- Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya meminta semua pihak melihat secara utuh yang disampaikan ahli filsafat Rocky Gerung saat mengkritik Presiden Joko Widodo. Penggunaan diksi bajingan tolol tidak ujug-ujug muncul tanpa dasar.
"Saya kira Rocky Gerung sedang menyampaikan kritik secara lebih telanjang, apa adanya," kata Willy kepada Media Indonesia, Minggu, 6 Agustus 2023.
Dia berpendapat Rocky sedang melucuti sistem demokrasi liberal seperti yang terjadi saat ini, yaitu lembaga demokrasi yang seolah-olah demokratis, padahal sama sekali tidak.
Willy mengatakan kritik yang dilancarkan kepada Kepala Negara maupun pemimpin lain bukan datang dari Rocky saja. Selama ini, Presiden selalu tidak memberikan reaksi terhadap kritik sejenis. Kalaupun bereaksi, lanjut Willy, bentuknya adalah memaafkan.
"Tapi lihat kemudian siapa yang mengadili dan menghakimi? Massa, baik massa yang di jalanan maupun massa sebagai warga internet," ujar dia.
Sementara itu, politikus senior Partai NasDem, Ahmad Effendy Choirie menyebut Rocky sebagai manusia bebas yang merdeka. Terkait diksi yang dipilih Rocky, dia melihat karena Rocky bukan orang Jawa, khsususnya Solo.
Gus Choi juga mengatakan diksi Rocky untuk mengkritik Jokowi bukan tanpa alasan. Itu dilandasi dari akumulasi atas ucapan, tindakan, dan kebijakan Presiden menyangkut berbagai aspek kehidupan, termasuk cawe-cawe politik.
"Kritik Rocky cukup mewakili kegelisahan dan kemarahan jutaan rakyat yang tak berdaya. Buktinya, banyak rakyat yang ingin menurunkan Jokowi. Kalau kepemimpinannya baik, tidak mungkin rakyat demo berjilid-jilid," kata dia.
Terpisah, psikolog forensik, Reza Indragiri Amriel berpendapat seharusnya pihak kepolisian berpedoman pada Surat Edaran Kapolri Nomor SE/6/X/2015 dalam menangani laporan ujaran kebencian yang ditujukan kepada Rocky. Sebab, Rocky dinilai sudah lama menunjukkan sikap konfrontatifnya terhadap Presiden.
Dalam hal ini, Reza menyebut Polri dapat melakukan langkah preventif dengan mempertemukan Rocky dengan Presiden Jokowi agar dicari solusi perdamaian antarkeduanya.
"SE Kapolri itu sangat bagus, karena menunjukkan betapa Polri memprioritaskan restorative justice berupa mediasi antarpihak. Litigasi belakangan," jelas Reza.
Menurut dia, banyak manfaat yang dapat diambil jika Rocky dan Presiden dapat duduk bersama, termasuk kecerdasan publik dalam bernegara. ***
Tidak ada komentar
Posting Komentar