The Jogja Notify - Amerika Serikat (AS) meyakini Rusia akan memperkuat kerja sama pertahanan dengan Iran. Rusia bahkan telah menerima ratusan drone sekali serang yang digunakan untuk melakukan serangan ke Ukraina.
Serang Ukraina, Rusia Gunakan Ratusan Drone Dari Iran
Tidak ada komentarSenin, 12 Juni 2023
Juni 12, 2023The Jogja Notify - Amerika Serikat (AS) meyakini Rusia akan memperkuat kerja sama pertahanan dengan Iran. Rusia bahkan telah menerima ratusan drone sekali serang yang digunakan untuk melakukan serangan ke Ukraina.
Ukraina Menduga Rusia Ledakkan Bendungan Demi Ciptakan Banjir
Tidak ada komentarThe Jogja Notify - Ukraina bersikeras bahwa Rusia meledakkan Bendungan Khakhovka, yang mengakibatkan banjir di beberapa wilayah di Kherson. Wakil Menteri Pertahanan Ukraina, Hanna Maliar mengatakan Bendungan Khakhovka diledakkan oleh pasukan Rusia untuk mencegah pasukan Ukraina bergerak maju di wilayah Kherson selatan, pada hari Ahad (11/6/2023).
Dinilai Ingin Pecah Belah Kekuatan Koalisi Pengusung Anies. Ketika PDIP Dekati AHY
Tidak ada komentarThe Jogja Notify - Dalam politik, tidak ada musuh yang abadi dan tidak ada kawan yang setia.
Respons Ketegangan di Perbatasan, PBB Desak Israel dan Lebanon Tahan Diri
Tidak ada komentarThe Jogja Notify - PBB mendesak Israel dan Lebanon menahan diri dalam merespons ketegangan yang terjadi di wilayah perbatasan kedua negara. Hal itu sehubungan dengan aktivitas konstruksi Israel yang ditentang warga Lebanon karena dianggap memakan lahan mereka.
Masyarakat Diminta Jauhi Maksiat, Setelah Terkuak Bandung Miliki Angka Penyakit Sifilis Tertinggi
Tidak ada komentarSalah satu tempat prostitusi di Bandung. |
The Jogja Notify - Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat (Jabar) Kota Bandung menjadi daerah tertinggi kedua kasus sifilis setelah Papua. Hal ini berdasarkan data skrining pada periode 2018-2022.
11 Universitas di Inggris Bantu Iran Kembangkan Program Drone Militer
Tidak ada komentarThe Jogja Notify - Sebanyak 11 universitas di Inggris Raya dituduh membantu mengembangkan program pesawat tak berawak Iran dalam beberapa tahun terakhir. Dalam sebuah laporan oleh surat kabar Yahudi Chronicle, 11 universitas di seluruh Inggris Raya telah terlibat dalam pengembangan teknologi militer Iran untuk penggunaan drone bunuh diri dan pesawat tempur Iran, melalui studi yang sebagian didanai oleh Teheran.
Drone Militer |
Surat kabar Yahudi Chronicle juga mengutip lebih dari 200 makalah yang telah ditulis bersama oleh Universitas Shahid Beheshti Iran dan akademisi Inggris. Termasuk makalah yang mengeksplorasi pengembangan perangkat elektronik yang menggunakan konduktor super dan graphene, dengan potensi penggunaan komunikasi dan keamanan nirkabel generasi mendatang.
Pentingnya Tarbiyah Abawiyah Menghadapi Fenomena ‘Hilangnya Sosok Ayah’
Tidak ada komentarThe Jogja Notify - Tarbiyah Abawiyah adalah metode pendidikan yang menjadikan ayah sebagai sosok utama sang pengajar (murobbi) berperan sebagai teladan bagi anak-anaknya di tengah fenomena fatherless
ADA kabar kurang bagus tentang Indonesia.
Diwartakan bahwa baru-baru ini Indonesia masuk dalam peringkat ketiga kategori
fatherless country di dunia, atau negara
yang “kehilangan” peran ayah. Peran ayah Indonesia dalam pengasuhan anak
rupanya dinilai masih sangat minim. Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM),
Diana Setiyawati, menyampaikan bahwa fenomena fatherless
sosok ayah, red) ini perlu diperhatikan,
mengingat dampak dari minimnya peran ayah cukup besar bagi anak. Saat ini,
bangsa Indonesia memiliki penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan
dengan usia tidak produktif. Jika kita salah mengelola, bukan tidak mungkin
akan menjadi bencana.
