Responsive Ad Slot

Begini Lho... Berhijab Sesuai Bentuk Wajah

Tidak ada komentar

Jumat, 12 Mei 2023


Pada prinsipnya muslimah yang memakai jilbab pasti cantik. Seiring dengan perkembangan zaman gaya berjilbab pun bervariasi. Tapi ada orang yang selalu mengikuti tren dan bahkan menjadi kormod (Korban Mode). Ada juga orang yang tidak pernah mengikuti tren karena tidak pede (Percaya Diri).
Tidak ada salahnya mengikuti trend asalkan cocok dengan wajah, warna kulit, pakaian yang akan digunakan. Dan terutama disesuaikan dengan acara atau suasana yang akan kita hadapi.
Sebenarnya gaya berkerudung bisa ditentukan dari bentuk wajah.
Wajah Panjang/Lonjong:
Gaya berjilbab yang cocok dikenakan adalah Turkish Style. Memberikan kesan penuh dan padat dan aplikasi cepol atas bisa digunakan agar bentuk kepala lebih bagus dan seimbang dengan wajah.
Wajah Oval:
Untuk bentuk wajah yang satu ini sangat cocok untuk berbagai macam style jilbab. Tinggal disesuaikan dengan busana, acessoris dan suasana yang akan anda hadapi. Anda akan tampak anggun dan elegan….
Wajah Kotak/Segitiga:
Sebaiknya anda menggunakan jilbab dengan bentuk bulat membuat wajah anda terlihat lembut dan menyamarkan garis wajah anda. Gunakan warna-warna pastel/soft kalau bisa hindari warna mencolok.
Wajah Bulat:
Anda sangat cocok apabila menggunakan ciput atau jilbab yang ada pet(topi) sehingga memberi kesan wajah anda terlihat lebih panjang. Kemudian pada pemakaiannya jilbab di bagian pipi bisa ditarik sampai separuh bagian pipi tertutup menambah kesan mungil pada wajah anda.
Sekarang sudah tahukah anda termasuk kategori yang mana? (^_^)

Romantisnya Kisah Cinta Ali dan Fatimah

Tidak ada komentar
iLustrasi
Ada rahasia terdalam di hati Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.

Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn 'Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka'bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!

Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu

"Allah mengujiku rupanya", begitu batin ’Ali.

Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakar. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakar lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti 'Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakar menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara 'Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakar; 'Utsman, 'Abdurrahman ibn 'Auf, Thalhah, Zubair, Sa'd ibn Abi Waqqash, Mush'ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti 'Ali.

Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakar; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, 'Abdullah ibn Mas'ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan 'Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakar sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.

'Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. "Inilah persaudaraan dan cinta", gumam 'Ali.

"Aku mengutamakan Abu Bakar atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku."

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.

Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.

'Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. 'Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah 'Ali dan Abu Bakar. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya 'Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, 'Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, "Aku datang bersama Abu Bakar dan 'Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan 'Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan 'Umar.."

Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana 'Umar melakukannya. 'Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.

'Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka'bah. "Wahai Quraisy", katanya. "Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang 'Umar di balik bukit ini!" 'Umar adalah lelaki pemberani. 'Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. 'Umar jauh lebih layak. Dan 'Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti
Ia mengambil kesempatan
Itulah keberanian
Atau mempersilakan
Yang ini pengorbanan

Maka 'Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran 'Umar juga ditolak.

Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti 'Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi'kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.

Di antara Muhajirin hanya 'Abdurrahman ibn 'Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa'd ibn Mu'adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn 'Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

"Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?", kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. "Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. "

"Aku?", tanyanya tak yakin.

"Ya. Engkau wahai saudaraku!"

"Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?"

"Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!"

'Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.

"Engkau pemuda sejati wahai 'Ali!", begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, "Ahlan wa sahlan!" Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.

Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

"Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?"

"Entahlah.."

"Apa maksudmu?"

"Menurut kalian apakah 'Ahlan wa Sahlan' berarti sebuah jawaban!"

"Dasar tolol! Tolol!", kata mereka,

"Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !"

Dan 'Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, 'Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.

'Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, "Laa fatan illa 'Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!" Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti 'Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada 'Ali, "Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda"

'Ali terkejut dan berkata, "kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?"

