Aku terlarut dalam riuhnya sepi
detak jam dinding masih menemani
suara jangkrik ditengah ilalang
meski lamat tapi jelas kudengar
bersama anganku mulai terbang
menembus langit langit kamar
malam terasa panjang dan tak bertepi
rinai gerimis merintih menunggu pagi
rinai gerimis merintih menunggu pagi
ruang batinku terasa dingin membeku
bergetar bibirku menahan selaksa rindu
terpasung didalam penantian
terhimpit diantara kegalauan
terhimpit diantara kegalauan
bercumbu mesra dengan bayangan
tenggelam dalam lautan kesepian
terkadang aku ingin menantang langit
mengapa tak segera turunkan cahaya
mengapa tak segera turunkan cahaya
menerangi jalanku yang kian menyempit
agar tak tersesat menembus belantara
wahai bidadari penghuni khayangan
sudikah kau menemaniku berdendang
sudikah kau menemaniku berdendang
nyanyikan lagu tentang pengharapan
melepas kerinduan yang lama terpendam
dimanakah kini kau berada ?
sedemikian jauh kau berjalan
sedemikian jauh kau berjalan
tinggalkan jejak kenangan jingga
yang tak pernah mampu kulupa
memori tentangmu masih bertebaran
mengisi setiap lembar catatan harian
mengisi setiap lembar catatan harian
walau samar namun masih mampu kubaca
sekedar mengenang cerita tentang kita
mungkinkah kau melihat bulan
yang kini tengah kupandangi ?
yang kini tengah kupandangi ?
adakah waktu memberi kesempatan
agar kita dapat berjumpa lagi ?
setidaknya aku bisa menulis puisi
bersama airmata yang mengalir dipipi
bersama airmata yang mengalir dipipi
dan bila saja dirimu bisa mengerti
aku ingin mencintaimu seribu tahun lagi
Tidak ada komentar
Posting Komentar