Responsive Ad Slot

Masyarakat Diminta Jauhi Maksiat, Setelah Terkuak Bandung Miliki Angka Penyakit Sifilis Tertinggi

Tidak ada komentar

Senin, 12 Juni 2023

Salah satu tempat prostitusi di Bandung.


The Jogja Notify - Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat (Jabar) Kota Bandung menjadi daerah tertinggi kedua kasus sifilis setelah Papua. Hal ini berdasarkan data skrining pada periode 2018-2022.

Pada 2022, temuan Kemenkes mencatat terdapat 3.186 kasus sifilis di Jawa Barat. Dari jumlah itu, yang berobat masih sekitar 1.570 orang.

Rochady HS Wibawa, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jabar menjelaskan, skrining dilakukan di beberapa area yang telah ditentukan di kabupaten dan kota di Jawa Barat. Hasilnya, terdapat jumlah kasus sifilis yang paling tinggi di Kota Bandung.

“Di Kota Bandung, dari 29.552 pemeriksaan yang dilakukan, terdapat 830 orang yang dinyatakan positif mengidap sifilis. Meskipun pemeriksaan juga dilakukan di wilayah lainnya, angkanya fluktuatif tergantung pada kepadatan penduduk. Namun, Kota Bandung memiliki angka tertinggi,” ungkap Rochady pada Sabtu (10/6/2023).

Ia menyatakan bahwa skrining hanya dilakukan di Kota Bandung dan beberapa wilayah lainnya di Jawa Barat. Jika skrining dilakukan menyeluruh, kemungkinan temuan kasus akan lebih tinggi daripada data saat ini.

“Angka kasus sifilis di Kota Bandung memang tinggi, bahkan yang tertinggi. Namun, perlu diketahui bahwa ini terkonsentrasi di area lokalisasi. Jika skrining dilakukan secara menyeluruh di setiap rumah, angka tersebut bisa lebih tinggi,” tambahnya.

Sementara itu di daerah penyangga Ibukota, seperti Depok dan Bekasi terbilang kecil dibanding Kota Bandung. Di Depok, hanya ada tiga kasus dari hasil pemeriksaan 10.713 orang, sedangkan Bekasi tercatat 53 kasus dari pemeriksaan 8.548 orang.

“Kalau masalah tergolong kecil atau besar itu tergantung jumlah responden yang diperiksa juga,” ujarnya.

Pemprov Jawa Barat pun terus berupaya menekan kasus sifilis atau Raja Singa di seluruh kabupaten dan kota. Upaya itu direalisasikan melalui distribusi obat di puskesmas dan pelatihan tenaga kesehatan yang meliputi survei, terpadu biologis, dan perilaku (STBP).

Selain obat,  pihak Pemrov mengatakan salah satu bentuk pencegahan adalah bertobat dan jangan melakukan maksiat, terutama melakukan hubungan seksual sebelum menikah.

“Obat tidak ada masalah di puskesmas sudah ada, di rumah sakit juga ada, cuman memang bagaimana yang sakit itu bisa mau berobat. Intinya yang sudah tekena segera bertobat dan melakukan penjagaan penularan dengan mengunakan alat pengaman dan yang belum kena jangan melakukan hubungan seks di luar nikah,” tutupnya.*

11 Universitas di Inggris Bantu Iran Kembangkan Program Drone Militer

Tidak ada komentar

The Jogja Notify - Sebanyak 11 universitas di Inggris Raya dituduh membantu mengembangkan program pesawat tak berawak Iran dalam beberapa tahun terakhir. Dalam sebuah laporan oleh surat kabar Yahudi Chronicle, 11 universitas di seluruh Inggris Raya telah terlibat dalam pengembangan teknologi militer Iran untuk penggunaan drone bunuh diri dan pesawat tempur Iran, melalui studi yang sebagian didanai oleh Teheran.

Studi yang dikutip dalam laporan tersebut termasuk yang diproduksi bersama oleh peneliti Imperial College, Ahmad Najgaran Kheirabadi dan ilmuwan dari Universitas Teknologi Shahrood dan Universitas Ferdowsi Mashhad, yang merupakan institut Iran. Studi ini dilaporkan didanai langsung oleh Iran. Para peneliti meneliti cara untuk meningkatkan mesin drone ringan seperti Shahed 136 yang saat ini digunakan secara luas oleh Rusia.

