- Aku tidak senang dengan sifat suamiku yang sering marah-marah. Berharap bahagia aku meninggalkannya demi pria lain yang baru kukenal. Aku pikir pria itu lebih baik dari suamiku tapi ternyata sama saja.
Aku menikah di usia 19 tahun dengan lelaki yang usianya 10 tahun di atasku, tanpa rasa cinta, yang kulihat pada saat itu dia kaya dan aku ingin sekali membahagiakan orang tuaku.
Tak lama menikah, lahirlah putri kami yang cantik, tapi karna banyak ketidak cocokan antara kami, rumah tangga kami terus ribut, entah, ada saja masalah untuk diributkan, yang ada dihati pada saat itu hanya keinginan untuk cerai.
Akhirnya aku mengandung anak kedua kami, dan ternyata kudapatkan pesan mesra di telepon genggam suamiku, dan aku sangat terpukul. Tetapi hubungan itu belum jauh, aku dapat memaafkan suamiku.
Suamiku…. dia tak bisa mengontrol kata-kata yang keluar dari mulutnya saat emosi, dan dia juga selalu mencac1 keluarga di depanku, dengan keadaan ini aku makin tak tahan.
Yang aku tidak mengerti pada saat dia baik, dia memberiku apa saja, dan selalu membantu keluargaku, walaupun akhirnya dia sebut-sebut pada saat kami bertengkar.
Tapi dia selalu membantuku mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus anak anak, walaupun demikian keinginan pisah tetap ada di hatiku karena sikap suamiku itu.
Sepuluh tahun aku menjalani rumah tangga yang aku rasa tidak bahagia walaupun memang aku berkecukupan secar ekonomi.
Suatu hari aku tengah mengurus sesuatu di kantor polisi, dan disinilah kisahku dimulai.
Aku dikenalkan dengan salah satu anggota polisi disana, dan dia juga sudah beristri dan akhirnya pertukaran nomor telepon pun terjadi, tapi aku dan polisi itu tak pernah saling menghubungi.
Beberapa hari kemudian temenku mengajak dia jalan, dan aku mengiyakan ajakan temenku. Ketika aku siap-siap untuk pergi tiba-tiba handphone temanku berdering, ternyata dari dia, ingin bicara sama aku.
Dari pembicaraan kami ditelepon entah mengapa aku merasa tertarik pada polisi itu, dan sepertinya dia juga tertarik padaku.
Akhirnya malam itu kami hanya telepon-teleponan, ga jadi pergi… dengan alasan aku adalah istri orang karena dia ga mau dosa.
Dua hari kemudian dia mengajakku jalan, tapi malam hari, setelah ia pulang kerja, dan aku mau… akhirnya kami pergi berdua, kutitip anakku pada adikku.
Selama perjalanan aku trus menceritakan problema rumah tanggaku, dan keinginan aku untuk cerai dari suamiku, dan dia menawarkan jika aku pisah, jadilah istri keduaku, entah mengapa aku tertarik pada tawarannya itu.
Sepulang dari jalan-jalan ia pun mengajak aku ke hotel, katanya dia n4fsu melihatku, tapi dia berjanji tidak berlebihan, sampai di kamar hotel hatiku tak karuan,”takut” itu yang aku rasakan.
Di dalam kamar kami tak melakukan apa apa, hanya bercerita, tak lama kemudian kami berdua terdiam, lalu ia menarik tanganku dan mendek4pku. Entah mengapa aku merasa nyaman di pelukannya, ia memelukku cukup lama, lalu kami bercium4n, karna kami hanyut dalam ha5rat, terjadilah hubungan terlarang tersebut.
Aku merasa berdosa melakukan dengan yang bukan suamiku, keesokan harinya ia menelepon, dan mengajakku intim lagi, entah kenapa aku pun mau. Hampir tiap malam kami berhubungan, itu kuakui karena pekerjaan suamiku sebagai pelaut dan aku kesepian, sejak kenal polisi itu aku selalu mencari alasan buat cerai dengan suamiku.
Akhirnya perselingkuhanku diketahui keluargaku, mereka memintaku mengakhiri, tapi aku malah menjelekkan suamiku, sehingga mereka marah dan membantuku mengurus perceraianku.
Akhirnya perceraian terjadi, anak-anak ada padaku, aku pun sekarang telah menikah sirih dengan anggota polisi itu. Sekarang statusku adalah istri muda orang, dan ternyata apa yang aku alami tak seindah yang kubayangkan, sekarang aku juga sering kesepian.
Setelah aku bandingkan dengan mantan suamiku walau kata-kata tak pantas terucap dari mulutnya tapi rasa sayangnya tulus padaku dan pada anak-anak. Anakku juga tak pernah lagi merasakan kehangatan seperti saat mereka bersama ayahnya.
Tiap hari, tiap menit aku menangis, menyesali perbuatanku, dan mengorbankan masa indah anak-anakku, masih pantaskah aku bersandar dan meminta maaf pada yang kuasa atas segala yang kubuat.
Sekarang aku baru sadar ternyata aku sangat menyayangi mantan suamiku, tiap aku tidur berharap aku bermimpi hidup di masa lalu yang indah bersama keluarga kecilku.
Kini aku hanyalah simpanan orang, yang datang padaku pada saat dia ada waktu luang. Nasi sudah menjadi bubur, dan aku tak bisa kembali lagi, dan menurut hukum Islam, istri yang sudah berzin4h, tidak halal lagi bagi suaminya, dan agama tidak memperbolehkan kami bersatu lagi.
Andai dulu aku bertahan, mendengar cacian dari mulut suamiku, tapi dia menyayangiku… ohhh suamiku maafkan istrimu yang khianat, aku tau, kau susah payah cari nafkah hanya untukku dan anak-anak kita.
Sampai terkadang kau tidak memperhatikan pakaianmu lagi, dibalik cerewetmu kau hanya memperhatikan kesejahteraan kami dan apa balasanku padamu… dengan pengkhianatanku….
Demi Allah maafkan aku…. aku menyesal…. anak-anakku, maafkan bunda.. bunda tak layak jadi orang tua.. Aku menyesal.. ***
Tidak ada komentar
Posting Komentar