The Jogja Notify - Dorongan untuk menghapus tradisi wisuda di jenjang TK hingga SMA semakin besar. Kebiasaan wisuda tersebut dinilai hanya memberatkan orang tua. Sayangnya, permintaan masyarakat tersebut belum juga mendapatkan respons dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim.
Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti mengatakan, pemerintah wajib membuat aturan tegas terkait polemik yang terjadi soal seremonial wisuda para pelajar yang dilakukan di tiap-tiap sekolah dan seolah menjadi agenda wajib saat kenaikan tingkat mulai dari TK hingga SMA.
"FSGI mendorong pemerintah agar lebih sensitif dalam hal menyikapi wisuda. Menteri Nadiem dapat membuat surat edaran yang berpedoman pada aturan yang sudah ada," katanya.
Retno mengamini, wisuda menjadi beban tersendiri bagi orang tua murid karena biayanya yang tidak sedikit. Setidaknya dalam 10 tahun terakhir, seremonial wisuda bukan hanya milik lulusan perguruan tinggi melainkan telah menjadi agenda prestise lembaga pendidikan dari TK hingga SMA.
Nadiem Curhat Tak Ganti Baju
Sayangnya, Nadiem belum merespons keluhan orang tua tersebut. Walaupun banyak netizen menyampaikan pendapatnya melalui kolom komentar, tapi dalam unggahan terakhir di akun Instagram pribadinya, Nadiem malah curhat soal tak berganti baju seharian.
"Baju boleh nggak ganti dari pagi sampai malam, tapi semangat Merdeka Belajar jangan sampai kendur,” tulis Nadiem.
Kolom komentar Nadiem tak hentinya dibanjiri keluhan yang terus menyuarakan soal untuk menghapus soal tradisi wisuda tersebut. Warganet menuangkan uneg-uneg mereka dengan beragam cerita berbeda.
"iya pak wisuda sd-sma di-udahin deh pak sama acara jalan2 sd-smp juga, ke luar kota pula," tulis salah seorang warganet.
"Apus WISUDA TK sampe SMA @nadiemmakarim orang tua keberatan ni ajang cari CUAN PARA GURU loh," ungkap warganet lainnya.
"Tolong di tanggapi keluhan kami pak untuk semua pihak sekolah baik yang TK SD SMP & SMA/K di kaji lagi memang itu moment bagus buat kenang-kenangan," tulis lainnya.
Ia menambahkan, "Tapi coba dipikir bagi orangtua yang mampu si fine-fine aja mereka pada seneng dan tidak memikirkan masalah dana coba lihatlah lagi kebawah ada banyak orangtua yang kurang mampu membayar sampai mereka harus berhutang ikut gak ikut harus bayar sampai ada ijazahnya ditahan karena tidak bayar belum lagi buat pendaftar sekolah baru apa itu semua tidak memberatkan orangtua murid apa lagi ekonomi saat ini setelah korona."
Warganet itu menulis komentar yang cukup panjang dan menjelaskan bahwa walau rezeki anak sudah diatur, alangkah baiknya tidak mubazir karena wisuda. "Apa lagi setelah momen wisuda-wisudaan tadi ada pesta pensi dan jalan-jalan di sekolah diharuskan anak-anak murid membayar juga," lanjutnya soal protes tradisi wisuda.
Nadiem Pilih Bahas Calistung
Masih dalam bahasan protes wisuda yang masih didiamkan, Nadiem Makarim dalam salah satu unggahan Instagramnya justru membahas soal baca, tulis, dan hitung (calistung).
"Untuk mewujudkan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan, mulai tahun ajaran baru mendatang kita semua harus bergerak untuk mencapai tiga target perubahan. Menghilangkan tes calistung dari proses penerimaan peserta didik baru di SD, menerapkan masa perkenalan bagi peserta didik baru selama dua minggu pertama di PAUD dan SD kelas awal, serta menerapkan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak di PAUD maupun di SD," tulis Mendikbudristek soal calistung dalam unggahannya pada 14 Juni 2023.
Ia melanjutkan, "Mari bergotong royong mentransformasi pembelajaran di satuan pendidikan PAUD dan SD untuk melahirkan calon pemimpin Indonesia Emas 2045 yang cerdas dan berkarakter."
Sementara, kolom komentar unggahan tersebut dan unggahan lainnya tiada henti dibanjiri protes soal wisuda TK hingga SMA. Para orangtua murid tak gentar menyuarakan dan mendesak tradisi wisuda itu untuk segera dihapus karena biayanya yang memberatkan.
"Hapus wisuda tk, sd, smp, dan sma pak. Hanya memberatkan orang tua. Belum biaya sekolah untuk ke jenjang berikutnya, belum pearlatan dan kelengkapan sekolah," tulis seorang orangtua murid dalam kolom keterangan.
Sebelumnya, protes serupa disampaikan orangtua murid melalui komentar di salah satu unggahan Nadiem. Unggahan tersebut sebenarnya berisi video singkat apresiasi Nadiem pada seorang seniman yang dibagikan pada Senin, 12 Juni 2023.
"Tolong Pak Nadiem sekarang dihapuskan acara Wisuda dari TK - SMA karena hanya memberatkan biaya para orangtua. Wisuda hanya untuk lulusan Universitas aja bukan dari TK," tulis akun @mikhaylaeka2023 di kolom komentar.
Ia melanjutkan, "Terus juga masuk SD jangan dipersulit kaya sekarang lah. Kembalikan kaya ke zaman dulu. Masuk SD, SMP, SMA Negeri berdasarkan nilai, bukan berdasarkan umur atau zona dulu. Orangtua jangan dibikin susah."
Warganet lain turut mengaminkan narasi tersebut. "Iya setuju, bun. Buang-buang duit. Waktu anak saya sekolah Tk bayar perpisahan (Rp)300 ribu, padahal nanti msuk SD harus bayar pendaftaran (Rp)600 ribu untuk biaya keprluan lain, mending uangnya buat makan," demikian balas warganet tersebut.
Balasan kembali hadir dari orangtua murid lain yang juga setuju untuk meniadakan tradisi wisuda TK sampai SMA. Ia berharap curahan hati para orangtua murid ini didengarkan Mendikbudristek Nadiem Makarim. ***(Putu Elmira)
Tidak ada komentar
Posting Komentar