The Jogja Notify - Ketika seseorang yang berselingkuh diketahui memiliki anggota keluarga yang melakukan hal serupa, publik sering menyimpulkan secara sepihak kalau ini adalah perilaku yang sudah mendarah daging dalam keluarga tersebut. Namun, apakah kegemaran berselingkuh benar-benar menurun dalam keluarga?
Apakah ada faktor genetik yang berkaitan dengan kecenderungan untuk tidak setia? Apakah "hobi" selingkuh adalah perilaku yang dipelajari anak dari orang dewasa di sekitarnya?
Berikut ini penjelasan para psikolog tentang kecenderungan untuk berselingkuh dalam keluarga.
Survei: Setengah dari Orang-Orang yang Selingkuh Memiliki Anggota Keluarga yang Melakukan Hal Serupa
Dilansir Bustle (7/5/2014), situs kencan untuk orang yang sudah menikah, Illicit Encounters melakukan polling terhadap 2.000 penggunanya yang ada di Inggris. Hasilnya menunjukkan kalau setengah dari pria yang tidak setia memiliki anggota keluarga (dari pihak laki-laki) yang juga berselingkuh.
Hasil polling yang sama juga menunjukkan sekitar tiga perempat wanita yang tidak setia melaporkan bahwa mereka memiliki anggota keluarga (dari pihak perempuan) yang juga berselingkuh.
Pada tahun pertama saat mulai berselingkuh, para pria pengguna Illicit Encounters telah serong sebanyak 2,5 kali, sementara para wanitanya berselingkuh sebanyak tiga kali dalam periode waktu yang sama.
Melalui statistik umum yang mencakup berbagai bentuk perselingkuhan (termasuk kencan semalam perjalanan dinas), para peneliti menduga kalau pria cenderung berselingkuh karena ada kesempatan. Sementara itu, para wanita berselingkuh dengan sengaja karena tidak bahagia dalam pernikahan atau memiliki orangtua yang rumah tangganya tidak harmonis.
Anak dari Orangtua yang Selingkuh Punya Kecenderungan Tak Setia Dua Kali Lebih Tinggi
Dilansir Talk Space (15/2/2020), hasil penelitian di Journal of Family Issues menunjukkan kalau anak yang memiliki orangtua yang berselingkuh memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk melakukan hal serupa. Walaupun begitu, perlu digarisbawahi kalau kecenderungan berselingkuh bisa dipicu trauma masa kecil atau penyebab lain.
Menurut psikolog klinis dan penulis buku Parents Who Cheat: How Children and Adults are Affected When Their Parents are Unfaithful, Ana Nogales perselingkuhan orangtua dapat berdampak terhadap perilaku anak di masa depan. Tumbuh di tengah orangtua yang berselingkuh juga berdampak pada cara anak memandang hubungan asmara. Hal ini juga berdampak pada kemampuan mereka untuk mempercayai pasangan.
Hasil penelitian Nogales menunjukkan bahwa 75% anak merasa dikhianati terus-menerus oleh orangtua yang berselingkuh, 80% mengatakan bahwa perselingkuhan membentuk pandangan mereka tentang romansa dan hubungan, sementara 70% mengatakan kalau perselingkuhan orangtua mempengaruhi tingkat kepercayaan mereka pada orang lain.
Selingkuh adalah Perilaku yang Dipelajari Anak dari Orang Dewasa di Sekitar
Menurut artikel yang dilansir Insider (8/10/2018), para pakar berpendapat kalau manusia bisa menyerap perilaku dari orang dewasa yang membesarkan mereka. Salah satunya adalah kecenderungan untuk berselingkuh.
Psikoterapis klinis berlisensi, Dr. LeslieBeth Wish menyatakan bahwa perselingkuhan dapat menjadi perilaku maladaptif. Maksudnya, ini adalah perilaku yang berkembang sebagai respons negatif terhadap perasaan tidak bahagia dalam hubungan. Perilaku ini juga bisa "diserap" dari orangtua, kakak, pengasuh, atau anggota keluarga lainnya.
"Sebagai seorang anak, Anda melihat bagaimana wali Anda mengatasi kecemasan, depresi, dan ketidakbahagiaan mereka," kata Wish. "Jika ibu Anda makan berlebihan, atau ayah Anda menyelingkuhi ibu Anda, Anda melihat perilaku tersebut, Anda melihat suasana hati orang tua Anda, dan tanpa sadar Anda belajar untuk menirunya sebagai cara mengelola perasaan."
Peneliti Menduga Kecenderungan Selingkuh Berkaitan dengan Gen "Penggila Sensasi"
Para ilmuwan menduga bahwa hasrat untuk berselingkuh berkaitan dengan polimorfisme reseptor dopamin DRD4, juga dikenal sebagai gen "penyuka sensasi". Gen satu ini juga dikaitkan dengan kecanduan alkohol dan judi.
Sebuah studi tahun 2010 yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Binghamton, New York menemukan bukti bahwa peserta yang memiliki jenis gen DRD4 tertentu lebih cenderung untuk berselingkuh.
Peneliti utama, Justin Garcia merekrut 181 orang dewasa muda. Peserta diminta untuk mengisi kuesioner tentang perilaku seksual mereka, serta memberikan sampel DNA yang akan diuji untuk menentukan variasi DRD4 dalam DNA mereka.
Menurut temuan tim yang dipublikasikan di jurnal PLOS One, semua orang memiliki DRD4. Makin banyak jumlahnya, makin besar kecenderungan seseorang untuk mencari sensasi. Sensasi ini bisa didapat dari banyak hal, salah satunya adalah selingkuh.
Garcia mengatakan kalau fenomena ini berhubungan dengan pelepasan dopamin atau hormon kebahagiaan. Normalnya, manusia tertarik pada aktivitas yang membuat mereka merasa senang. Walaupun begitu, orang-orang yang memiliki gen DRD4 tertentu ini membutuhkan lebih banyak rangsangan daripada orang kebanyakan.
"Orang dengan gen DRD4 membutuhkan lebih banyak rangsangan untuk merasa puas," kata Garcia.
'Bakat' Selingkuh Belum Tentu Pasti Selingkuh
Berdasarkan hasil studi Garcia, tampaknya memang ada beberapa orang yang punya kecenderungan lebih besar untuk berselingkuh. Namun, karena terbatasnya bukti ilmiah untuk mendukung klaim ini, para ahli menyarankan agar publik tidak mudah berasumsi orang yang "berbakat" selingkuh sudah pasti bakal berselingkuh.
Penulis Out of the Doghouse, Robert Weiss, MSW mengatakan bahwa gen "penggila sensasi" tidak membuat seseorang pasti gagal menolak impuls terhadap hal-hal seperti judi, alkohol, atau perselingkuhan.
"Banyak orang memiliki kecenderungan genetik terhadap alkoholisme, tetapi hanya sebagian kecil yang menjadi alkoholik karena ada banyak faktor lain yang berperan (lingkungan, kehendak diri, pengalaman hidup, ketahanan terhadap krisis, dll)," kata Weiss.
"Hal yang sama berlaku untuk kecenderungan genetik terhadap perselingkuhan dan seks bebas; ada faktor-faktor lain yang berperan. Terlepas dari genetika kita, kita memiliki kebebasan berkehendak ketika datang ke perilaku seksual. Kita selalu memiliki pilihan."
Tidak ada komentar
Posting Komentar