Responsive Ad Slot

Latest

Relationship

Ketika Belaian Kasih Sayang Menyelimuti Jiwa

Jumat, 07 Juli 2023

/ by Jogjanesia



Ketika para pencari di jalan cahaya bertanya secara tidak sabar, bagaimana caranya agar cepat berjumpa cahaya? Salah satu cara agar bisa berjumpa cahaya adalah melihat setiap mahluk yang dijumpai itu bercahaya. Pendekatan ini disebut mirroring. Ia mirip dengan melihat cahaya di cermin, yang melihat juga mendapat pantulan cahaya.

Mendengar pendapat ini, seorang wanita bernada protes: “apakah penipu juga membawa cahaya buat kita?”. Tentu saja, terutama kalau seseorang belajar secara mendalam setelah ditipu. Bila mengenali ciri-ciri penipu, maka kemungkinan seseorang ditipu lagi di waktu berikutnya akan jauh lebih kecil.

Dengan cara pandang seperti ini, di mana-mana seorang pencari melihat cermin yang memantulkan cahaya. Ia mengingatkan bahwa jiwa adalah cahaya. Ia bel kesadaran kalau manusia adalah cahaya yang meminjam sebuah tubuh, bukan tubuh yang sedang mencari cahaya.

Di dunia meditasi, pendekatan ini dibadankan dalam keseharian seperti ini. Kapan saja ada waktu jeda sebentar, entah karena sedang galau atau karena tenang, entah terganggu atau tidak ada gangguan sama sekali, coba bernafas lebih pelan dari biasanya. Nafas masuk, saya adalah cahaya. Nafas keluar, saya sedang berbagi cahaya kepada dunia.
Ini bukannya fantasi yang tidak didukung buku suci. Banyak buku suci yang bercerita kalau jiwa adalah cahaya. Sebagian pencari yang penggaliannya sudah tahu dan melihat cahaya itu. Dalam logika listrik yang sederhana, kapan saja unsur negatif dan positif disentesakan (bukan negatifnya dibuang dan positifnya digenggam), di sana muncul cahaya.
Sebagai akibatnya, pelan perlahan kegelapan di dalam seperti kebodohan dan kemarahan diterangi cahaya. Ini yang bisa menerangkan kenapa sejumlah pencari mukanya bercahaya, hidupnya bercahaya, pesan-pesannya bercahaya.
Tatkala Nelson Mandela mau meninggalkan penjara, beliau bergumam pada dirinya sendiri seperti ini: “kalau saya tidak memaafkan orang yang memenjarakan saya selama 27 tahun, saya akan membawa penjara di kepala saya ke mana pun saya pergi”. Inilah jiwa yang penuh cahaya. Bahkan setelah dipenjara selama 27 tahun pun masih bisa memaafkan.
YM Dalai Lama pernah ditanya: “apakah yang mulia akan terlahir kembali?”. Dengan tersenyum pemenang hadiah Nobel perdamaian tahun 1989 ini menjawab: “tentu saja, tidak ada keraguan sedikit pun soal itu”. Saat ditanya balik, di mana beliau akan terlahir, dengan tenang warga negara kehormatan di Amerika Serikat ini menjawab: “saya akan terlahir di mana pun saya dibutuhkan. Termasuk bisa terlahir di dunia binatang kalau saya diperlukan di sana”.
Sementara manusia kebanyakan sibuk sekali memikirkan agar dirinya cepat-cepat terbebas dari alam samsara, jiwa bercahaya seperti YM Dalai Lama bersumpah seperti ini: “semasih ada ruang, semasih ada mahluk, izinkan saya terus terlahir, biar ada yang membimbing semua mahluk keluar dari kegelapan penderitaan”.
Inilah ciri pencari yang sudah berjumpa cahaya. Kalau orang biasa membenci kegelapan, cahaya berterimakasih pada kegelapan. Hanya karena kebaikan kegelapanlah maka kita bisa melihat cahaya. Di tingkatan seperti ini, kehidupan berubah wajah menjadi belaian kasih sayang. Cahaya ada di sini tidak untuk memusuhi kegelapanlah, tapi untuk menerangi kegelapan. *** Binde Noer





Tidak ada komentar

Posting Komentar

Don't Miss
© all rights reserved 2023
Created by Mas Binde