Namaku Lusi. April 2016 yang lalu takdir kelam hidupku dimulai. Awal mula cerita ini terjadi adalah karena kebodohan dan kepolosanku sendiri. Aku begitu mempercayai boss ku sendiri di kantor hingga akhirnya aku berbadan dua.
Aku bekerja di salah satu perusahaan BUMN. Di tempat kerja, aku adalah pegawai termuda. Tapi meski tidak berpengalaman, aku cukup bisa diandalkan oleh pimpinan hingga aku kadang disebut anak kesayangan bos oleh rekan kerja yang lain.
Suatu hari aku harus lembur berdua bersama bosku. Karena rumahku jauh dari kantor dan aku harus masuk pagi besoknya, akhirnya jam 2 pagi bosku mengajakku istirahat sebentar ke kostnya. Alhasil kami khilaf.
Sejak saat itu hubungan kami semakin dekat. Dia selalu melindungiku, menjagaku, dan memperhatikanku. Kami sering membicarakan tentang masa depan kalau kami menikah. Hingga akhirnya kami memutuskan tinggal bersama.
Aku tau posisi dia sudah beristri. Hanya Karena aku menemukan sosok ayah dari dirinya, aku jadi mencintainya setengah mati.
Sampai akhirnya istrinya tiba-tiba datang dari kota aslinya ke kota kami. Kami galau, kami bingung harus gimana. Akhirnya kami pisah rumah tapi tetap dia sesekali mengunjungi kostku.
Hari demi hari kami lewati seperti biasa. Walaupun nggak bisa selalu menikmati senyumnya setiap saat. Walaupun nggak bisa selalu memeluknya. Tapi aku bersyukur dia masih selalu terlihat didepan mataku.
Hingga akhirnya bulan Juni aku menyadari sesuatu, beberapa bulan aku tidak datang bulan. Segera aku cek dan hasilnya 2 strip. Betapa stressnya aku.
Aku cerita sama salah satu teman kerjaku, dia shock dan menanyakan siapa ayahnya, aku spontan bilang kalau itu Boss kami. Kami sama-sama terdiam.
Dia memaksaku untuk bicara sama si Bossku ini. Tapi aku terlalu pengecut, aku terlalu takut untuk berbicara. Dia ingin membantu tapi posisi dia adalah bawahan Bossku, dan itu nggak mungkin terjadi.
Akhirnya aku beranikan diri cerita dengannya. Dia shock, kaget, dan sedikit nggak percaya. Dia menjauhi saya, betapa hancurnya saya. Mau dibawa kemana anak ini.
Saya memutuskan untuk pulang ke kota saya (kota S). Ketika saya sudah tiba di kota saya. Dia menelepon saya. Panjang lebar kami berbicara lewat telpon. Yang pada intinya dia menjelaskan pada saya bahwa dia tidak menjauh, dia hanya membutuhkan waktu untuk sendiri.
Dia memohon saya untuk kembali ke kota kami (kota B). Dia sedang mengusahakan untuk memulangkan istrinya ke kota asalnya. Dia ingin berusaha adil kepada saya dan istrinya. Karena bagaimanapun saya telah mengandung darah dagingnya.
Sekian yang mampu saya ceritakan. Sekarang sedang hamil 14 Minggu dan sedang dalam perjalanan menuju kota B.
Tidak ada komentar
Posting Komentar