Fenomena fatherless kian menunjukkan bahwa peran seorang ayah
dalam pola pengasuhan anak sangatlah besar. Bahkan di pembukaan kitabnya yang
berjudul Adabul Alim Wal Muta’alim, KH Hasyim Asy’ari menukil sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah
Radhiallahu Anha yang menjelaskan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda yang
artinya; “Hak anak terhadap orang tuanya (ayah) adalah agar si anak diberikan
nama-nama yang bagus, diberikan air susu yang bagus (Yakni Ibu kandung yang
berakhlak baik yang memberikan ASI pada si anak), dan diberi pendidikan adab
yang bagus.” (KH. Hasyim Asy’ari , Adabul Alim Wal Mutaalim Hal. 09, Cetakan
Maktabah Turats Al Islami Ma’had Tebuireng Jombang Jawa Timur).
Melihat hadis di atas nampak jelas bagaimana
seorang ayah memiliki tanggung jawab besar yang mana jika perihal tersebut
tidak dilaksanakan maka dia telah melanggar hak paling dasar dan paling awal
dari seorang anak yakni sebelum menikah si calon ayah harus bisa memilih
seorang calon ibu yang berakhlak baik yang kelak bisa menyusui calon anaknya,
lalu memberi nama yang bagus (dalam pandangan Islam) dan mendidik anak dengan
pelajaran adab yang bagus.
Namun tidak bisa dipungkiri kini zaman telah
berubah dan tantangan menjadi ayah kian berat sedangkan kesiapan menjadi ayah
tetap rendah. Rendahnya kesiapan menjadi ayah selaras dengan kurangnya
kesadaran membangun pernikahan.
Konsekuensi bahwa pernikahan kemungkinan
besar menghasilkan keturunan yang menuntut tanggung jawab lahir dan batin belum sepenuhnya dipahami
apalagi disiapkan. Sebab pasangan muda lebih fokus menyiapkan hari pernikahan,
dan kurang memikirkan perencanaan membangun keluarga serta cara
menjalaninya.
Seorang dosen di Departemen Ilmu Keluarga
dan Konsumen IPB Diah Krisnatuti, mengatakan, saat ini masyarakat masih ragu
memperkenalkan peran ayah kepada anak laki-laki yang akan menikah. Pesan
pernikahan lebih banyak diberikan kepada anak perempuan agar mereka mampu jadi
istri dan ibu yang mengurus anak dan rumah tangga.
Menurutnya, untuk anak laki-laki, pesan
umumnya hanya terkait aspek ekonomi agar mereka bertanggung jawab memberi
nafkah materi, tidak termasuk di dalamnya nafkah kasih sayang untuk anaknya
kelak.
Survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) tentang kualitas pengasuhan anak Indonesia 2015 menunjukkan hal itu.
Hanya seperempat calon ayah yang mencari informasi pengasuhan anak sebelum
menikah. Saat jadi ayah, mereka yang mau belajar pengasuhan pun kurang dari 40
persen. Dan itupun umumnya berasal dari kelompok terdidik dan kelas ekonomi
menengah.
Tantangan menjadi ayah saat ini jauh berbeda
dengan beberapa dekade yang lalu. Di masa lalu ayah adalah sosok yang ditakuti,
tetapi kini ayah dituntut jadi sahabat anak.
Menguatnya kesetaraan gender yang membuat
peran ibu di masyarakat makin kuat menuntut ayah lebih banyak ikut terlibat
dalam urusan domestik. Perubahan budaya itu terjadi di tengah meningkatnya
tuntutan ekonomi keluarga, ketidakstabilan kondisi sosial ekonomi, kelelahan
akibat bekerja, dan perjalanan bekerja hingga banjirnya informasi yang membuat
pilihan makin banyak.
Survei KPAI 2015 menyebut hampir separuh
ayah hanya punya waktu berbincang dengan anaknya selama satu jam sehari. Materi
perbincangan pun umumnya sangat terbatas, tidak menyentuh substansi, seperti
menanyakan sudah makan atau belum, pelajaran dan teman di sekolah, pekerjaan
rumah, atau nilai ujian. (Kompas, 14/11/17).
