- Aku adalah seorang gadis yang beranjak usia 21 tahun. Semasa aku duduk dibangku sekolah SD, SMP atau pun SMK aktifitasku hanyalah belajar, belajar, dan belajar. Mungkin karena itu aku sering disebut “kuper” oleh teman-temanku.
Kegiatanku sangat dibatasi oleh kedua orangtuaku, yaaa mungkin kedua orangtuaku tidak ingin putri pertamanya terjerumus masuk kedalam pergaulan bebas. Karena keterbatasanku yang kurang akan pergaulan di luar sekolah atau pun di luar rumah membuat aku memiliki sikap polos dan lugu.
Semua orang yang terlihat baik kepadaku aku anggap memang dia baik tanpa mengetahui apakah dia ikhlas atau tidak akan kebaikannya.
Singkat cerita aku lulus SMK tahun 2011. Saat itu keinginanku untuk langsung kuliah aku pendam dahulu dikarenakan aku harus mencari biaya kuliahku sendiri.
Saat lulus SMK posisiku saat itu sudah memiliki pujaan hati. Awal aku bertemu dengan dia, dia menunjukkan sifat dan kepribadian yang baik kepadaku sebut saja namanya Randy (Nama Samaran). Orangtuaku pun sudah mengenal Randy, menurut pandangan orangtuaku Randy adalah sesosok pria yang baik, bertanggung jawab, dan sopan.
Randi, Pujaan Hati ku
Randy lah yang sudah membantuku untuk memperoleh pekerjaan di salah satu perusahaan yang berada di Jakarta. Randy selalu ada untukku, selalu menemaniku, selalu membantu aku dan keluargaku, dan selalu setia untukku, begitu juga dengan aku yang sangat menyayangi Randy.
Satu tahun lebih hubungan kami berjalan dan Randy pun membuat pernyataan bahwa aku adalah calon istrinya. Mendengar pernyataan Randy aku pun sangat bahagia bukan main dan aku pun “mengiyakan” menandakan bahwa aku bersedia menjadi istrinya.
Randy selalu mengantarku ke tempat kerja dan selalu menjemputku. Seiring berjalannya waktu sifat Randy berubah, dia menjadi lebih kasar dan menjadi lebih cemburuan kepadaku.
Di suatu malam aku dan Randy janjian ketemuan di sebuah terminal di Jakarta karena aku diantar dengan mobil kantor. Sesampainya aku di terminal Randy mencaci maki aku, hal tersebut dikarenakan Randy telah lama menungguku.
Dengan kondisi aku yang sudah lelah dan letih aku menanggapi amarah Randy dan kami pun perang besar. Namun Randy tetap mengantarku pulang ke rumah meski sepanjang jalan kami berdiam-diaman. Sesampainya di rumah Randy meminta maaf kepadaku atas perbuatannya, dan aku pun memaafkannya.
Akhirnya kemarahan kami pun luntur dan kami sudah memulai bercanda riang kembali. Namun tanpa aku percayai tiba-tiba Randy mengajakku untuk berhubungan intim layaknya suami istri. Pada malam itu di rumahku tidak ada siapa pun juga selain kami berdua. “Aku sayang banget sama kamu, aku mau kamu menjadi istri aku, aku takut kehilangan kamu.
“Aku mau bukti dari kamu kalau kamu memang benar-benar menyayangi aku, aku mau kita melakukan hubungan intim agar aku percaya bahwa kamu juga serius ingin menjadi istriku,”
Aku tercengang mendengar permintaan Randy, aku tidak menyangka pria yang selama ini aku anggap sebagai pujaan hati dan bertanggungjawab ternyata memiliki pikiran buruk.
Putus Cinta
Seburuk-buruknya aku, aku masih mengingat Allah dan takut akan dosa. Akhirnya aku menolak ajakan Randy. Mendengar penolakanku Randy langsung bangun dari tempat duduknya dan keluar dari rumahku.
Malam itu aku bagaikan disambar halilintar karena aku benar-benar tidak menyangka atas permintaan Randy karena Randy rajin beribadah dan rajin datang ke majelis taklim.
Biasanya aku selalu sms Randy untuk menanyakan apakah sudah sampai di rumah atau belum tetapi malam itu aku tidak menghubungi Randy sama sekali. Keesokan harinya Randy tidak memberikan kabar apa pun kepadaku dan aku pun tidak sms atau pun menelpon Randy.
Dua hari Randy tanpa kabar semenjak ajakannya itu aku tolak. Akhirnya aku memberanikan diri menghubungi Randy duluan untuk menanyakan kelanjutan hubungan yang sudah terjalin dengannya. Randy mengangkat telponku dan awalnya Randy tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
Aku menanyakan mengapa dia berubah, dan dia tidak menjawab pertanyaanku. Aku pun langsung meminta agar hubungan yang sudah terjalin dengannya diakhiri. Randy hanya menjawab, “ouh yaa sudah, kalau mau putus silahkan”, mendengar pernyataannya aku hanya bisa diam dan berpikir, “mengapa dia tidak berupaya untuk menolak”.
