- Mungkin pengalaman saya ini banyak di alami oleh suami-suami yang lain, karena itu tidak ada salahnya jika saya curhat disini, siapa tahu ada masukan berarti dari pembaca yang lain.
Awal kisahnya saat beberapa tahun silam saat terjadi krisis moneter pertama dimana saya terpaksa berhenti bekerja karena perusahaan tempat saya bekerja gulung tikar dan semua karyawannya termasuk saya di berhentikan.
Permasalahan saya dan keluarga dimulai ketika istri saya dengan bijaknya mulai membantu mencari nafkah dengan mengirim lamaran ke banyak perusahaan, dan dengan mudahnya dia mendapat pekerjaan.. cobaan-cobaan dalam keluargaku pun dimulai.
Sebenarnya saya sangat berterima kasih pada istri karena sudah menanggung hidup saya dan anak saya.. tapi sebagai pihak yang menopang ekonomi keluarga, istri saya menjadi tinggi hati dan semakin berkuasa di rumah, saya sebagai suami sudah tidak berdaya lagi.. saya di anggap tidak punya hak untuk mengatur istri saya…
Walaupun sebenarnya saya tidak 100% di tanggung istri karena sayapun sedikit-sedikit masih bekerja meski dengan penghasilan yang tidak banyak, itu pun dengan sistem kontrak, jadi setelah masa kontrak selesai, saya kembali nganggur, sampai sekarang saya masih bekerja serabutan dan tetap mendapatkan uang tapi menurut istri saya, uang yang saya dapatkan nggak ada apa-apanya di bandingkan gajinya yang manager.
Sedihnya, sejak itu istri saya sudah beberapa kali berkhianat. Istri saya mulai berani berselingkuh dengan laki-laki lain yang selevelnya dan selama beberapa kali itu pula ketahuan oleh saya tapi tetap saja saya nggak punya hak untuk memarahi istri saya.
Pernah satu waktu saya tinggalkan istri saya saking sudah tidak bisa menahan sakit hati, tapi malah anak saya yang jatuh sakit di rumah, sampai sekarangpun masalah saya nggak ada akhirnya, dan mungkin nggak akan berakhir kalau saya belum bisa melebihi istri saya dalam segala hal dan ini membuat saya tambah stress walaupun saya masih tetap berusaha dan berdoa tapi kesabaran sayapun sudah mulai terkikis saya sudah putus asa menghadapi situasi sulit ini. ***
Seperti yang diceritakan saudara Rahmin kepada redaksi
Tidak ada komentar
Posting Komentar