Tarbiyah
Abawiyah sebagai Solusi
Terminologi Tarbiyah Abawiyah ini
penulis kutip dari Habib Abubakar Al Adni bin Ali Al Masyhur yang jika
ditafsirkan secara bebas artinya adalah metode pendidikan yang menjadikan ayah
sebagai sosok utama sang pengajar (Murobbi) yang berperan dominan sebagai teladan bagi anak-anaknya.
Di dalam Al Qur’an Allah Swt berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا
أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا
مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ
مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS:
at-Tahrim/66:6).
Allah juga berfirman,
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ
عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ
لِلتَّقْوَىٰ
“Dan perintahkanlah kepada
keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami
tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepadamu. dan akibat
(yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS: Toha /20: 132)
Dan semakna dengan ayat di atas adalah sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ
أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ
سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ
“Perintahkanlah anak-anak
kalian shalat ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika berumur
sepuluh tahun (jika mereka enggan untuk shalat) dan pisahkanlah mereka di
tempat-tempat tidur mereka masing-masing.” (HR:
Ahmad)
Jika melihat khitob dari dua ayat Al Qur’an
dan hadis di atas dapat dilihat bahwa Allah dan Rasulullah ﷺ memerintahkan
kepada para orang tua terutama kepada ayah agar menjaga keluarganya dari api
neraka. Bagaimana caranya, tentu dengan melakukan ketaatan kepada Allah.
Sebelum menyuruh keluarganya tentu si ayah
harus menjadi teladan sebagai orang pertama yang melaksanakan ketaatan kepada
Allah di keluarganya agar dicontoh oleh anak-anaknya. Inilah salah satu Tarbiyah Abawiyah yang kini
kian darurat untuk digalakkan.
Lihatlah di dalam Al-Qur’an bagaimana
dikisahkan keteladanan para ayah dalam mendidik anaknya seperti kisah Lukman Al
Hakim, Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail Alaihimu Salam, kisah Nabi Ya’qub Alaihis
Salam saat berwasiat agar mempertahankan akidah Islamiyah kepada para anaknya
saat menjelang wafat dll. Itu semua adalah contoh terbaik dari Tarbiyah Abawiyah yang
diabadikan di dalam Al Qur’an yang kini menjadi kedaruratan nyata untuk segera
diterapkan di negara yang semakin “kehilangan sosok ayah” ini.
Di dalam salah satu bab dalam kitabnya,
Sayyid Muhammad Al Maliki mendorong agar para orang tua memberi perhatian
kepada anak-anaknya tentang tata krama. Beliau mengutip pesan dari Sayyidina
Ali bin Abi Thalib kWh agar senantiasa mengajari dan mendidik anak-anak dengan sebaik-baiknya.
Sebab di dalam Tarikh Bukhari disebutkan
ada hadis marfu’ yang menyatakan bahwa orang tua tidak membekali anaknya
sesuatu yang lebih utama daripada adab yang baik. Dan hadis dari Jabir bin
Samurah Radiyallahu Anhu yang menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda bahwa
seseorang yang mengajar anaknya itu lebih baik daripada ia bershadaqah sebanyak
satu Shaa’.(Prof. Sayyid Muhammad Al
Maliki, Etika Islam dalam Membina Rumah Tangga (Terj.), Hal. 45)
Sebagai penutup agar kita kian bersemangat
untuk menjalankan metode Tarbiyah Abawiyah dalam menanggulangi fenomena “Fatherless ” ini, penulis
ingin mengutip hadis yang berbunyi,
رحم الله والدا أعان والده على بره
“Semoga Allah
memberi rahmat kepada orang tua yang membantu anaknya untuk berbakti
kepadanya.“ (HR: Abu As Syaikh dengan
sanad Dhoif). Wallahu A’lam Bis Showab.
Murid Kulliyah Dirosah
Islamiyah Pandaan Pasuruan
Panggil Istri Dengan Namanya Saja, Ia Akan Selalu Cantik Dan Bahagia
Tidak ada komentarWanita yang cantik itu pasti sedang bahagia. Kebahagiaan membuatnya emmancarkan aura positif yang kuat dan mengabaikan semua minusnya menjadi plus. Itulah energi cantik dari sebuah kebahagiaan. Dan kebahagiaan wanita itu bisa didapatkan dengan cara yang sederhana.
