- Menjadi penutup, Indiana Jones 5 bukan berarti mulus memberikan akhir yang begitu berkesan. Justru, saga kelima ini menjadi film Indiana Jones dengan nilai kritikus terendah. Menurut laman agregator Rotten Tomatoes, Jumat (30/6), para kritikus memberikan nilai akhir tomatometer untuk Indiana Jones 5 sebesar 67 persen dari 254 ulasan.
Sementara itu, film pertama pada 1981 mendapatkan nilai hingga 93 persen, film kedua pada 1984 dengan 77 persen, film ketiga pada 1989 dengan 84 persen, dan film keempat pada 2008 dengan 77 persen.
Capaian ini cukup telak bagi saga Indiana Jones, mengingat film kelima ini juga menjadi satu-satunya film yang tak digarap langsung oleh Steven Spielberg. Kali ini, James Mangold duduk di kursi sutradara. Ia juga ikut menulis naskah bersama Jez Butterworth, John-Henry Butterworth, dan David Koepp.
Maureen Lee Lenker dari Entertainment Weekly memberikan sorotan bagaimana Indiana Jones 5 masih tetap memberikan kesan saga sang arkeolog meskipun bukan di tangan Spielberg.
"Sama seperti entri trilogi aslinya, pada dasarnya, Dial of the Destiny adalah petualangan menderu-deru yang meminjam lebih banyak dari bahasa sinematik para petualang zaman keemasan, dibanding blockbuster modern," kata Lenker.
John Nugent dari Empire dan Brian Lowry dari CNN memberikan penilaian film ini cukup baik meski mungkin dari segi cerita akan bisa memecah belah penonton. Namun keduanya sepakat, hal berkesan dari film ini adalah momen terakhir Harrison Ford jadi Indiana Jones.
"Kencan terakhir Indy dengan takdir punya akhir yang menyenangkan yang mungkin memecah belah penonton, tapi jika Anda bergabung selama perjalanan, rasanya seperti perpisahan yang pas dengan perampok kuburan favorit penonton ini," kata Nugent.
"Merasakan bertahun-tahun dan berkilo-kilometer, Harrison Ford mencambuk untuk terakhir kalinya, dalam sebuah film yang menawarkan sensasi yang diperlukan dan terbukti cukup emosional," kata Lowry.
Sementara itu, Stephanie Zacharek dari majalah TIME memberikan nilai 50 lantaran penggunaan CGI yang dinilai mengganggu. Hal itu juga yang disorot oleh David Fear dari Rolling Stone.
"Ada begitu banyak urutan pengejaran di film ini hingga film tersebut tampak disatukan dengan potongan plot yang ramping, bukan sebaliknya. Lebih buruknya lagi, mereka begitu banyak menggunakan CGI sehingga terlihat sangat-sangat buruk," kata Zacharek.
"Kalian sebagian besar pergi dengan apa yang dibayangkan bakal didapat bila kau memprogram sebuah program AI abad 21 untuk menulis cuplikan nostalgia bagi anak-anak akhir abad ke-20," tulis Fear.
Siddhant Adlakha dari IGN bahkan merasa bahwa film ini dan James Mangold gagal menangkap magis Spielberg yang sudah ditinggalkan dalam empat film sebelumnya.
"Indiana Jones and the Dial of Destiny gagal menangkap kembali keajaiban Spielberg. Dengan aksi yang tidak menginspirasi dan tema yang saling bertentangan serta motivasi karakternya [kurang], ini adalah bukti bahwa beberapa hal memang baiknya harus diakhiri saja," tulis Adlakha.
Indiana Jones and the Dial of Destiny menjadi film pemungkas Harrison Ford dalam memerankan karakter arkeolog sekaligus petualang legendaris itu. Film saga kelima dari waralaba Indiana Jones ini datang setelah 15 tahun dari film keempatnya yang rilis pada 2008 lalu.
Indiana Jones and the Dial of Destiny bercerita tentang perjalanan terakhir Indiana Jones yang ditemani oleh anak baptisnya, Helena Shaw (Phoebe Waller-Bridge). Harrison Ford mengatakan Indiana Jones 5 adalah kali terakhir dirinya menjadi sang arkeolog.
Selain Ford dan Phoebe Waller-Bridge, Dial of Destiny juga dimeriahkan oleh penampilan dari Mads Mikkelsen, Antonio Banderas, John Rhys-Davies, Toby Jones, hingga Karen Allen.
Indiana Jones and the Dial of Destiny tayang di bioskop Indonesia pada 28 Juni 2023. ***
Tidak ada komentar
Posting Komentar