Sebuah lagu tradisional populer dari Jawa Tengah berjudul “Gundul Gundul Pacul” .Lagu ini merupakan ciptaan salah seorang Wali 9 penyebar agama Islam di Jawa yaitu Sunan Kalijaga. Tembang Jawa ini konon diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga yang mempunyai arti filosofis yang dalam & sangat mulia.
Sebelum kita mengenal siapakah Sunan Kalijaga. Inilah lagu pertama « Gundul Gundul Pacul ». Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta, beliau adalah salah satu murid Sunan Bonang yang juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.
Beberapa lagu suluk (karya sastra tasawuf) ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Selain itu, beliau juga yang menciptakan baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu ("Petruk Jadi Raja"). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga. Pemirsa Lirik utama dari lagu Gundul-gundul Pacul adalah : Gundul Pacul Gembéléngan, Nyunggi Wakul Gembéléngan, Wakul Ngglimpang Segané Dadi Sak Latar. Gundul artinya adalah kepala botak tanpa rambut.
Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Sedangkan Pacul: adalah cangkul yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. Pacul adalah lambang kawula rendah yang kebanyakan adalah petani sehingga Gundul Pacul artinya bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Gembéléngan artinya: besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya. Nyunggi Wakul artinya: membawa bakul (tempat nasi) di kepalanya. Pemimpin mengemban amanah penting membawa bakul dikepalanya. Wakul adalah simbol kesejahteraan milik rakyat, Kekayaan negara, sumberdaya, Pembawa bakul hanyalah pembantu si pemiliknya. Jika pemimpin masih gembéléngan (melenggak-lenggokkan kepala dengan sombong dan bermain-main). Akibatnya; Wakul ngglimpang segané dadi sak latar ( Bakul terguling dan nasinya tumpah ke mana-mana) maksudnya sumber daya akan tumpah ke mana-mana. Dia tak terdistribusi dengan baik.
Kesenjangan ada dimana-mana. Nasi yang tumpah di tanah tak akan bisa dimakan lagi karena kotor. Maka gagallah tugasnya mengemban amanah rakyat. Mereka yang dibesarkan di Jawa, khususnya Jawa Tengah pasti tak asing dengan tembang Ilir-Ilir ciptaan Sunan Kalijaga ini. Melodi yang lembut, syair yang bermakna kuat menuai banyak simpati dan menjadikan lagu ini bagian dari folk music yang banyak digemari. Bagi anak-anak ilir-ilir lebih dipahami sebagai tembang dolanan. Sekalipun mungkin mereka tidak begitu paham siratan maknanya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar