Ini Sedikit Cuplikan Tentang buku "Togog menggugat Negeri Maling" karya dari Djoko B. Karena bagus maka saya copas di blog saya ini , sekaligus untuk merenungkan dan membandingkan dengan negeri wakanda +62 kita .
Buku TOGOG MENGGUGAT NEGERI MALING ini dikemas sangat istimewa, TWO IN ONE, terdiri dari Buku I dan Buku II (Bolak-balik, lihat contoh cover) Buku Kesatu mengangkat tema besar MEMBERANTAS KORUPSI. Di buku 1 ini terdapat 31 tulisan menarik tentang korupsi untuk dijadikan bahan introspeksi. Pada buku Kedua mengangkat tema tulisan MENGGUGAT KEMANUSIAAN. Di buku ini pun terdapat 31 tulisan yang sangat menarik untuk direnungkan.
Sebagai pengenalan bagaimana unik dan menarik serta menggelitiknya dialog-dialog
yang disajikan dalam buku ini, berikut kami sampaikan Tulisan Pertama pada buku
I dengan judul tulisan :
Sidang DPW Astina: Memberantas Korupsi
Pagi itu tidak seperti biasanya Gedung DPW (Dewan Perwakilan Wayang) Negeri
Astina kelihatan ramai, mobil-mobil DPW yang mewah terparkir rapi. Rupanya pagi
itu ada Sidang Paripurna yang khusus membahas masalah korupsi yang sudah
sangat-sangat kronis di Negeri Astina. Sidang dipimpin Raja Astina, Suyudana,
dan diikuti oleh seluruh petinggi dan kerabat kerajaan. Sedang Togog, mBilung,
Limbuk dan Cangik seperti biasanya, ya hanya sebagai pembantu umum. Namanya
saja wayang babu, ya bantu sana bantu sini untuk kelancaran sidang.
suyudana: “Saudara-saudaraku untuk meningkatkan daya saing dalam era
kompetisi ini.. kita harus berpikir GloBaL tanpa meninggalkan keunggulan LoKaL.
Masalahnya, keunggulan LoKaL kita ini apa..? Lha semuanya pada korup..!?”
mBilung: “(He..he..he..
termasuk Suyudana.. walau sedikit.. mungkiiin..?)”
Pandita Durna: “Iya..ya.. saya kira susah berantas korupsi disini.. soalnya kita
ini lahir di negeri korup.. waktu balita kita disuapin makanan hasil korup..
sejak zaman kakek-nenek kita sampai sekarang masih ada saja yang korup..
mungkin sekarang malah makin mengGiLa.. dan ngGiLani..!?”
Burisrawa: “Ya.. aku
bisa mengerti kalau Eyang Durna pesimis begitu. Karena keteladanan di Astina
ini dapat dikatakan tidak ada.. dan sekarang.. pimpinan sidang harus berani
memutuskan.. apakah kita mau bertekad memberantas korupsi di negeri kita ini
dengan tegas atau tidak? Kalau tegas ya harus revolusi.. jika revolusi memang
kita akan mengalami kesusahan yang yang sangat hebat dan itu tidak bisa kita
hindari..”
Suyudana: “Yaaa.. ya..! Pendapat yang lain..?”
Togog: “(Wuah
gawat.. kalau tegas dan revolusi.. semua yang hadir disini bisa kena.. dan
habis deh Negeri Astina.. siapa yang mau ngurus..?)”
Adipati Karna: “Pekerjaan berantas korup itu bisa mudah dan bisa susah..
mudah kalau menyangkut yang lain.. susah kalau menyangkut diri kita sendiri..
Limbuk: “(Haaa..ha..ha..
jadi ketawa sendiri aku ini..! lha bukankah semuanya beri contoh korup..?
he.. hee.. heee tuh Adipati Karna ngomongnya pakai tersenyum.. kelihatannya
nyindir yang hadir nih..?)”
Basudewa: “Ya.. susah-susah gampang gitu lho.. lhaaa.. jika kita ingin
berhasil berantas korupsi.. ya kita harus mengetahui kenapa korup itu
timbul..? serta ada berapa macam korup yang biasanya
berpraktik selama ini..? kalau sudah ngerti.. kan gampang
ngGeBuKnya..!”
Cangik: “(Yaaa..
kalau ngGeBuK diri sendiri tentunya ya ogaaah.. paling eunak ya ngGeBuK
yang lain.. ironisnya.. bukankah yang ngGeBuK dan yang diGeBuK sama-sama
korup..? wuaaah.. bakalan rame nih..!)”
Dursasana: “Setuju..
bukankah korup bisa juga disebut MaLinG..? yang secara harfiah
dapat diartikan sebagai keinginan untuk menguasai barang bukan miliknya secara
paksa..? baik itu secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi..?”
Adipati Salya: “Beneeer.. itu bener... itu berarti.. korup timbul
karena ada yang serakah dan jahat..!”
