Responsive Ad Slot

Latest

Relationship

Cinta SisiL Yang Kandas

Sabtu, 13 Mei 2023

/ by Jogjanesia

Duduk di pojokan yang tak mengundang perhatian. Ditemani satu pack rokok dan segelas mocha dingin. Entah sudah berapa batang yang kuhisap. Aku tak menghitung jumlah kertas gulungan yang lebur menjadi abu. Aku pun tak menghitung berapa detik yang telah kuhabiskan untuk berdiam diri merenung di sebuah kafe tempatku biasa mengusir penat.


Setiap pesan minum, barista tak perlu menanyakan namaku untuk dipanggil mengambil pesanan. Mereka sudah hafal, Sisil. Beberapa hari ini aku merasakan kebuntuan. Aku dan suamiku pisah ranjang. Entah kenapa rasanya aku muak dan jenuh dengannya. Ingin jauh-jauh. Mungkin ini adalah akumulasi dari kekesalan-kekesalan yang tertimbun di benakku. 

Saat ini yang kubutuhkan hanyalah teman curhat. Langsung saja jempolku mengetik di BBM yang tertuju pada seorang sahabat. Kuundang dia kemari. Semoga saja tidak sedang lembur, karena biasanya dia masih asyik di ruang kerjanya sambil menyelesaikan naskah berita.

“Kyu, aku di Coftof sendirian.”

“Oke aku barusan sampai rumah. Aku mandi dulu ya lalu ke sana.”
“Oke.”

Ah, syukurlah. Ternyata dia sedang tidak lembur. Akhirnya aku bisa melepas unek-unek di kepala. Setidaknya bisa jadi pelipur lara. Aku kembali menyalakan korek, menyulut rokok, menghisapnya, lalu membumbungkan asapnya ke udara. Sambil sedikit melamun menunggu sahabatku datang.

Dalam lamunan, tiba-tiba aku teringat kejadian kemarin malam. Kejadian di mana aku seolah-olah mendapat petunjuk dari Tuhan. Petunjuk itu datang di tempatku bekerja, tempat hiburan malam. Sebagai Sexy Dancer, aku mengenal banyak tamu dari berbagai kalangan dan bermacam karakter. 

Aku menghibur mereka di tempat hiburan malam, agar mereka sejenak melepas kepenatan. Tak jarang dari mereka yang curhat colongan ketika bertemu denganku.

Kemarin malam aku mendapat tamu seorang sopir truk. Dia datang ke tempat hiburan dangdut tempatku mencari nafkah seorang diri. Saat kudekati, dia langsung saja membuka obrolan. Curhat masalah rumah tangganya yang sedang kacau.

“Aku ndelok wong wedok kerjo ngene iki gak tego mbak.. iling bojoku,” kata sopir truk itu.

“Lah yaopo maneh mas, gawe biaya uripku, anakku.. yawes dilakoni ae,” ucapku menggunakan bahasa khas suroboyoan.

“Nek aku dadi bojone sampean, wes tak kongkon meneng nang omah mbak… Wes babah aku nyambut gawe nyopir truk tak belani awan bengi, pokok isok nafkahi anak bojo, aku gak mangan yo gapopo sing penting anak bojoku wareg disik,” sahut sopir truk itu yang kemudian menenggak bir.

“Lha emang bojoe sampean nangndi mas?” tanyaku.

“Bojoku minggat mbak seko aku, wes 2 tahun iki gak onok kabar,” ucapnya sedih.

“Lah anake sampean yaopo mas?” tanyaku.

“Anakku melok aku mbak, umure sik 3 tahun. Bojoku yo gak tau nakokno, koyok wes gak ngurusi. Gapopo wes mbak, sing penting aku sik isok ngingoni anak, Tak sekolahno sampe dukur mene ben dadi wong sukses. Kadang yo nelongso mbak, nek pas nggoleki ibu’e,” ujar sopir truk itu.

Lalu aku terdiam sejenak. Memikirkan kehidupanku sendiri. Dalam hati aku ingin mempunyai suami sepertinya. Laki-laki yang begitu bertanggung jawab pada keluarganya. Apakah ini merupakan pertanda dari Tuhan, di saat aku sedang risau memikirkan nasib rumah tanggaku yang harus diteruskan atau tidak. 

Apakah aku harus mempertahankan suamiku yang tak kunjung mengerti lelahku untuk terus bekerja seperti ini? atau aku harus memilih hidup sendiri bersama anakku tanpanya?

Sebelum beranjak dari tempat dudukku, sopir truk itu menyawerku dua ratus ribu. Aku berlalu darinya dan mendekati tamu lain yang sudah menungguku. Mencari saweran dari kursi ke kursi para tamu.

Kyu datang. Lamunanku menghilang. Ia menghampiriku dengan senyuman. Duduk di depanku lalu menghela nafas panjang. Kyu seakan tahu apa yang sedang aku pikirkan. Mungkin feeling seorang perempuan. Apalagi sahabat, dengan chemistry yang begitu kuat.

“Kenapa lagi dengan suamimu.”

“Aku gugat cerai dia. Sudah aku urus berkasnya di pengadilan.”

“What?! Kamu yakin mau cerai?”

“Iya, aku udah capek. Bahkan lebih dari itu.”

“Aku tidak tahu harus bilang apa. Pernikahanmu masih seumur jagung. Jika masih bisa dipertahankan, lebih baik bertahan. Tapi kalau sudah menemui jalan buntu ya apa boleh buat. Kamu yang menjalani kamu yang lebih tahu. Aku hanya bisa memberikan support dan mendoakan yang terbaik buat kamu.”

“Tidak ada yang perlu di pertahankan dari sebuah pernikahan yang penuh penderitaan. Bahkan sebuah pernikahan dan anak yang telah kulahirkan, yang sebetulnya tak pernah diharapkan oleh keluarganya.”

Mataku sedikit berkaca-kaca. Tapi itu semua sirna ketika handphoneku berbunyi. Peri kecilku yang cantik dan lucu meneleponku.

“Mama, dimana? Cepet pulang.”

“Iya nak, ini mama mau pulang, tunggu ya..”

Anakku sudah mencariku. Aku pun mengkhiri obrolanku dengan Kyu. Aku ingin cepat-cepat sampai rumah untuk memeluk dan mencium pipi anakku yang masih berumur 4 tahun itu. Dialah yang menjadi penguatku. Dialah yang mampu membuatku bangkit.

Anakkulah yang membuatku bangkit dari hinaan yang menyerang langkahku. Juga mereka orang-orang yang kucintai, selalu mengingatkanku pada mimpi yang harus kuraih. Mereka adalah anakku dan keluargaku. 

Jika memang bercerai nanti. Itu bukanlah akhir dari kisahku. Jalanku masih panjang, bahagia masih menantiku. Tuhan pun tak pernah membatasi doaku.

*** A Kartika Sandy

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Don't Miss
© all rights reserved 2023
Created by Mas Binde