Setelah itu aku sadar bahwa Randy bukan sesosok pria yang baik dan bertanggungjawab. Aku hanya bisa menangis dan menangis melepas kepergiannya.
Aku menceritakan ke teman kantorku bahwa hubunganku dengan Randy telah berakhir, sebagian diantara mereka ada yang memberikan support dan ada pula yang mengejekku. Yang biasanya aku diantar dan dijemput saat kerja kini tidak lagi aku rasakan.
Tidak ada yang memberikanku perhatian, kasih sayang, dan perlindungan. Disaat hatiku terpuruk hadirlah seseorang yang memberikan support dan warna dihidupku, sebut saja dia Pak Raihan (managerku di kantor).
Kisah Cinta Beda Usia
Pak Raihan sebelumnya pernah dikirimkan email oleh Randy karena menurut Randy sikap Pak Raihan kepadaku bukan seperti bawahan dan atasan. Saat itu aku tidak mengetahui maksud Randy mengapa dia mengirimkan email seperti itu.
Pak Raihan sangat baik, perhatian, dan selalu membuatku tersenyum. Pak Raihan juga lah yang menghiburku disaat aku terpuruk. Pak Raihan yang menggantikan Randy. Pak Raihan yang selalu menemaniku, membantuku, mendengarkan keluh kesahku, dan selalu ada untukku.
Mungkin karena hanya pak Raihan yang mengisi hari-hariku dan selalu terjaga untukku alhasil aku pun merasa nyaman jika didekat pak Raihan dan merasa rindu jika jauh dari Pak Raihan. Itulah awal bencana untukku, Pak Raihan adalah pria beristri yang sudah memiliki anak perempuan, yang usianya sama sepertiku, dan seharusnya Pak Raihan aku anggap sebagai ayahku, usia pak Raihan sama seperti usia ayahku.
Tetapi aku mau pak Raihan menjadi pasanganku, suamiku, dan imamku. Aku sangat menyayangi, mencintai, dan mengagumi pak Raihan. Bukan karena harta, jabatan atau apa pun yang dimiliki pak Raihan, aku sendiri tidak mengerti akan perasaanku sendiri.
Aku menyadari bahwa perasaanku terhadap pak Raihan salah besar, aku membayangkan jika aku menjadi istri atau pun anaknya pak Raihan pasti tidak akan terima dan sangat kecewa dengan Pak Raihan. Aku selalu menyalahkan diriku sendiri mengapa dulu aku terlalu lugu dan polos sehingga tidak bisa membedakan mana orang yang baik secara tulus atau pun baik karena ada sesuatu.
Sudah banyak teman kerjaku yang memberitahuku bahwa perlakuan pak Raihan terhadapku sangat amat beda dengan perlakuan Pak Raihan ke karyawan lainnya. Aku hanya menepis omongan mereka karena yang aku pikirkan pak Raihan memang sesosok atasan yang baik terhadap karyawannya.
Namun kini aku sadar, aku telah salah melangkah dan membiarkan pak Raihan mengisi kehidupanku. Pernah terbesit dipikiranku untuk berbuat jahat terhadap keluarganya pak Raihan yaitu merebut dan membuat pak Raihan pergi jauh dari keluarganya. Pak Raihan pernah bilang bahwa aku adalah wanita yang lebih baik segala-galanya dari wanita-wanita yang dekat dengannya, dan pak Raihan sangat amat menyayangiku.
Disatu sisi pak Raihan selalu menyakitiku, pak Raihan pernah menjadi penyebab aku kecelakaan, dan pak Raihan juga yang pernah mengusirku dari ruangannya karena aku meminta penjelasannya tentang kedekatannya dengan seorang wanita selain aku. Namun meski pak Raihan selalu menyakitiku aku tidak pernah bisa marah dan tidak pernah berpikir untuk menyakiti Pak Raihan kembali.
Pak Raihan menawarkanku agar bersedia menjadi istri keduanya, dan ingin memiliki keturunan dariku. Aku hanya bisa diam seribu bahasa. Satu sisi aku mengingat keluarganya Pak Raihan, aku tidak mau merusak keluarga pak Raihan dan di sisi lain aku ingin sekali memiliki pak Raihan, aku sangat menyayangi dan mencintai pak Raihan.
Seberusaha mungkin aku menghindar dan pergi jauh dari pak Raihan dan saat itu pula laah rasa sayang dan cintaku semakin menggebu. Setiap detik aku selalu memikirkan pak Raihan, bayangan wajahnya pak Raihan selalu hadir di setiap langkah dan aktivitasku, aku sendiri tidak mengerti mengapa aku seperti ini. Pak Raihan orang yang pertama mencium kening dan bibirku. Pak Raihan menjadi pujaan hati dan mengisi setiap hariku.
Saya bingung harus berbuat seperti apa, mungkin ada saran atau pun masukan untuk saya. Saya sangat mengucapkan terima kasih. Semoga dengan kisah ini dapat menjadi pelajaran bagi pembaca sekalian dan dapat membedakan kebaikan seseorang yang tulus atau pun hanya sebagai alat semata. ***
Seperti dikisahkan kawan Fee ke redaksi.
Tidak ada komentar
Posting Komentar