Sambil tersenyum Fathimah berkata, "Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu" ini merupakan sisi ROMANTIS dari hubungan mereka berdua.

Kemudian Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut."

Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:

"Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak." (kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4)

Kisah Romantis ini diambil dari buku Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah
chapter aslinya berjudul "Mencintai sejantan 'Ali"

Peluklah Isteri Disaat Dia Menangis

Tidak ada komentar


Bila isterimu menangis dihadapanmu, tak peduli apapun sebabnya, peluklah dia, biarpun dia menolak, tetap peluklah dengan erat, 
Menangis di atas meja selamanya tidak akan pernah terasa lebih nyaman dan damai selain menangis dalam pelukkanmu..!!

  • Bila isteri mengatakan tentang kesalahanmu,tolong jangan selalu mengatakan dia cerewet, itu semua karena ia peduli padamu..!! 
  • Bila isteri sedang kesal dan mengabaikanmu, jangan ikut-ikutan tidak peduli, ini adalah tantangan bagi kalian, saatnya membuang gengsi..!!
  • Bila isteri tidak mau mendengarkan dan berbalik badan berjalan meninggalkanmu,kejarlah dia,
  • Bila kau sungguh mencintainya, apakah kau tega meninggalkannyasendirian..??
  • Bila isterimu berkata "kamu pergi saja" aku tidak mau memperdulikanmu'' jangan percaya begitu saja, mungkin itu hanya dibibir saja,sedang hatinya tidaklah demikian, sebenarnya itu adalah saat dimana dia paling membutuhkanmu..!!
  • Bila isterimu marah, suasana hatinya sedang tidak enak dan tidak mau makan, jangan bertanya mau makan apa, dia pasti berkata tidak mau semuanya.
  • Belikan makanan kesukaannya, tunggu suasana hatinya membaik dan berikan pada dia, jangan menggunakan ancaman bahwa kamu juga tidak mau makan..!!
  • Hargai isterimu, tidak perlu berpikir terlalu rumit, apa yang wanita mau selalu sederhana selamanya..!!

Terkadang, berkompromi bukanlah berarti mengaku kalah, itu adalah suatu sikap memahami..!! 
Memaafkan bukan berarti lemah, melainkan sebuah kepedulian dan menghargai..

SubhanAllah..

Pria Ini Tak Jadi Memperkosa Setelah Melihat Wajah Asli Calon Korbannya

Tidak ada komentar
ilustrasi

Niat jahat bisa muncul di benak seseorang pada saat-saat yang tak terduga. Seperti yang terjadi pada seorang pria pelaku kriminal Wang X ini. Seperti yang dilansir oleh chinasmack.com, suatu hari Wang X melihat seorang wanita bernama Young Yin ketika berada di lantai bawah sebuah rumah susun yang biasa disewakan kepada para pekerja miskin atau migran. Saat melihat punggung Young Yin, muncul niat jahat di benak Wang X. Ia ingin memperkosa Young Yin.


Saat Wang X mendekati Young Yin dan pada akhirnya bisa melihat wajah Young Yin dengan jelas, Wang X mengurungkan niatnya untuk memperkosa wanita tersebut. Apa sebabnya? Rupanya Wang X tak jadi memperkosa Young Yin karena wajah Young Yin tak menarik untuknya. 

Kejadian tersebut terjadi pada awal bulan Juli 2014, setelah Wang X selesai mengikuti ujian masuk kuliah gaokao. Saat itu ia datang ke Beijing untuk mengunjungi ibunya yang bekerja di Beijing. Sang Ibu tinggal di lantai bawah. Dan secara kebetulan, Wang X melihat seorang wanita, Young Yin, yang tinggal bersebelahan dengan rumah Ibunya. Saat melihat tampak belakang (punggung) Young Yin, Wang X merasa bahwa wanita tersebut adalah wanita tipe kesukaannya.

 Malam harinya, Wang X terus saja memikirkan Young Yin. Ia pun menyimpulkan bahwa biasanya orang-orang yang tinggal di lantai bawah tidak mengunci pintunya di malam hari. Lalu ia mencoba masuk ke tempat tinggal Young Yin dan memang benar pintunya tak terkunci.