Togog: “(Kalau kerjasama dengan yang serakah bagaimana..? apakah juga
termasuk serakah..? ..kok jadi merinding aku..)”
Resi Bhisma: “Lho bisa juga korup timbul karena adanya kerangka
hukum yang buruk atau adanya personal manajemen disuatu
perusahaan yang juga buruk..”
Limbuk: “(Yaaah.. hebat juga tuh.. baru sekali kursus
manajemen ngomongnya udah kelihatan keren..?)”
Sangkuni: “Waduh..! kok njlimet.. ruwet begini..?”
Cangik: “(..Uuuuh..
Patih kok GuoBloooG.. makanya kursus dong..)”
Basudewa: “Semuanya betul.. tapi masih ada lagi.. kita harus
mengetahui sifat-sifat korup itu apa saja? Saya beri contoh
salah satu sifat korup.. yaitu korup yang bersifat transaksional..
ya itu.. korup yang timbul karena ada pemberi dan penerima... dimana kedua-duanya
ingin mendapatkan keuntungan dan secara aktif turut mengupayakannya..”
Sangkuni: “Kalau
begitu.. ada juga korup yang mirip preman.. yang bersifat memeras..
yaitu pihak yang diperas harus memberikan penyuapan guna menghindari hambatan,
halangan atas usaha atau karirnya.”
Aswatama: “Wah.. waah.. waaah.. walau saya termasuk paling muda, urun
rembug kan boleh tho..? ada juga lho korup yang sifatnya
otogenik... yaitu korup yang melibatkan yang bersangkutan itu sendiri,
seperti manajer yang mendukung berlakunya peraturan dimana peraturan tersebut
akan memberi keuntungan baginya.. he..hee..heee.. yang jadi manajer jangan
marah ya..?”
Destrajumena: “Jangan lupa.. catat nih.. ada korup yang bersifat
defensif, artinya korup itu timbul ketika ada yang menawarkan uang suap
untuk membela kepentingannya.. dalam hal ini pejabat yang ditawari tidak
minta.. tidak juga menolak.. kan uenak.. tidak susah payah merekayasa
untuk mendapatkannya..”
Durmagati: “Terus.. ada
korup yang memakai prinsip ahli ekonomi.. yaitu korup yang bersifat
investasi.. yaitu dimana barang atau jasa pelayanan diberikan
sebaik-baiknya agar nanti mendapatkan imbalan proyek atau imbalan karier atas
pelayanan yang baik tadi.. terus.. ada juga korup yang sangat terkenal
yaitu korup yang bersifat nepotisme.. yaitu penunjukan
kerabatnya untuk menduduki suatu jabatan.. atau kerabatnya mendapatkan
perlakuan khusus.. sehingga bisa menjadi Anjungan Tunai Mandirinya..
terus.. apalagi ya..?”
Kartamarma: “Lhooo.. lhoo.. lho.. sekarang kalau saya melihat tindak
perkorupan.. terus saya diam saja bagaimana..?”
Jayadrata: “kamu
berdosa.. itu artinya kamu ya ikut korup.. korupmu itu bisa disebut korup
yang bersifat suportif.. artinya.. karena kamu ini tidak
mencela.. atau masa bodoh atas adanya tindakan perkorupan.. atau
malah memberi peluang.. dengan demikian mungkin atau bahkan perkorupan
disekitarmu itu bisa menjadi kuat..”
Ki Dalang: “Huaaa..
haa.. ha..! Astina itu di dunia pewayangan udah di-SettinG sebagai
negeri korup.. semua tokohnya korup.. lho ini kok kumpul mengadakan Sidang
Paripurna Bahas Berantas Korupsi.. ampuuun.. ampun..!?”
Burisrawa: “Oooh.. ooh.. oh.. dalang edaaan.. dalang edan..! Emangnya wayang
tidak boleh SaDar..? Oooh nasiiib.. nasib..! Jadi wayang kok ya di AstinA.. mau
SaDar kok tidak dipercayA..”
Ki Dalang: “Yaaa..! Baru
diomongin begitu saja kok jadi ngambeg..? bagaimana bisa serius dan bersemangat
berantas korupsi yang sudah mengGuRiTa menJaLaR LiaR MaSuK meRaSuK dalam hati
dan tulang sumsum seluruh jajaran petinggi Negeri ini..?”
Togog: “(Oooh..? serem.. merinding lagi aku..)”
TOKOH-TOKOH NASIONAL YANG MEMBERI PENGANTAR PADA BUKU INI:
Buku Kesatu : Dr.H.M. Hidayat Nur Wahid, M.A.; Jaya
Suprana; Denny Indrayana, S.H., LL.M., Ph.D;Prof. Arief Budiman, Ph.D.;
Abdullah Hehamahua
Buku Kedua : Prof. Dr. Komaruddin Hidayat; Prof.
Bismar Siregar
Tidak ada komentar
Posting Komentar