Responsive Ad Slot

Latest

Relationship

Gunung Bawah Laut di Perairan Pacitan Jawa Timur dan Dampaknya Terhadap Aktivitas Kegempaan

Selasa, 13 Juni 2023

/ by Jogjanesia

The Jogja Notify - Badan Informasi Geospasial (BIG) dan sejumlah lembaga menemukan keberadaan gunung di bawah laut, sekitar 260 kilometer selatan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.

Keberadaan gunung ini menguatkan indikasi tentang kekuatan kegempaan di wilayah tersebut, kata seorang ahli geologi. Gunung yang saat ini disarankan dengan nama "Giri Salam" memiliki ketinggian 2.200 meter. Puncaknya berada di kedalaman 3.800 meter dari permukaan laut.

Anggota tim riset BIG mengatakan gunung ini ditemukan dalam rangkaian pengukuran batas dasar laut wilayah Indonesia-Australia, apa yang disebut survei Landas Kontinen Indonesia. Sejauh ini, BIG telah mengidentifikasi 11 gunung di bawah laut. Kemungkinan masih terdapat gunung bawah laut lainnya, karena pemetaan dasar laut Indonesia belum sampai 10%.

Bagaimana cerita di balik temuan gunung bawah laut?

Gunung tanpa nama yang baru terungkap keberadaannya di bawah laut bagian selatan Kabupaten Pacitan, hampir setinggi Gunung api Bromo di Jawa Timur.

Gunung ini ditemukan dalam rangkaian survei Landas Kontinen Indonesia (LKI) yang dilakukan September-November 2022 di wilayah Selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Atika Kumala Dewi adalah salah satu yang ikut melaut untuk survei tersebut. Anggota tim dari BIG ini mengaku gambaran gunung sudah nampak pada layar monitor saat Kapal Baruna Jaya III milik BRIN, melintasi di atasnya.

"Jadi itu sebenarnya itu sudah terlihat, jangan-jangan ini gunung bawah laut. Dan, setelah diolah [datanya] itu betul, gunung bawah laut, dan masih masuk di dalam perairan wilayah Indonesia," kata Atika kepada BBC News Indonesia, Rabu (15/02).

Bagaimana proses menemukannya?

Gunung ini ditemukan dengan perangkat bernama Multibeam Echosounder (MBES). Perangkat ini berfungsi memetakan bentuk dasar laut melalui pantulan gelombang suara (sonar). Penemuan gunung ini tidak membuat Atika terkejut, karena menurutnya "secara geologi kan untuk wilayah Indonesia dimungkinkan [dengan keberadaan gunung di bawah laut]".

Apakah ini gunung api aktif?


Sejauh ini, BIG baru mengidentifikasi bentuknya saja. Atika dan timnya belum bisa memastikan apakah gunung ini aktif atau tidak.

"Harus ada penelitian lebih lanjut," katanya.

Koordinator Pemetaan Kelautan BIG, Fajar Triady Mugiarto, mengatakan gunung yang berada di kawasan subduksi lempeng Indo-Australia ini sudah melihat adanya "potensi natural prolongation [kelanjutan alamiah terkait batas wilayah laut negara]".

"Sudah kelihatan dari desktop study-nya. Bukan cuma ketemu kebetulan," kata Fajar.

Mengapa pemetaan bawah laut masih minim?

Fajar mengaku saat ini pemetaan bentuk bawah laut di Indonesia belum sampai 10% dari total luas perairan 6,4 juta kilometer persegi. Hal ini karena biaya operasional risetnya yang tinggi.

Sebagai gambaran, survei LKI yang dilakukan September-November 2022 ini mencapai Rp15 miliar. Selain memetakan batas laut negara, BIG saat ini juga memprioritaskan pemetaan topografi bawah laut di tujuh taman nasional. Dari tujuh taman nasional yang sudah terpetakan adalah Kepulauan Seribu, Bunaken di Sulawesi Utara, dan Taka Bonerate di Sulawesi Selatan.

"Tahun ini untuk survei kawasan taman nasional di Karimun [Jawa]. Ada potensi sungai bawah laut. Sungai purba," kata Fajar.

Apa pengaruhnya gunung bawah laut dengan aktivitas kegempaan?


