Negeri Sakura kini sedang diguncang oleh gelombang kejahatan kriminal. Tidak sedikit orang tua yang lebih suka masuk penjara daripada hidup dalam kemiskinan dan sendirian. Alasan lonjakan kejahatan kecil di kalangan lansia ini terkait dengan biaya hidup dan kurangnya sistem pendukung bagi warga lanjut usia. Beberapa melakukan pelanggaran ringan agar bisa dihukum beberapa bulan penjara, tempat mereka akan diurus tanpa membebani keluarga mereka.
Bagi mereka, berada di balik jeruji besi lebih baik daripada berjuang secara finansial, terutama karena banyak orang lanjut usia hidup dengan uang pensiun yang sedikit. Belum lagi, banyak lansia yang terisolasi dari orang yang mereka cintai atau tidak memiliki siapa pun yang dapat membantu mereka. Berada di penjara bersama orang lain dapat memberi mereka teman yang mereka dambakan.
Keadaan ini miris banget, ya? Orang tua yang kesepian di masa tuanya karena anak yang entah di mana. Kita sama-sama tahu, bahwa orang Jepang banyak sekali yang tidak menikah. Kalaupun menikah, belum tentu mereka punya anak, karena banyak dari mereka yang justru bercerai di usia-usia senjanya. Belum lagi masalah hubungan anak dan orang tua yang renggang, kurang harmonis karena orang tua yang terus-terusan sibuk bekerja, sedangkan anak yang terus-terusan sibuk dengan urusan pendidikan. Yup, tidak heran jika masalah-masalah seperti ini ada di kalangan orang-orang Jepang. Tidak ada wujud bakti, dan tidak ada juga rasa tanggung jawab di antara anak kepada orang tua.
Kalau di dalam Islam, sih, merawat orang tua atau birrul walidain itu amalan yang utama. Hukumnya fardhu ‘ain, dan amalan ini merupakan hak orang tua atas anak-anaknya. Allah berfirman:
“Dan Allah telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah kepada selainNya, dan hendaknya kamu berbuat baik kepada orang tuamu. Jika salah seorang di antara keduanya atau dua-duanya hidup sampai usia lanjut, maka janganlah sekali-kali mengatakan kepada mereka ucapan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang.” (QS. Al-Isra’: 23-24).
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14).
Membangun hubungan orang tua dan anak
Salah satu faktor mengapa anak tidak memiliki kesadaran untuk merawat orang tua ketika usianya sudah tua adalah kurangnya hubungan baik antar anak dan orangtua secara emosional. Sehingga, rasa sayang mereka kurang mengakar. Ditambah lagi jika seorang anak itu tidak dibekali pemahaman agama yang baik, maka tidak akan ada rasa kewajiban untuk merawat mereka.
Menerima emosi anak, mendengarkan cerita anak tanpa menghakimi, meluangkan waktu bersama, mengajak anak mengerjakan pekerjaan rumah, berlibur bersama, mengadakan family gathering, menghindari penggunaan gawai saat bersama, sering membaca buku bersama anak, dan sering memberikan sentuhan fisik, adalah beberapa hal yang seharusnya dilakukan agar dapat membangun keeratan emosional antara orang tua dan anak. Sehingga, tidak akan ada ceritanya kasus-kasus semacam ini terjadi.
Anak yang memiliki hubungan emosional yang baik dengan orang tuanya tahu apa yang harus dilakukannya ketika orang tuanya membutuhkannya. Karena dulu, orang tuanya selalu ada bersamanya saat dia membutuhkan dukungan dan kasih sayang. Sehingga, anak pun akan berbuat hal yang sama. Belum lagi jika sedari kecil sudah ditanamkan nilai-nilai agama, maka selain karena sayang, ada juga rasa ingin berbakti dan mengharapkan surga dari merawat orang tua itu tadi. Wallahu alam. ( Ameena N/ voa-islam)
Tidak ada komentar
Posting Komentar