Beberapa wanita senang dipanggil dengan sebutan 'sayang', 'dinda', 'honey', 'bunda' dan sebagainya. Namun ada sebuah penelitian menarik di Jepang yang mungkin akan membuat para suami dan lelaki berubah. Lihat videonya di bawah ini.Sesederhana seorang suami yang memanggil nama istrinya. Membuatnya punya pancaran wajah yang berbeda seperti saat pertama kali bertemu dengan pria yang menjadikannya ibu dari anak-anaknya. Pancaran sebagai seorang wanita dan istri, bukan hanya seorang ibu.
It means a lot, so call them by their name.
Selama Masih Ada Nafas Untuk Hidup, Selama Itu Pula Manusia Tak Berhenti Belajar
Tidak ada komentarAku sudah 10 tahun menjadi seorang dokter hewan. Berkali-kali aku menyelamatkan atau mengobati hewan, namun tak ada kejadian seperti saat aku datang ke sebuah rumah yang memelihara anjing yang gagah bernama Belker.
Belker sakit keras. Aku berusaha mengatasi penyakitnya dan merawatnya dengan metode terbaik yang pernah ada. Namun ia tak bisa ditolong lagi. Belker mengalami sakit kanker dan sorot mata maupun tubuhnya memperlihatkan kalau ia tahu bahwa waktunya tak akan lama.
Anjing tua itu milik sepasang suami istri bernama Ron dan Lisa, serta anak mereka, Shane. Mereka menghubungiku saat hari akan badai salju dan memohon untuk datang karena Belker begitu berarti baginya.
Aku menjelaskan pada keluarga kecil itu bahwa Belker sudah terlalu parah kondisinya dan mungkin ia tak akan bertahan hingga besok. Maka Ron dan Lisa mengerti dan memintaku tetap menginap hingga anjing mereka meninggal. Lagipula malam itu badai salju.
Diam-diam aku kagum pada Shane. Anak itu masih berusia 10 tahun, tapi tenang sekali menghadapi masa-masa perpisahannya dengan Belker. Ia memangku anjingnya itu dan mengusap-ngusapnya dengan lembut, seolah saling menenangkan satu sama lain.
Sampai keesokan harinya, Shane masih tampak di dekat perapian bersama Belker. Aku berbincang-bincang dengan Ron yang menceritakan bagaimana ia bisa mendapatkan anjing setia seperti Belker. Beberapa kali anjing itu menyelamatkannya, menyelamatkan Shane dan peternakan mereka.
Tepat pukul satu siang, Belker menutup mata dan berhenti bernafas. Ia telah mati dengan damai dengan diiringi doa dan belaian dari keluarga itu. Di antara mereka, hanya Lisa yang menitikkan air mata. Shane tampak tegar atau mungkin pura-pura tegar.
"Dia sudah tenang, Nak. Doakan saja," kataku. Dia tersenyum dan mengangguk. Shane kelihatan benar-benar ikhlas. "Belker memang sudah waktunya pulang duluan," ujar Shane.
"Kau begitu yakin dan tegar," kataku sambil menggunakan sarung tangan, bersiap membantu mengubur Belker. Tak disangka, Shane menjawab dengan kata-kata yang membuatku melihat kehidupan dengan cara yang berbeda.
"Manusia lahir ke dunia agar mereka bisa belajar bagaimana hidup dengan baik. Seperti mengasihi sesama makhluk hidup dan berbuat baik, iya kan?" ujarnya. Aku mengangguk setuju dengan statementnya, lantas ia menjawab lagi.
"Well, anjing sudah tahu bagaimana melakukan itu, jadi mereka tak perlu hidup di sini terlalu lama," ucap bocah itu.
Aku sudah 49 tahun dan sungguh terperangah dengan apa yang ia katakan. Aku tak menyangka bahwa pandangannya begitu luar biasa dan meruntuhkan kesombongan orang-orang yang lebih dewasa darinya.
Selama ini aku yakin sudah berbuat cukup baik dalam hidup, mengasihi sesama dan berusaha tak menjadi musuh masyarakat. Namun apa yang dikatakan Shane membuatku mengerti, tanpa disadari kadang manusia sombong dalam kebaikan mereka.
Merasa puas dan merasa baik, tak sadar bahwa masih ada umur berarti masih banyak hal yang harus dipahami dan dipelajari. Usia tak menentukan kedewasaan seseorang. Selama masih ada nafas untuk hidup, selama itulah manusia tak berhenti untuk belajar.