Ahli kegempaan dari Universitas Gadjah Mada, Gayatri Indah Marliyani, mengatakan gunung bawah laut ini masih perlu diteliti lebih lanjut terkait aktivitas magmanya. "Apakah ada geotermalnya, apakah hanya sekadar topografi saja," katanya.

Bagaimana pun, kata dia, gunung bawah laut ini merupakan bentuk yang umum ada di bawah laut di zona subduksi aktif Indo-Australia.

"Biasanya di situ akan banyak tonjolan-tonjolan topografi bawah laut yang bisa kita lihat," kata Gayatri sambil menambahkan, "Jangan dibayangkan ini akan jadi gunung api, nggak."

Untuk kawasan Jawa, gunung api aktif yang memiliki kantong magma itu lokasinya berada di daratan.

Gayatri juga mengatakan, gunung bawah laut yang baru terkuak ini bukan penyebab intensitas gempa di kawasan Pacitan dan sekitarnya. Penyebab gempa adalah karena posisi Pacitan berada tak jauh dari zona subduksi yang aktif. Sama seperti wilayah selatan Jawa lainnya, ujarnya.

"Potensi di Pacitan cukup besar gempanya, itu sedikit banyak dipengaruhi oleh ketidakmerataan lempeng. Jadi permukaannya kasar," katanya.

Selain itu, Gayatri mengatakan gunung bawah laut yang aktif atau memiliki kantong magma berada di wilayah utara Manado hingga Filipina.

Menurutnya, gunung-gunung ini berpengaruh terhadap fenomena kegempaan atau tsunami.
"Itu memang busur kepulauan gunung api yang aktif. Jadi memang di situ, keluar gunung api ke permukaan. Kaitannya kalau di situ gunung api aktif," katanya.

Berapa dan di mana gunung bawah laut yang sudah teridentifikasi?


Sejauh ini, BIG telah mengidentifikasi setidaknya 11 gunung bawah laut, termasuk yang terbaru di perairan selatan Pacitan ini:

Banua Wuhu - Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara
Hobal - Flores, Nusa Tenggara Timur
Kawio Barat - Kepulauan Sangihe
Roa - Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara
Maselihe - Sulawesi Utara
Naung - Sulawesi Utara
Baruna Komba - Nusa Tenggara Timur
Abang Komba - Nusa Tenggara Timur
Ibu Komba - Nusa Tenggara Timur
Pagai - Bengkulu
Tanpa nama - Selatan perairan Pacitan, perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Apa manfaat pemetaan dasar laut?

Sejauh ini, gunung bawah laut di perairan selatan Pacitan dianjurkan bernama Giri Salam.

"Sudah muncul satu nama dari Pemerintah Pacitan. Namanya Giri Salam. Giri itu gunung. Salam itu seperti Gunung Slamet. Keselamatan," kata P. Hadi Wijaya, Kepala Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan, Badan Geologi di Kementerian ESDM.

Hadi menambahkan ada kemungkinan gunung-gunung bawah laut lainnya untuk ditemukan di kemudian hari. Akan tetapi hal ini sangat dipengaruh sejauh mana survei peta bawah laut Indonesia dilakukan.

Badan Geologi mengakui sejauh ini pemetaan dasar laut Indonesia untuk versi tiga dimensi kurang dari 10%.

"Kalau yang dua dimensi itu ada sekitar 70%," tambah Hadi.

Pemetaan bentuk dasar laut di Indonesia ini terbentur masalah biaya tinggi. Padahal menurut Hadi, pemetaan ini penting untuk menghitung sumber daya kelautan termasuk mitigasi kebencanaan.

"Jadi sudah bisa memonitor kalau ada isu atau tanda-tanda kebencanaan kelautan baik itu karena gempa bumi, longsor bawah laut, yang bisa menimbulkan tsunami," kata Hadi.

Dalam hal sumber daya, ini terkait dengan potensi potensi ikan dan pariwisata kelautan termasuk eksplorasi mineral.

"Di pegunungan Komba [di Nusa Tenggara Timur]. Itu kami mengidentifikasi ada peluang sumber daya mineral yang luar biasa, terutama kandungan emas dan perak.

"Persoalannya, dengan teknologi yang ke depan, bisa memperoleh nilai yang sesuai dengan biaya operasionalnya," tandas Hadi.***

Sumber : Dari berbagai media



Tidak ada komentar

Posting Komentar

Don't Miss
© all rights reserved 2023
Created by Mas Binde