Universitas Cranfield juga melakukan proyek dengan Universitas Sains dan Teknologi Iran pada 2021. Mereka secara khusus meneliti aplikasi militer dari sistem canggih yang dikenal sebagai pengontrol fuzzy di mesin jet, yang memungkinkan mesin memiliki kemampuan manuver yang lebih baik. Ini merupakan aspek penting untuk aplikasi militer dan kendaraan udara tak berawak.

Drone Militer


Surat kabar Yahudi Chronicle juga mengutip lebih dari 200 makalah yang telah ditulis bersama oleh Universitas Shahid Beheshti Iran dan akademisi Inggris. Termasuk makalah yang mengeksplorasi pengembangan perangkat elektronik yang menggunakan konduktor super dan graphene, dengan potensi penggunaan komunikasi dan keamanan nirkabel generasi mendatang.

Makalah khusus itu ditulis oleh beberapa peneliti seperti Samane Kalhor, seorang peneliti di Universitas Glasgow yang telah menerima gelar doktornya dari Shahid Beheshti, serta Majid Ghaantshoar, yang masih berbasis di institusi Iran. Makalah itu juga ditulis oleh peneliti dari Universitas Cambridge. Ini merupakan salah satu keterlibatan institusi Inggris dan Barat yang paling bergengsi dalam program militer Iran.

Semua proyek penelitian, studi, dan makalah tersebut dilakukan meskipun Inggris melarang ekspor teknologi ke Iran yang dapat digunakan untuk keperluan dan aplikasi militer. Laporan itu juga muncul di tengah sanksi baru-baru ini yang dijatuhkan kepada individu dan organisasi Iran yang memasok Rusia dengan 'kamikaze' atau drone bunuh diri untuk digunakan dalam invasi ke Ukraina.

Anggota parlemen Inggris telah menyerukan penyelidikan tentang bagaimana penelitian yang berpotensi merusak Inggris dan pelanggaran sanksi diizinkan untuk dilakukan. Ketua Komite Pemilihan Urusan Luar Negeri Inggris, Alicia Kearns menyerukan penyelidikan atas keterlibatan peneliti Inggris dalam mengembangkan drone Iran.

"Ini adalah kolaborasi yang mengerikan," ujar Kearns. 

Pentingnya Tarbiyah Abawiyah Menghadapi Fenomena ‘Hilangnya Sosok Ayah’

Tidak ada komentar

The Jogja Notify - Tarbiyah Abawiyah adalah metode pendidikan yang menjadikan ayah sebagai sosok utama sang pengajar (murobbi) berperan sebagai teladan bagi anak-anaknya di tengah fenomena fatherless

ADA kabar kurang bagus tentang Indonesia. Diwartakan bahwa baru-baru ini Indonesia masuk dalam peringkat ketiga kategori fatherless  country di dunia, atau negara yang “kehilangan” peran ayah. Peran ayah Indonesia dalam pengasuhan anak rupanya dinilai masih sangat minim. Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Diana Setiyawati, menyampaikan bahwa fenomena fatherless

sosok ayah, red) ini perlu diperhatikan, mengingat dampak dari minimnya peran ayah cukup besar bagi anak. Saat ini, bangsa Indonesia memiliki penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan usia tidak produktif. Jika kita salah mengelola, bukan tidak mungkin akan menjadi bencana.

Fenomena fatherless  kian menunjukkan bahwa peran seorang ayah dalam pola pengasuhan anak sangatlah besar. Bahkan di pembukaan kitabnya yang berjudul Adabul Alim Wal Muta’alim, KH Hasyim Asy’ari menukil sebuah hadis yang diriwayatkan oleh  Sayyidah Aisyah Radhiallahu Anha yang menjelaskan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda yang artinya; “Hak anak terhadap orang tuanya (ayah) adalah agar si anak diberikan nama-nama yang bagus, diberikan air susu yang bagus (Yakni Ibu kandung yang berakhlak baik yang memberikan ASI pada si anak), dan diberi pendidikan adab yang bagus.” (KH. Hasyim Asy’ari , Adabul Alim Wal Mutaalim Hal. 09, Cetakan Maktabah Turats Al Islami Ma’had Tebuireng Jombang Jawa Timur).

