Hubungan antara Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri dan Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), kembali panas. Gara-garanya, beda sikap tentang sistem pemilu terbuka atau tertutup.
Awalnya, SBY khawatir bakal terjadi ‘chaos’ atau kericuhan politik apabila MK mengabulkan permohonan gugatan sistem pemilu proporsional tertutup. Artinya, metode pemilihan berubah menjadi coblos partai. Bukan lagi coblos caleg seperti pemilu sebelumnya.
"Apakah ada kegentingan dan kedaruratan sehingga sistem pemilu diganti ketika proses pemilu sudah dimulai? Ingat, DCS (Daftar Caleg Sementara) baru saja diserahkan kepada KPU. Pergantian sistem pemilu di tengah jalan bisa menimbulkan 'chaos' politik," kata SBY, kepada awak media.
Seperti diketahui, hanya PDIP yang ingin sistem pemilu tertutup. Sementara delapan partai lainnya di DPR, termasuk Demokrat, menolak sistem coblos parpol. MK hingga kini belum memutuskan gugatan yang diajukan politikus PDIP. Namun, kabar yang didengar Denny Indrayana, MK akan mengabulkan permohonan sistem pemilu proporsional tertutup. Hal ini mengundang reaksi berbagai pihak. Termasuk SBY.
"Kalau di tengah jalan diubah oleh MK, menjadi persoalan serius. KPU dan Parpol harus siap kelola 'krisis' ini. Semoga tidak ganggu pelaksanaan pemilu 2024. Kasihan rakyat," ungkapnya.
SBY berharap, sistem Pemilu 2024 tidak berubah. Dengan kata lain masih menggunakan proporsional terbuka atau coblos caleg. Setelah pesta demokrasi di 2024 usai, barulah perubahan sistem pemilu kembali dikaji.
"Pandangan saya, untuk pemilu 2024 tetap menggunakan Sistem Proporsional Terbuka. Setelah pemilu 2024, Presiden dan DPR duduk bersama untuk menelaah sistem pemilu yang berlaku, untuk kemungkinan disempurnakan menjadi sistem yang lebih baik. Dengarkan pula suara rakyat," imbuh dia. Hubungan SBY dan Megawati sempat cair. Beberapa kali keduanya bertemu. Meskipun, tak tampak berbincang akrab. Namun jelang Pemilu 2024, keduanya kembali panas.
Megawati menilai, komentar SBY tentang chaos politik aneh. Megawati melihat beberapa pemilu yang telah dilakukan Indonesia. "Ada komen-komen yang menurut saya aneh. Yaitu sepertinya akan kalau ndak begini bisa terjadi chaos," kata Megawati saat konferensi pers di DPP PDIP, Jakarta, Jumat (2/6).
Megawati menegaskan, penyelenggarakan pemilu bukan barang baru bagi Indonesia. Karena itu, dia heran dengan pernyataan SBY. "Jadi kalau ada yang sampai mengatakan seperti itu, buat saya big question, maunya apa?" tegas Megawati.
Dia mengutip sejumlah survei yang menyatakan kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi. Dalam survei tersebut, publik merasa puas dengan kepemimpinan Jokowi. "Jadi artinya sangat positif menerima yang namanya perjalanan Republik ini," kata Megawati.
Megawati pun berharap, Indonesia tak lagi disebut sebagai negara berkembang. Sebab, perjalanan Indonesia dari generasi ke generasi semakin baik. "Karena Bung Karno berkehendaknya juga sepeti itu, tapi kan mesti usaha, dan bekerja keras," kata Megawati.
Tidak ada komentar
Posting Komentar