Cinta dan nafsu memang kadang membingungkan, kita menyebutnya cinta tapi selalu saja rindu dengan belaian dan kecupannya. Bukankah cinta tak perlu itu semua? Sejujurnya aku pun sama dengan mereka yang bingung antara cinta dan nafsu, setidaknya demikian kisah yang akan kuceritakan ini.
Terimakasih kepada redaksi The Jogja yang telah bersedia menerbitkan ceritaku ini. Rasanya senang sekali bisa menemukan situs curhatan seperti, jadi bisa menuliskan kegundahan yang aku rasakan. Pengalaman yang ingin kuceritakan ini belum lama terjadi, mungkin sekitar 6 bulan yang lalu. Saat itu aku tengah menjalin hubungan dengan seorang pria, hubungan itu berawal dari status pertemanan biasa saja. Dan dari pertemanan itu muncul chemistry diantara kami yang membuat kami cepat akrab. Tapi meski demikian, diantara kami tidak pernah terjalin status hubungan berpacaran. Bisa dikatakan hubungan kami adalah tanpa status atau istilah kerennya teman tapi mesra.
Aku menjalin hubungan dengannya karena aku baru saja putus dengan pacarku. Berkenalan dengannya tiga hari setelah aku putus dengan pacar yang kini menjadi mantanku. Kami berkenalan lalu saling dekat, kami menjadi akrab dan saling berbagi. Kami pun sering jalan keluar. Karena kedua orang tuaku sibuk dan aku pun sedang dalam masa galau, aku pun menerima setiap ajakan dia untuk keluar jalan bersama dengan senang hati. Kami keluar layaknya pasangan pada umumnya. Kami menikmati dunia kami tanpa memperdulikan apapun yang orang lain katakan. Aku sendiri juga tidak tahu apakah ini termasuk cinta atau pelampiasan?
Karena semakin lama kami semakin dekat, kami pun semakin berani melangkah jauh meski tanpa status hubungan apapun. Saat itu dirumahku sedang kosong, kami baru saja menghabiskan waktu malam minggu. Karena rumahku termasuk kawasan komplek, otomatis suasana rumah pun sepi. Aku dan dia duduk berdua di ruang tamu setelah kami lelah berjalan-jalan. Aku pun juga tidak tega untuk mengusirnya. Saat itu aku menyandarkan kepalaku ke bahunya dan tanpa kami dapat cegah atau kontrol, secara perlahan kepalanya semakin dekat hingga bibir kami saling bertemu.
Lama kami berciuman hingga kami tidak tahu bahwa waktu telah lama berlalu. Karena waktu telah menunjukkan pukul 11 malam, aku memintanya untuk pulang. Ternyata ciuman serta pelukan itu tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Kami melakukannya kembali di tempat-tempat lain dan tidak hanya di rumah kami saja. Semakin lama, semakin sering. Sepertinya aku mulai terjerat di antara cinta dan nafsu.
Cinta ataukah Nafsu?
Namun lama kelamaan aku jadi berfikir dan tidak tahu juga mengapa aku melakukan hal itu? Apakah ini cinta? Ataukah hanya sekedar nafsu? Saat dengan mantanku, aku bahkan tidak pernah melakukan hal itu hingga akhirnya dia memutuskanku karena dia mengira bahwa aku wanita polos dan tak sejalan dengannya. Tapi mengapa aku bisa begini?
Hubungan kami hampir berjalan 2 bulan. Rasanya waktu berlalu begitu cepat. Namun lama-lama aku jadi bosan dengannya. Aku bosan berciuman tanpa rasa dengannya. Awalnya memang ciuman itu berasa seperti terdapat suatu getaran yang membuat kami ketagihan. Tapi lama-kelamaan semuanya seperti membosankan.
Mungkin begitulah nafsu, dia membosankan dan layu. Tidak seperti cinta yang selalu membahagiakan.
Beberapa hari kemudian aku mendapat kabar bahwa aku tukang perusak hubungan orang. Tentu saja aku tidak terima tuduhan itu. Aku tidak tahu menahu apa pun tentang hal itu. Otomatis aku bertanya-tanya. Hingga akhirnya aku mngetahui bahwa dia telah memiliki pacar. Mereka memang sedang break dalam hubungan yang sedang mereka jalani karena pacarnya sedang magang di suatu kantor. Aku yang tahu hal itu pun kaget dan memutuskan hubunganku dengannya.
Entah apakah keputuskanku itu benar atau tidak. Aku meninggalkan dia begitu saja. Aku tidak memberikan kabar apapun padanya. Karena menurutku, hubungan kami memang tidak pantas untuk dilanjutkan. Dia katakan cinta, namun bagiku semua hanyalah sebatas nafsu belaka. Aku tidak mau terombang ambing berada di antara cinta dan nafsu.
Demikian kisahku, aku beruntung karena tidak terlibat terlalu dalam dengannya, apalagi sampai berhubungan intim. Entah apa jadinya aku jika sampai menyerahkan kehormatanku kepadanya. Ada baiknya, pengalamanku ini dijadikan pelajaran bagi teman-teman terutama kaum wanita supaya lebih berhati-hati antara cinta dan nafsu. ***
Seperti dikisahkan kawan Putri ke redaksi
Tidak ada komentar
Posting Komentar