Dalam kehidupan ini, sering kita merasa sedih,, sedih sekali, merasa kecewa.. kecewa sekali. Sesuatu yang disayangi lepas dari genggaman, keinginan yang tidak kesampaian, kenyataan hidup yang jauh dari harapan. Dan akhirnya pikiran pun lelah berandai-andai.. ahh.
Beruntunglah anda yang pada masa-masa sulit seperti itu masih memiliki setitik cahaya dalam hati untuk selalu merenung dan berserah diri kepada Tuhan. Beruntunglah anda yang meskipun pikiran begitu sesak, masih sempat melangkahkan kaki ke majelis-majelis dzikir untuk mencari ketentraman jiwa.
Hidup ini seperti belantara hutan, tempat dimana kita semua mengejar berbagai keinginan, dan secara kodrati manusia memang diciptakan memiliki keinginan. Sayangnya tidak semua keinginan dapat tercapai, tidak semua yang kita mau dapat diraih. Dan memang tidak mudah menyadari bahwa apa yang bukan menjadi hak kita tidak perlu kita tangisi. Banyak orang yang tidak sadar bahwa di dunia ini tidak ada satu hukum: harus sukses, harus bahagia, harus ini, harus itu atau harus-harus lainnya.
Di dunia yang fana ini, betapa banyak orang yang bergelimang kesuksesan tetapi lupa bahwa sejatinya kesuksesannya itu semua adalah pemberian Allah hingga membuatnya sombong dan bertindak sewenang-wenang.
Begitu juga halnya dengan kegagalan, sering tidak dihadapi dengan benar. Padahal dimensi tauhid dari kegagalan adalah tidak tercapainya apa yang memang bukan hak kita.
Apa-apa saja yang memang menjadi jatah kita di dunia, entah itu harta, jabatan, rizki pasti akan Allah sampaikan. Tetapi apa yang memang bukan milik kita, ia tidak akan bisa kita miliki, meski ia nyaris menghampiri kita, meski kita mati-matian mengusahakannya.
Demikian juga bagi yang sedang galau terhadap jodoh. Kadang kita tak sadar mendikte Tuhan tentang jodoh kita, bukannya meminta yang terbaik dalam istikharah kita tetapi benar-benar mendikte-Nya: Pokoknya harus dia Ya Allah, harus dia, karena aku sangat mencintainya. Seakan kita jadi yang menentukan segalanya, kita meminta dengan paksa. Dan akhirnya kalaupun Allah memberikannya maka tak selalu itu yang terbaik. Bisa jadi Allah tak mengulurkanya dengan kelembutan, tapi melemparkannya dengan marah karena niat kita yang terkotori.
Maka wahai jiwa yang sedang gundah, dengarkan ini dari Allah :
'.. Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kalian. Dan boleh jadi kalian mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian. Allah Maha mengetahui kalian tidak mengetahui.' (QS. Al-Baqarah 216)
Maka setelah ini wahai jiwa-jiwa yang lemah, jangan kau hanyut dalam nestapa jiwa berkepanjangan terhadap apa-apa yang luput darimu. Setelah ini harus benar-benar dipikirkan bahwa apa-apa yang kita rasa perlu didunia ini harus benar-benar perlu bila ada relevansinya dengan harapan kita akan bahagia di akhirat. Karena seorang mukmin tidak hidup untuk dunia tetapi menjadikan dunia untuk mencari hidup yang sesungguhnya: hidup di akhirat kelak!
Maka sudahlah, jangan kau tangisi apa yang bukan milikmu!
Tidak ada komentar
Posting Komentar