The Jogja - Kerokan umumnya dilakukan dengan menggunakan koin. Namun, beberapa orang juga menggunakan sendok porselin, batu giok, hingga tanduk kerbau yang telah dibentuk sedemikian rupa.
Biasanya kerokan dilakukan pada bagian tubuh tertentu seperti punggung, leher bagian belakang, tangan, kaki, dada dan lengan. Namun ada beberapa hal yang harus Anda hindari saat melakukan kerokan.
"Sebenarnya, semakin banyak bagian tubuh yang dikerok, maka semakin banyak pra hormon proopiomelanocortin (POMC). Dengan banyaknya POMC, maka endorfin yang dihasilkan juga akan semakin banyak keluarnya," ujar Prof Dr dr Didik Gunawan Tamtomo, PAK, MM, MKes.
Hal itu disampaikan Prof Didik yang sebelumnya pernah melakukan penelitian tentang kerokan ini pada seminar ilmiah 'Sehat dengan Tahajud dan Kerokan', di auditorium Masjid Raya Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Prof Didik mengingatkan beberapa hal yang tidak boleh dilakukan saat kerokan. "Jangan sekali-kali melakukan kerokan di leher bagian depan. Di sana ada tulang-tulang rawan untuk pernapasan, ada saraf-saraf juga yang kalau dikerok bisa rusak fungsinya dan membahayakan kesehatan," ujar guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta ini.
Selain itu, Anda juga dilarang untuk langsung mandi setelah kerokan. Sebab, menurut Prof Didik, kondisi tubuh ketika dikerok berubah menjadi panas. Jadi, jika langsung mandi, maka tubuh akan kaget karena perubahan suhu yang drastis dalam jangka waktu yang sangat singkat. Selain itu, saat dikerok, pori-pori juga akan melebar, meskipun hanya dalam jangka waktu singkat.
Prof Didik menambahkan jika kerokan dilakukan dengan benar, maka efeknya akan sangat baik, mulai dari rasa nyaman hingga mengusir gejala yang oleh masyarakat dikenal sebagai masuk angin. "Kerokan itu tidak boleh dilakukan secara lurus, koin atau alatnya kerokannya harus digesekkan (ke kulit tubuh) secara miring," imbuhnya. ***
Tidak ada komentar
Posting Komentar