aku hanya
seorang wanita lemah yang hanya bisa pasrah pada keadaan. Kini kembali aku
bagai buah simalakama. Aku harus memilih mengorbankan kebahagiaanku atau
kebahagiaan anakku karena sesungguhnya anakku tidak bisa menerima pria lain
selain ayahnya.
Dan kini suamiku
memintaku kembali padanya, bulan April 2012 nanti aku berniat kembali pada
suamiku karena ternyata dia masih mengharapkanku dan aku ingin mengembalikan
kebahagiaan keluargaku yang dulu hilang demi anakku satu-satunya apalagi
keluargaku setuju. Aku bingung karena hingga kini aku belum bisa meninggalkan
kekasihku yang sangat kucintai yang selalu ada saat kubutuhkan dan selalu
mencintaiku sepenuh hatinya. Namun yang pasti aku harus bisa meninggalkannya
walaupun aku tidak tahu apakah aku bisa atau tidak karena aku sangat
menyayanginya sepenuh hati.
Aku tidak ingin ada
istilah “perselingkuhan” nantinya dalam keluargaku karena aku juga membenci
kata-kata itu. Aku tidak tau apa pilihanku benar atau salah. Aku hanya berharap
bisa meraih kebahagiaan dalam hidupku. AMIN***
Seperti diceritakan
kawan Neny kepada redaksi.
Tidak ada komentar
Posting Komentar