Wang X membekali dirinya dengan pisau dapur dan alat pel dari dapur ketika mencoba masuk ke ruangan Young Yin. Ia memukul kepala Young Yin dengan pegangan alat pel dengan niat membuatnya tak sadar diri sebelum memperkosanya. Sayangnya, aksi Wang X malah membuat Young Yin kaget dan terbangun. Wang X melancarkan aksinya dengan mengancam Young Yin agar tidak berteriak dengan menggunakan pisau sambil menarik lehernya. Ketika Young Yin bisa tenang, Wang X malah melepaskan Young Ying dan mengurungkan niatnya untuk memperkosa.


Suasana rumah susun sewaan bawah tanah.

Wang X sendiri rupanya terkecoh dengan apa yang dilihatnya. Tadinya ketika melihat Young Yin dari belakang, Wang X merasa bahwa wanita itu adalah wanita tipe kesukaannya. Tapi ketika akhirnya ia bisa melihat wajah asli Young Yin dari depan, dugaannya ternyata salah, Young Yin bukanlah wanita tipe kesukaannya.

Wang X memohon kepada Young Yin agar tak lapor ke polisi. Young Yin pun pura-pura memenuhi permintaan Wang X tersebut. Namun, setelah Wang X meninggalkan kamarnya, Young Yin langsung menelepon polisi dan polisi pun langsung melakukan tindakan kepada Wang X.

Meski aksi kriminal Wang X, yaitu pemerkosaan tidak jadi dilakukan, tapi pihak kepolisian menganggap ini sudah menjadi tindakan kriminal. Tindakan Wang X ini dianggap mengancam masyarakat dan mengganggu ketenangan umum.


Aku Marah Dan Suamiku Kuusir Dari Rumah

Tidak ada komentar

Cerita cinta yang kualami berawal ketika aku merantau ke Jakarta dan tinggal bersama kakakku. Di Jakarta aku berkenalan dengan seorang pria bernama M Aritoenang, kami sama-sama dari suku Batak. Satu bulan sejak perkenalan itu, aku mulai menyukainya, dan tidak lama kemudian kami resmi berpacaran.

Hubungannya dengan Aritoenang termasuk berani, mungkin karena aku terlalu cinta kepadanya sehingga kuserahkan mahkotaku untuknya. Kami berhubungan suami istri entah sudah berapa kali hingga akhirnya aku positif hamil.

Beruntung, karena pacarku termasuk orang yang bertanggung jawab. Singkat cerita kami menikah di Jakarta. Waktu itu aku pikir dengan menikah akan membuat suamiku menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab. Nyatanya tidak, selalu saja ada masalah yang membuat kami ribut dan bertengkar.

Aku akui aku termasuk bawel dan suamiku juga tak mau mengalah, sehingga kami butuh waktu yang agak lama untuk baikan lagi. Pertengkaran demi pertengkaran kami lalui bersama sampai kami memiliki anak tiga orang.

Saat itu aku merasa suamiku sudah berubah total, kalau dulu kami berantem, dia masih mau merayu dan membujukku agar kami rujuk kembali tapi sekarang semuanya berubah. Selidik demi selidik ternyata suamiku berselingkuh dengan wanita lain.

Dengan baik-baik kutemui wanita selingkuhan suamiku, aku bicara terus terang dan menyerahkan suamiku kepadanya. Aku pikir siap berpisah dengannya. Dan tidak lama kemudian aku pergi dari Jakarta bersama anak-anakku, kembali ke Sumatera, ke rumah orang tuaku.

Dua bulan berpisah, aku tak menyangka suamiku akan menelepon. Dia membujukku untuk kembali, dia berjanji akan setia kepadaku. Awalnya aku menolak karena kehidupanku di Sumatera lebih menyenangkan daripada bersama suamiku di Jakarta. Tapi karena dia terus-terusan membujukku dan aku juga memikirkan nasib anak-anakku, akhirnya aku kembali ke Jakarta.

Di Jakarta aku marah besar karena aku mendapati suamiku membuka profil facebook perempuan simpanannya dulu. Aku ribut karena merasa dibohongi meski suamiku sudah berjanji bahwa dia tulus mencintaiku dan anak-anak. Tapi meski berkata begitu, beberapa kali kudapati dia kembali membuka facebook wanita itu. Aku sungguh tak habis pikir.

