Responsive Ad Slot

Latest

Relationship

Memilah Antara Lapar dan Nafsu

Selasa, 15 Agustus 2023

/ by Jogjanesia


- Jika saya lapar, saya akan makan. Lapar adalah manusiawi dan memang fitrahnya manusia emang harus lapar. Kalo ga lapar; nanti restoran, depot, dan yang jual makanan pada ga laku. Apakah saya disalahkan jika saya lapar? Apakah saya akan menghiraukan orang yang berteriak menentang saya ketika melihat saya makan karena lapar? Bodo amat!

Saya jadi inget dulu saat awal menikah. Seinget saya, ba'da maghrib istri saya menawari saya makan. Saya bilang, saya ga lapar. Kemudian, setelah sholat isya' saya minta makan ke istri. Istri saya tanya, "Loh bukannya tadi katanya ga laper?" Saya tersenyum dan bilang, "Itu kan tadi, kalo sekarang lapar."

Mungkin hal itu menyebalkan buat istri saya. Tapi kan memang faktanya lapar itu bisa datang kapan saja. Dan memang itu di luar kehendak kita. Kita tidak bisa satu hari tidak makan tanpa merasa lapar.

Begitu juga dengan nafsu, sama halnya dengan lapar. Manusia, khususnya cowok, sudah dianugerahi nafsu. Tepatnya nafsu ketika melihat wanita. Pria yang normal tidak bisa menghilangkan nafsu yang sudah tertanam dalam dirinya. Karena nafsu inilah pria punya alasan untuk menikahi wanita. Jika tidak ada nafsu, saya ragu pria akan menikahi wanita, mengingat beban pernikahan itu berat.

Sebelum menikah dengan istri, saya sudah membuat kesepakatan bahwa saya akan poligami. Jika keberatan, ya sudah ga saya lanjutin ke proses selanjutnya (khitbah, lalu nikah). Dan alhamdulillah, istri saya sepakat. Begitu juga dengan mertua saya, beliau tahu kalo saya dan istri punya kesepakatan seperti itu. 

Sebelum kenal dengan istri saya sekarang, saya juga pernah mengobrol dengan salah seorang wanita yang notabene tertarik dengan saya. Namun ya itu tadi, dia tidak bisa menerima syarat yang saya ajukan, dia tidak mau dipoligami.

Syarat yang saya ajukan memang terkesan egois. Namun, ini adalah cara yang paling jitu untuk mengetahui bagaimana dia memprioritaskan egonya di atas ego suaminya. Karena pernikahan itu pasti tidak akan berjalan lama jika masing-masing mempertahankan egonya sampe mati.

Saya juga tidak mau menjadi korban dominasi istri sampe mati. Karena laki-laki adalah pemimpin. Laki-laki lah yang seharusnya mendominasi, bukan sebaliknya. Mungkin tulisan ini terlihat kejam banget yah. Tidak kejam, jika kamu tahu sisi lain dari prinsip yang aku pakai.

Pernah terjadi perdebatan ringan dengan istri masalah poligami.

Aku: Iska mau poligami.
Istri: Boleh, asal poligaminya sama janda yang udah tua.
Aku: Yah (dengan nada kecewa), kalo kayak gitu sih Iska ga mau.
Istri: Yah, itu sih Iska aja yang nafsuan. Maunya poligami dengan yang masih muda.
Aku: Ya kalo ga nafsu, ga mungkin Iska mau nikah. Wong nikah itu bebannya berat. 

Lagian nafsu kan fitrah, jika diarahkan pada yang halal jadi pahala. Sebaliknya, kalo diarahkan pada yang haram jadi dosa. Toh asalnya pernikahan itu adalah poligami.
Istri: masa sih?

Aku: Coba aja perhatikan ayat Qur'an tentang poligami. Yang disebutin duluan kan: dua, tiga, atau empat. Jika tidak mampu, maka cukup satu. Maka asal hukum pernikahan adalah poligami. Jika tidak kuat poligami, maka satu aja.
Istri: Yaudah poligami sana (sambil cemberut).
Aku: (Tertawa kecil) Ya kalo sekarang belum bisa. Belum ada dana dan calonnya.

Ternyata wanita itu unik, walau sudah sepakat, tapi tetap aja sulit menerima. Apa lagi yang tidak sepakat, mungkin sudah lempar piring.

Bagaimana jika ada yang komentar kalo di luar sana banyak yang poligami tapi rumah tangganya makin kacau. Ya itu karena salah mereka sendiri. Mungkin mereka melakukan kesalahan-kesalahan sehingga gagal poligaminya. 

Namun, kegagalan beberapa orang yang melakukan poligami tidak lantas menjadikan poligami itu haram. Gagal ya gagal aja. Toh juga orang yang tidak poligami pun juga punya kemungkinan rumah tangganya kacau. Hal itu lebih disebabkan karena tingkat keilmuan dan kesabaran dalam berumah tangga.

Setiap hal punya risiko. Toh banyaknya kecelakaan yang terjadi di jalan raya, tidak menyurutkan orang untuk menggunakan sepeda motor dan mobil. Jika terjadi kecelakaan, apakah yang disalahkan mobil/sepeda motornya? Tentu saja tidak. Yang disalahkan adalah penggunanya yang lalai. Begitu juga dengan poligami.

Poligami halal dalam Islam. Jika ada seorang muslim yang mengharamkan poligami, sejatinya dia secara tidak langsung hendak menyamai hak Alloh dalam menentukan halal dan haram. Dan poligami tetaplah halal walaupun jumlah laki-laki sepuluh kali lebih banyak dari perempuan, karena memang poligami dihalalkan oleh Alloh. 

Jadi jika ada orang yang mengharamkan poligami karena melihat dari data statistik, coba tanyakan pada hatimu, sebenarnya kamu menentang poligami karena apa? Jangan-jangan karena egomu.

Terkadang apa yang keliatannya baik untuk kita, namun di sisi Allah itu buruk. Begitu juga sebaliknya. Kadang sesuatu yang terlihat buruk di mata kita, namun di sisi Alloh itu baik. *** iska



Tidak ada komentar

Posting Komentar

Don't Miss
© all rights reserved 2023
Created by Mas Binde