The Jogja Notify - Elektabilitas calon presiden dari PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo mengalami penurunan signifikan di bulan Mei 2023. Berdasarkan hasil survei Indikator Politik di awal Mei, tingkat keterpilihan Gubernur Jawa Tengah itu berada di posisi 29,3 persen, sementara pada akhir Mei tergurus menjadi 29,3 persen. Buntut dari menurunnya elektabilitas Ganjar, para relawan kini menyalahkan PDI Perjuangan dan sang ketua umum, Megawati Soekarnoputri.
Relawan Kecewa
Ade Armando yang mengaku sebagai relawan pendukung Ganjar kecewa dengan PDIP. Katanya, partai banteng moncong putih sudah mematahkan semangat para pendukung Ganjar. PDIP, sambung Ade dalam sebuah video yang dibuatnya, telah menjadikan Ganjar nampak sebagai bukan pemimpin yang diharapkan Indonesia.
Ade Armando yang kini berseragam PSI, merasa dirinya sudah mengingatkan hal tersebut sejak jauh-jauh hari. Yaitu agar PDIP berhenti bersikap arogan dan berhenti memperlakukan Ganjar sebagai petugas partai.
“Ini kan menyedihkan. Saya tidak ingin sekarang bilang ‘ya kan Ganjar ngedrop kan?’. Sebagai relawan pendukung Ganjar saya justru prihatin,” ujarnya dalam video itu.
Secara gamblang, Ade Armando lantas menuding perilaku PDIP sebagai penyebab utama. Tidak hanya menyebabkan para relawan berpindah haluan, tapi juga membuat Jokowi dan anak-anaknya menjauh dari Ganjar Pranowo.
Tidak cukup sampai di situ, Ade Armando juga mengungkit pernyataan Megawati yang memperingatkan Ganjar untuk mengakui diri sebagai petugas partai. Pernyataan ini, katanya, akan membuat Ganjar tercitra sebagai boneka PDIP, bahkan boneka Megawati. Buntutnya, Ade Armando khawatir Ganjar akan didikte PDIP saat menentukan kebijakan dan memilih para pembantu di posisi strategis.
Rongrongan dari internal tentu akan membuat posisi Ganjar semakin melemah di kemudian hari. PDIP sebagai pengusung utama Ganjar perlu bergerak cepat. Ganjar perlu diberi perintah menertibkan para relawan yang menggerogoti PDIP. Apalagi jika relawan itu berasal dari partai lain. Sebab bukan tidak mungkin ada upaya dari partai tersebut untuk mengganggu elektabilitas PDIP.
PDIP melalui Ketua DPP PDIP Said Abdullah sudah menunjukkan perlawanan pada relawan Ganjar. Dengan tegas dia menyebut Ade Armando cs sebagai brutus, tokoh senator di era Romawi kuno yang mengkhianati rekan sekaligus penguasa Romawi kala itu, Julius Caesar.
“Seolah paling terdepan mendukung Ganjar, tapi malah merusak suasana,” kata Said Abdullah.
Ganjar Harus Bela Marwah Megawati
Di satu sisi, Ganjar tidak boleh sekadar menjawab tudingan Ade Armando yang berada di permukaan. Tapi juga perlu memberi ketegasan dengan cara memecat kelompok relawan tersebut demi menjaga marwah PDIP dan Megawati. Bagaimanapun, Megawati sudah rela hati anak biologis dan ideologisnya tidak diusung dalam Pilpres 2024, dan memilih Ganjar Pranowo yang hanya berstatus kader biasa.
Tudingan Ade Armando cukup serius saat dia menyebut Jokowi dan anak-anaknya telah menjauh dari Ganjar. Memang dalam beberapa kesempatan, keluarga Jokowi terkesan “menghindari” Ganjar, bahkan berpaling ke capres lain.
Gibran Rakabuming Raka misalnya. Walikota Solo itu sempat menjamu capres dari Gerindra, Prabowo Subianto saat datang di Solo. Tidak hanya itu, Gibran bersama-sama dengan Prabowo juga menyaksikan langsung Relawan Gibran dan Jokowi se-Jateng dan Jatim mendeklarasikan dukungan untuk Prabowo Subianto.
Di satu sisi, Jokowi juga tidak tegas menyatakan dukungan untuk Ganjar saat ribuan relawannya berkumpul dalam musyawarah rakyat (Musra). Kala itu, para relawan menunggu komando dari Jokowi. Sementara Jokowi justru meminta relawan untuk mendengarkan kembali aspirasi rakyat bawah. ***
Padahal Jokowi telah disodorkan amplop yang berisi nama capres untuk didukung, yang didalamnya ada nama Ganjar Pranowo. Sikap ini bisa dibaca bahwa Jokowi tidak langsung tegak lurus dengan Megawati yang sudah dari awal memerintahkan kader membantu pemenangan Ganjar.
Untuk mengatasi tudingan itu, hal pertama yang harus dilakukan Ganjar adalah memecat relawan yang bertingkah seperti Ade Armando cs untuk memastikan loyalitasnya pada Megawati. Dia harus memastikan Megawati tidak lagi diusik dari kelompok-kelompok yang seolah bagian inti dari pemenangannya.
Kedua, Ganjar harus turut mengantisipasi kecenderungan dukungan Jokowi yang menjauh darinya. Sulit memang, sebab harus tepat menempatkan di mana posisi Jokowi dan Megawati yang seharusnya. Bagaimana pun Jokowi masih berstatus sebagai presiden yang memiliki perangkat-perangkat pemerintahan saat Pilpres 2024 berlangsung, sementara Megawati adalah ketua umum yang memberikan golden tiket pada pencapresan Ganjar.
Tidak ada komentar
Posting Komentar