Akhirnya kuusir suamiku dari rumah, selama empat hari aku tak ngomong, aku diam seribu bahasa dengannya. Merasa dicuekin, suamiku akhirnya pergi tanpa basa basi meninggalkan kami. Aku merasa bersalah tapi aku berprinsip bisa hidup meski tanpa ada suami yang menghidupi anak-anak.

Tuhan pasti melihat umatnya yang menderita, walau aku merasa sebagian jiwaku pergi besama suamiku. Sekarang sudah lebih dua bulan suamiku pergi tanpa ada kabar berita. ***

Seperti diceritakan kawan Yanti ke redaksi 

Orang Miskin Yang Kaya

Tidak ada komentar

Namanya BAI FANG LI, orang miskin yang pekerjaannya adalah tukang becak. Seluruh hidupnya dihabiskan di atas sadel becaknya, mengayuh dan mengayuh untuk memberi jasanya kepada orang yang naik becaknya. Mengantarkan kemana saja pelanggannya menginginkannya, dengan imbalan uang sekedarnya.

Tubuhnya tidaklah perkasa. Perawakannya malah tergolong kecil untuk ukuran becaknya atau orang-orang yang menggunakan jasanya. Tetapi semangatnya luar biasa untuk bekerja. Mulai jam enam pagi setelah melakukan rutinitasnya untuk bersekutu dengan Tuhan. Bai Fang Li melalang di jalanan, di atas becaknya untuk mengantar para pelanggannya. Dan ia akan mengakhiri kerja kerasnya setelah jam delapan malam.

Para pelanggannya sangat menyukai Bai Fang Li, karena ia pribadi yang ramah dan senyum tak pernah lekang dari wajahnya. Dan ia tak pernah mematok berapa orang harus membayar jasanya. Namun karena kebaikan hatinya itu, banyak orang yang menggunakan jasanya membayar lebih. Mungkin karena tidak tega, melihat bagaimana tubuh yang kecil malah tergolong ringkih itu dengan nafas yang ngos-ngosan (apalagi kalau jalanan mulai menanjak) dan keringat bercucuran berusaha mengayuh becak tuanya.

Bai Fang Li tinggal disebuah gubuk reot yang nyaris sudah mau rubuh, di daerah yang tergolong kumuh, bersama dengan banyak tukang becak, para penjual asongan dan pemulung lainnya. Gubuk itupun bukan miliknya, karena ia menyewanya secara harian. Perlengkapan di gubuk itu sangat sederhana. Hanya ada sebuah tikar tua yang telah robek-robek dipojok-pojoknya, tempat dimana ia biasa merebahkan tubuh penatnya setelah sepanjang hari mengayuh becak.

Gubuk itu hanya merupakan satu ruang kecil dimana Bai Fang Li biasa merebahkan tubuhnya beristirahat, di ruang itu juga ia menerima tamu yang butuh bantuannya, di ruang itu juga ada sebuah kotak dari kardus yang berisi beberapa baju tua miliknya dan sebuah selimut tipis tua yang telah bertambal-tambal. Ada sebuah piring seng comel yang mungkin diambilnya dari tempat sampah dimana biasa ia makan, ada sebuah tempat minum dari kaleng. Di pojok ruangan tergantung sebuah lampu templok minyak tanah, lampu yang biasa dinyalakan untuk menerangi kegelapan di gubuk tua itu bila malam telah menjelang.

Bai Fang Li tinggal sendirian di gubuknya. Dan orang hanya tahu bahwa ia seorang pendatang. Tak ada yang tahu apakah ia mempunyai sanak saudara sedarah. Tapi nampaknya ia tak pernah merasa sendirian, banyak orang yang suka padanya, karena sifatnya yang murah hati dan suka menolong. Tangannya sangat ringan menolong orang yang membutuhkan bantuannya, dan itu dilakukannya dengan sukacita tanpa mengharapkan pujian atau balasan.

