Tidaklah burung berkumpul, kecuali dengan sejenisnya. Itulah kata-kata yang sering aku baca dan dengar di kajian maupun di beberapa tulisan manusia. Manusia juga punya kecenderungan berkumpul dengan sejenisnya. Yang hobi mancing, kumpulnya dengan yang hobi mancing juga. Preman kumpulnya juga sama preman. Penulis, kumpulnya juga dengan penulis. Blogger pun demikian, kumpulnya dengan blogger juga.
Saya dan teman saya yang suka ngoding website pun, waktu 2015 bikin grup di Facebook mengenai HTML, CSS, dan sebagainya, tujuannya hanya satu, biar bisa ngumpul sesama suka ngoding. Biar kalo ada masalah, seenggaknya bisa dapat bantuan dari sesama pecinta ngoding.
Dulu, aku tidak pernah menyangka bahwa aku bisa dapat istri dari perantara blog. Istri saya juga seorang blogger. Menarik banget bisa nemu pasangan sehobi. Jadi biasa kerja bareng, ngobrol berjam-jam tentang konsep blog yang akan kami buat hingga konsep monetasi dari blog yang sudah jalan. Saya merasa sangat bersyukur bertemu jodoh yang sehobi, sevisi, dan semisi. Ngomongnya pasti nyambung, karena frekuensinya sama.
Awalnya aku mengira bahwa sangat kecil kemungkinan dua orang blogger bisa jadi suami-istri. Namun, ternyata di luar sana, lumayan banyak yang menikah berawal dari ngeblog. Setidaknya ada 3 pasangan lainnya yang aku tahu mereka berjodoh lewat blog. Dan aku yakin masih banyak pasangan-pasangan lainnya, karena dunia ini luas, hehe.
Bagaimana bisa blogger jatuh cinta melalui blog. Mungkin banyak yang bertanya-tanya mengenai ini. Pernahkah kamu membayangkan pertama kali kamu jatuh cinta pada seseorang? Masuk akal ga kejadiannya? Pasti ga masuk akal dan terkesan diskenario oleh Sang Pencipta Takdir. Itulah yang terjadi pada seorang blogger. Hanya lewat tulisan saja, terkadang orang bisa kagum, lalu jatuh cinta dan menikah.
Kug bisa? Karena tulisan setidaknya mewakili cara seseorang berpikir. Biasanya seseorang akan jatuh cinta pada tulisan karena tulisan tersebut menyentuh hatinya. Sebut saja istriku, dia dulu menyukaiku katanya sih dari tulisanku. Aku bingung juga tulisan yang mana. Lah wong saya nulisnya random. Kalo saya sih awal suka dengan istriku karena cara dia berpikir dan prinsip yang ia pegang. Menurutku menakjubkan, dan tidak semua cewek seumuran dia mempunyai kapasitas berpikir seperti itu.
Aku jatuh cinta lebih dahulu pada cara berpikirnya, padahal aku belum melihat wajahnya. Ketika aku kopdar dan tahu bagaimana wajahnya, aku jadi pengen cepetan nikah, hehe. Tapi emang takdir mendukung kami, akhirnya alhamdulillah bisa sampe nikah dan sekarang mau punya anak dua.
Jika diingat-ingat, memang masa-masa itu mendebarkan sekaligus menyenangkan dan khawatir. Aku dulu sempat khawatir apakah aku nanti bisa berkomunikasi dengan istriku secara normal, karena biasanya komunikasi kami lewat tulisan dan saya sangat susah bicara sama cewek. Eh ternyata setelah akad nikah, lidah saya yang keluh tiba-tiba mulai lancar berbicara. Ternyata memang kalo sudah halal, semuanya jadi dipermudah. Kekhawatiran-kekhawatiran itu ternyata cuma isapan jempol belaka, hehe.
Pesan saya sih, kalo kamu seorang blogger, jangan memaksakan diri untuk dapat istri blogger juga. Karena jodoh seseorang itu beda-beda. Jangan niru saya, hehe. Saya juga tidak pernah berharap dapet istri dari aktivitas ngeblog, hanya saja karena sudah ada, mumpung belum diambil sama orang lain, ya saya ambil duluan. Kesempatan sih bisa datang berkali-kali, namun tidak dengan orang yang sama (apalagi dengan yang pas di hati). *** iska
Tidak ada komentar
Posting Komentar