SAAT mengunjungi makam para wali yang ada di Pulau Jawa,
akan disuguhi berbagai hal unik. Paling tidak terdapat dua hal unik, pertama
dari dimensi sosiologis yaitu kuatnya hubungan emosional para peziarah dengan
para wali yang dimakamkan.
Terlepas dari segala macam bentuk maksud dan tujuan para peziarah mengunjungi
makam para wali, terlihat jelas bahwa ketokohan wali yang diziarahi sangat
berpengaruh pada pribadi peziarah. Bahkan, rela menempuh perjalanan jauh dan
melelahkan untuk sekedar duduk dan berdoa di makam para wali tersebut. Kedua,
peziarah yang datang ke makam para wali untuk mengagumi arsitektur kompleks
pemakaman tersebut, seperti di Kompleks Pemakaman Sunan Padhang Aran di desa
Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah.
Setelah memasuki gapura pertama yang disebut Gapura Muncar, pengunjuhkan
diarahkan menuju Gapura Dhuha, lalu menaiki sekitar 250 anak tangga dengan
kemiringan sekitar 25 derajat. Cukup melelahkan menaiki dua ratus lima puluh
anak tangga dengan kemiringan seperti itu sehingga pengunjung harus beberapa
kali beristirahat.
Setelah sampai di kompleks pemakaman kembali pengunjung disuguhi bangunan
gapura bercorak Hindu. Dari bawah hingga atas terdapat 7 gapura dimana terdapat
makam keluarga dan pengikut Sunan Padhan Aran diantaranya. Sedang makam Sunan
Padhan Aran terletak bagian puncak yang oleh penduduk sekitar dikenal sebagai
wilayah Gunung Cokro Kembang. Gempa besar tahun 2006 sempat merusak beberapa
bagian bangunan gapura namun upaya renovasi sudah dilakukan dengan bantuan dari
berbagai pihak.
Saryono (55), juru kunci makam, menyatakan beberapa bagian bangunan sempat
mengalami kerusakan paska gempa 2006. “Beberapa gapura dan tembok bangunan
rusak akibat gempa 2006,” kata Saryono, yang tinggal di Kelurahan Paseban.
“Bantuan beberapa instansi terkait dan Pemerintah Desa Paseban sedikti banyak
dapat memulihkan kerusakan yang ditimbulkan, “ tambah Saryono saat berbincang
dengan KRjogja.com.
Saat memasuki kompleks pemakaman yang dibangun pertama kali oleh Sultan Agung
pada tahun 1620 M itu perhatian peziarah akan tertuju pada gapura khas bangunan
bercorak Hindu. Namun bila diperhatikan gapura tersebut tidak sepenuhnya
bercorak Hindu karena tidak terdapat ornamen fauna seperti yang biasa terlihat pada
bangunan candi Hindu.
Tidak ada komentar
Posting Komentar