Ini adalah kisahku saat aku masih SMP dan berlanjut ke SMA. Seperti anak SMP lainnya, aku belajar, bermain, dan mempunyai cinta. Sebut saja namanya Rio (nama Samaran). Aku mengenalnya saat aku kelas 3 SMP, berawal dari fotoku bersama seorang teman, kebetulan Rio adalah sepupu temanku, sebut saja namanya Welli.
Rio sering mengirim salam padaku, aku menanggapi biasa aja, karena pada saat itu aku juga sudah mempunyai cowok. Tapi Rio tidak berhenti sampai disitu, dia sempat datang menemuiku ke sekolah. Saat itu dia udah SMA, dia berbeda 3 tahun dengan usiaku.
Rio anak yang ramah, baik dan cepat akrab dengan ke 3 temanku yang lain, Trisna, Wisnia dan Welli. Karena keakraban itu akupun tidak merasa canggung untuk dekat dengannya. Aku pikir biasa aja, dia juga dekat kok dengan teman-teman ku yang lain, kenapa aku harus GR, pikir ku dalam hati.
Tanpa disadari karena kedekatan kami itu membuat kecemburuan pada cowokku, Imap (samaran). Awalnya aku tidak menyadari itu, tapi Imapnya juga nggak ngomong kalau dia cemburu makanya aku diam aja. Akhirnya aku mengetahui hal itu dari temanku Romi. “Imap cemburu tu, Loe juga sie dekat-dekat sama orang asing itu,” begitu lontar Romi. Kata-kata Romi membuat ku berpikir panjang dan membuat aku menjauhi Rio.
Rio yang curiga dengan sikapku, berusaha mendekatiku dan ingin mengetahui kenapa sikapku berubah padanya, akhirnya aku jujur padanya “Rio, aku udah punya cowok, dan sekarang dia marah padaku karena kedekatan kita”. Rio dengan santai menjawab, “Ya, aku sudah tau, dan emang kenapa?”.
Aku tertegun mendengar ucapannya, dan sempat terpikir kalau aku hanya GR saja. Ternyata dia hanya menganggapku sebatas teman.. heheheheKedekatanku dengannya semakin menjadi, aku . menjadi terbiasa dia kunjungi dan kami berdua semakin terbiasa jalan bersama. Aku sudah menganggap dia sebagai temanku sendiri tanpa harus khawatir dengan cowokku. “Dia hanya mengganggapku teman, dan tidak ada apa-apa diantara kita, kamu percaya aja sama aku”. Kata-kata itu yang membuat Imap percaya padaku.
Namun malam itu, perasaanku menjadi aneh. Saat dia kerumahku sendiri, biasanya dia selalu bersama sepupunya yang juga temanku Welli, namun perasaanku segera kutepis setelah dia bilang kalau“Welli ketiduran, tapi aku ada perlu mendadak jadinya aku sendiri aja ke sini, ngak papa kan?”, “Iya”,jawab ku.
Suasana kembali asik, kami pun bercanda seperti biasanya. Tidak ada yang janggal dan aneh. Tapi saat dia pamit pulang, “Aku pamit dulu ya, tapi ada hal yang harus aku sampaikan. Aku sayang sama kamu, aku ingin kamu jadi pacar aku, aku tahu kamu sudah punya pacar, tapi aku masih berharap. Tapi malam ini aku ingin tahu harapan itu apa ada?”
Serasa petir menyambar di telinga ku, apa ini? Perasaan ku jadi aneh, bercampur-campur tak menentu. Kenapa dia harus mengatakan ini? Tanpa harus berpikir aku menjawab pertanyaannya dengan singkat, “Kalau kamu menginginkan lebih dari hubungan kita, aku tidak bisa berikan apa-apa padamu, karen aku sudah punya Imap dan nggak mungkin mengkhianatinya.”
Dia berlalu tanpa mengatakan apa-apa, sejak malam itu aku kehilangan dia, kehilangan perhatiannya. Dia tak muncul lagi. Dua tahun berlalu sejak kejadian itu, sekarang aku sudah berpisah dengan sahabat-sahabat SMP ku, Kami telah tamat SMP dan sekarang kami sekolah di SMA yang berbeda. Begitu juga dengan hubunganku dengan Imap, Aku dan Imap pisah begitu aja, namanya juga cinta monyet.
Aku pun melalui hari-hari dan menikmati masa-masa SMA, sampai suatu sore. “Dian, ada tamu ingin ketemu,” suara itu membangunkanku dari lamunan. Kakiku segera melangkah meninggalkan kamarku dan beranjak ke ruang tamu. Dan saat ku liat siapa yang datang, tiba-tiba jantungku berdentang begitu kencang. “Rio?????”
Sejak saat itu, Rio kembali ada buatku, bukan sebagai teman, berkat perjuangannya yang ku acungkan jempol dia bisa memenangkan hatiku. Akhirnya dia jadi pacarku. Itu berlangsung sampai 2 tahun. Selama jadi pacarku, Rio memang cowok hebat, penuh sabar menghadapi sikap kekanakanku yang beda 3 tahun di bawahnya. Dia selalu mengalah dan memahamiku dan tak pernah marah padaku, aku beruntung memiliki dia. Walau pun dia punya kesibukan apapun, dia selalu ada buatku, dia memang pahlawanku.
Tapi sekarang dia tidak bersamaku lagi, sekarang dia udah mempunyai seorang istri dan anak, dan itu bukan aku. Aku yang salah telah meninggalkan dia demi hal yang tak pasti dan menyia-nyiakan cintanya. Penyesalan ini yang selalu membuat aku berlinang air mata, namun aku selalu mendoakan dia bahagia bersama keluarganya. Dan andai aku mempunyai cinta lagi, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan cinta itu. Aku nggak mau menyesal ke dua kali.****
Seperti yang diceritakan Dian kepada redaksi
Seperti yang diceritakan Dian kepada redaksi
Tidak ada komentar
Posting Komentar