Dari penghasilan yang diperolehnya selama seharian mengayuh becaknya, sebenarnya ia mampu untuk mendapatkan makanan dan minuman yang layak untuk dirinya dan membeli pakaian yang cukup bagus untuk menggantikan baju tuanya yang hanya sepasang dan sepatu bututnya yang sudah tak layak dipakai karena telah robek. Namun dia tidak melakukannya, karena semua uang hasil penghasilannya disumbangkannya kepada sebuah Yayasan sederhana yang biasa mengurusi dan menyantuni sekitar 300 anak-anak yatim piatu miskin di Tianjin. Yayasan yang juga mendidik anak-anak yatim piatu melalui sekolah yang ada.

Hatinya sangat tersentuh ketika suatu ketika ia baru beristirahat setelah mengantar seorang pelanggannya. Ia menyaksikan seorang anak lelaki kurus berusia sekitar 6 tahun yang yang tengah menawarkan jasa untuk mengangkat barang seorang ibu yang baru berbelanja. Tubuh kecil itu nampak sempoyongan mengendong beban berat di pundaknya, namun terus dengan semangat melakukan tugasnya. Dan dengan kegembiraan yang sangat jelas terpancar di mukanya, ia menyambut upah beberapa uang recehan yang diberikan oleh ibu itu, dan dengan wajah menengadah ke langit bocah itu berguman, mungkin ia mengucapkan syukur pada Tuhan untuk rezeki yang diperolehnya hari itu.

Beberapa kali ia perhatikan anak lelaki kecil itu menolong ibu-ibu yang berbelanja, dan menerima upah uang recehan. Kemudian ia lihat anak itu beranjak ke tempat sampah, mengais-ngais sampah, dan waktu menemukan sepotong roti kecil yang kotor, ia bersihkan kotoran itu, dan memasukkan roti itu ke mulutnya, menikmatinya dengan nikmat seolah itu makanan dari surga.

Hati Bai Fang Li tercekat melihat itu, ia hampiri anak lelaki itu, dan berbagi makanannya dengan anak lelaki itu. Ia heran, mengapa anak itu tak membeli makanan untuk dirinya, padahal uang yang diperolehnya cukup banyak, dan tak akan habis bila hanya untuk sekedar membeli makanan sederhana.

“Uang yang saya dapat untuk makan adik-adik saya….,” jawab anak itu.

“Orang tuamu dimana…?” tanya Bai Fang Li.

“Saya tidak tahu…., ayah ibu saya pemulung…. Tapi sejak sebulan lalu setelah mereka pergi memulung, mereka tidak pernah pulang lagi. Saya harus bekerja untuk mencari makan untuk saya dan dua adik saya yang masih kecil…,” sahut anak itu.

Bai Fang Li minta anak itu mengantarnya melihat ke dua adik anak lelaki bernama Wang Ming itu. Hati Bai Fang Li semakin merintih melihat kedua adik Wang Fing, dua anak perempuan kurus berumur 5 tahun dan 4 tahun. Kedua anak perempuan itu nampak menyedihkan sekali, kurus, kotor dengan pakaian yang compang camping.

Bai Fang Li tidak menyalahkan kalau tetangga ketiga anak itu tidak terlalu perduli dengan situasi dan keadaan ketiga anak kecil yang tidak berdaya itu, karena memang mereka juga terbelit dalam kemiskinan yang sangat parah, jangankan untuk mengurus orang lain, mengurus diri mereka sendiri dan keluarga mereka saja mereka kesulitan.

Bai Fang Li kemudian membawa ke tiga anak itu ke Yayasan yang biasa menampung anak yatim piatu miskin di Tianjin. Pada pengurus yayasan itu Bai Fang Li mengatakan bahwa ia setiap hari akan mengantarkan semua penghasilannya untuk membantu anak-anak miskin itu agar mereka mendapatkan makanan dan minuman yang layak dan mendapatkan perawatan dan pendidikan yang layak.

Sejak saat itulah Bai Fang Li menghabiskan waktunya dengan mengayuh becaknya mulai jam 6 pagi sampai jam 8 malam dengan penuh semangat untuk mendapatkan uang. Dan seluruh uang penghasilannya setelah dipotong sewa gubuknya dan membeli dua potong kue kismis untuk makan siangnya dan sepotong kecil daging dan sebutir telur untuk makan malamnya, seluruhnya ia sumbangkan ke Yayasan yatim piatu itu. Untuk sahabat-sahabat kecilnya yang kekurangan.

Ia merasa sangat bahagia sekali melakukan semua itu, ditengah kesederhanaan dan keterbatasan dirinya. Merupakan kemewahan luar biasa bila ia beruntung mendapatkan pakaian rombeng yang masih cukup layak untuk dikenakan di tempat pembuangan sampah. Hanya perlu menjahit sedikit yang tergoyak dengan kain yang berbeda warna. Mhmm… tapi masih cukup bagus… gumamnya senang.

Bai Fang Li mengayuh becak tuanya selama 365 hari setahun, tanpa perduli dengan cuaca yang silih berganti, di tengah badai salju turun yang membekukan tubuhnya atau dalam panas matahari yang sangat menyengat membakar tubuh kurusnya.

“Tidak apa-apa saya menderita, yang penting biarlah anak-anak yang miskin itu dapat makanan yang layak dan dapat bersekolah. Dan saya bahagia melakukan semua ini…,” katanya bila orang-orang menanyakan mengapa ia mau berkorban demikian besar untuk orang lain tanpa perduli dengan dirinya sendiri.

Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun, sehingga hampir 20 tahun Bai Fang Li menggenjot becaknya demi memperoleh uang untuk menambah donasinya pada yayasan yatim piatu di Tianjin itu. Saat berusia 90 tahun, dia mengantarkan tabungan terakhirnya sebesar RMB 500 (sekitar 650 ribu rupiah) yang disimpannya dengan rapih dalam suatu kotak dan menyerahkannnya ke sekolah Yao Hua.

Bai Fang Li berkata “Saya sudah tidak dapat mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat menyumbang lagi. Ini mungkin uang terakhir yang dapat saya sumbangkan….,” katanya dengan sendu.

Semua guru di sekolah itu menangis….

Bai Fang Li wafat pada usia 93 tahun, ia meninggal dalam kemiskinan. Sekalipun begitu, dia telah menyumbangkan disepanjang hidupnya uang sebesar RMB 350.000 (kurs 1300, setara 455 juta rupiah, jika tidak salah) yang dia berikan kepada Yayasan yatim piatu dan sekolah-sekolah di Tianjin untuk menolong kurang lebih 300 anak-anak miskin.

Foto terakhir yang orang punya mengenai dirinya adalah sebuah foto dirinya yang bertuliskan ”Sebuah Cinta yang istimewa untuk seseorang yang luar biasa”.

Bila SESEORANG yang miskin menyumbang dari kekurangannya, maka ia adalah salah satu PENGHUNI SURGA yang diutus ke dunia, yang mengajarkan kita untuk selalu BERSYUKUR dan selalu BERBAGI kepada sesama.

Dilarang 'Pecicilan' di Jalan Raya, Kalau Belum Semahir Ini

Tidak ada komentar

Maraknya motorsport yang masuk tanah air, sedikit banyaknya berdampak bagi para pengemudi dan pengendara motor yang ingin 'naik kelas'. nah, yang perlu digaris bawahi adalah tentang skill dan cara berkendara di jalanan yang memang perlu tata krama. Jarang nih para pengendara motor yang menyadari hal ini. Nah, video ini salah satunya mengedukasi tentang ketrampilan berkendara motorsport, simak deh bro-sis..

Nikah Dengan Pria Kaya Tak Selalu Bahagia

Tidak ada komentar


Tidak bisa dipungkiri, mayoritas wanita yang belum menikah ingin memiliki pasangan yang mapan atau sudah mandiri dengan memiliki penghasilan sendiri. Tidak bermaksud materialistis, tetapi bahan makanan dan uang sekolah anak tidak jatuh begitu saja dari langit, maka kemapanan seorang calon suami layak menjadi pertimbangan.

Apakah Punya Pasangan Kaya Itu Jaminan Bahagia?
Sebuah fakta terungkap dalam Pew Research Center seperti dilansir Womens Health Mag, banyak wanita yang jujur mengatakan bahwa mereka mengalami tekanan batin dan sering sakit hati saat menjalin asmara atau menikah dengan pria kaya. Nah, tidak jaminan bahwa uang adalah sumber kebahagiaan.
Inilah beberapa alasan mengapa kamu harus bahagia dan merasa beruntung jika berpasangan dengan pria yang 'biasa-biasa saja'.

1. Pria Kaya Lebih Mungkin Berselingkuh
Kita sudah sering mendengar berita perselingkuhan yang dilakukan pria-pria kaya di seluruh dunia, misalnya saja Tiger Wood atau mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton. Menurut Adam Galinsky, Ph.D., seorang profesor dari Chicago's Northwestern University, "Orang-orang yang berada pada posisi tinggi lebih mungkin untuk menipu. Mereka seringkali mengutuk aksi penipuan, tetapi mereka justru lebih sering melakukannya.", termasuk menipu pasangan mereka sendiri.

2. Pria 'Biasa-Biasa Saja' Lebih Menghargai Temanmu
Menurut laporan yang ditulis dalam Psychological Science Journal, pria yang memiliki penghasilan menengah cenderung lebih sopan dibandingkan pria kaya saat bertemu dengan orang baru. Pria berpenghasilan menengah mampu berbicara, tertawa dan melakukan kontak mata lebih banyak saat bertemu orang baru. Sedangkan pria kaya lebih sering menunjukkan perilaku gelisah, sibuk sendiri dengan gadgetterbarunya dan tidak peduli dengan orang sekitar.

3. Pria 'Biasa-Biasa Saja' Lebih Mendukung Karirmu
Berdasarkan Journal of Applied Psychology, pria kaya akan merasa lebih 'sombong' dibanding rekan mereka yang berpenghasilan di bawah mereka. Sedangkan pria dengan penghasilan yang tidak besar lebih mendukung karir pasangan mereka. "Pasangan yang memotivasi satu sama lain untuk memenuhi impian mereka cenderung lebih bahagia," ujar Joshua Coleman, Ph.D., penulis Marriage Makeover.

Kami tidak memvonis semua pria kaya adalah pria yang tidak baik, hanya saja.. tak ada salahnya membuka hati pada pria 'biasa-biasa saja'. Mungkin sekarang, pria ini tak bisa membelikan kamu rumah mewah atau cincin berlian, tetapi dengan kehadiran kamu, impian berdua dan perjuangan bersama, memiliki rumah mewah bisa jadi kenyataan.

Apakah kamu setuju? Silakan isi kolom komentar ;)

MENCINTAIMU 1000 TAHUN LAGI

Tidak ada komentar

Kamis, 11 Mei 2023


Aku
terlarut dalam riuhnya sepi
detak jam dinding masih menemani
suara jangkrik ditengah ilalang
meski lamat tapi jelas kudengar

bersama anganku mulai terbang
menembus langit langit kamar
malam terasa panjang dan tak bertepi
rinai gerimis merintih menunggu pagi

ruang batinku terasa dingin membeku
bergetar bibirku menahan selaksa rindu
terpasung didalam penantian
terhimpit diantara kegalauan

bercumbu mesra dengan bayangan
tenggelam dalam lautan kesepian
terkadang aku ingin menantang langit
mengapa tak segera turunkan cahaya

menerangi jalanku yang kian menyempit
agar tak tersesat menembus belantara
wahai bidadari penghuni khayangan
sudikah kau menemaniku berdendang

nyanyikan lagu tentang pengharapan
melepas kerinduan yang lama terpendam
dimanakah kini kau berada ?
sedemikian jauh kau berjalan

tinggalkan jejak kenangan jingga
yang tak pernah mampu kulupa
memori tentangmu masih bertebaran
mengisi setiap lembar catatan harian

walau samar namun masih mampu kubaca
sekedar mengenang cerita tentang kita
mungkinkah kau melihat bulan
yang kini tengah kupandangi ?

adakah waktu memberi kesempatan
agar kita dapat berjumpa lagi ?
setidaknya aku bisa menulis puisi
bersama airmata yang mengalir dipipi

dan bila saja dirimu bisa mengerti
aku ingin mencintaimu seribu tahun lagi

Don't Miss
© all rights reserved 2023
Created by Mas Binde