Melihat hadis di atas nampak jelas bagaimana seorang ayah memiliki tanggung jawab besar yang mana jika perihal tersebut tidak dilaksanakan maka dia telah melanggar hak paling dasar dan paling awal dari seorang anak yakni sebelum menikah si calon ayah harus bisa memilih seorang calon ibu yang berakhlak baik yang kelak bisa menyusui calon anaknya, lalu memberi nama yang bagus (dalam pandangan Islam) dan mendidik anak dengan pelajaran adab yang bagus.

Namun tidak bisa dipungkiri kini zaman telah berubah dan tantangan menjadi ayah kian berat sedangkan kesiapan menjadi ayah tetap rendah. Rendahnya kesiapan menjadi ayah selaras dengan kurangnya kesadaran membangun pernikahan.

Konsekuensi bahwa pernikahan kemungkinan besar menghasilkan keturunan yang menuntut tanggung jawab  lahir dan batin belum sepenuhnya dipahami apalagi disiapkan. Sebab pasangan muda lebih fokus menyiapkan hari pernikahan, dan kurang memikirkan perencanaan membangun keluarga serta cara menjalaninya. 

Seorang dosen di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB Diah Krisnatuti, mengatakan, saat ini masyarakat masih ragu memperkenalkan peran ayah kepada anak laki-laki yang akan menikah. Pesan pernikahan lebih banyak diberikan kepada anak perempuan agar mereka mampu jadi istri dan ibu yang mengurus anak dan rumah tangga.

Menurutnya, untuk anak laki-laki, pesan umumnya hanya terkait aspek ekonomi agar mereka bertanggung jawab memberi nafkah materi, tidak termasuk di dalamnya nafkah kasih sayang untuk anaknya kelak.

Survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tentang kualitas pengasuhan anak Indonesia 2015 menunjukkan hal itu. Hanya seperempat calon ayah yang mencari informasi pengasuhan anak sebelum menikah. Saat jadi ayah, mereka yang mau belajar pengasuhan pun kurang dari 40 persen. Dan itupun umumnya berasal dari kelompok terdidik dan kelas ekonomi menengah.

Tantangan menjadi ayah saat ini jauh berbeda dengan beberapa dekade yang lalu. Di masa lalu ayah adalah sosok yang ditakuti, tetapi kini ayah dituntut jadi sahabat anak.

Menguatnya kesetaraan gender yang membuat peran ibu di masyarakat makin kuat menuntut ayah lebih banyak ikut terlibat dalam urusan domestik. Perubahan budaya itu terjadi di tengah meningkatnya tuntutan ekonomi keluarga, ketidakstabilan kondisi sosial ekonomi, kelelahan akibat bekerja, dan perjalanan bekerja hingga banjirnya informasi yang membuat pilihan makin banyak.

Survei KPAI 2015 menyebut hampir separuh ayah hanya punya waktu berbincang dengan anaknya selama satu jam sehari. Materi perbincangan pun umumnya sangat terbatas, tidak menyentuh substansi, seperti menanyakan sudah makan atau belum, pelajaran dan teman di sekolah, pekerjaan rumah, atau nilai ujian. (Kompas, 14/11/17).

Tarbiyah Abawiyah sebagai Solusi

Terminologi Tarbiyah Abawiyah ini penulis kutip dari Habib Abubakar Al Adni bin Ali Al Masyhur yang jika ditafsirkan secara bebas artinya adalah metode pendidikan yang menjadikan ayah sebagai sosok utama sang pengajar (Murobbi) yang berperan dominan sebagai teladan bagi anak-anaknya.

Di dalam Al Qur’an Allah Swt berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS: at-Tahrim/66:6).

Allah juga berfirman,

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS: Toha /20: 132)

Dan semakna dengan ayat di atas adalah sabda Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ

“Perintahkanlah anak-anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika berumur sepuluh tahun (jika mereka enggan untuk shalat) dan pisahkanlah mereka di tempat-tempat tidur mereka masing-masing.” (HR: Ahmad)

Jika melihat khitob dari dua ayat Al Qur’an dan hadis di atas dapat dilihat bahwa Allah dan Rasulullah ﷺ memerintahkan kepada para orang tua terutama kepada ayah agar menjaga keluarganya dari api neraka. Bagaimana caranya, tentu dengan melakukan ketaatan kepada Allah.

Sebelum menyuruh keluarganya tentu si ayah harus menjadi teladan sebagai orang pertama yang melaksanakan ketaatan kepada Allah di keluarganya agar dicontoh oleh anak-anaknya. Inilah salah satu Tarbiyah Abawiyah yang kini kian darurat untuk digalakkan.

Lihatlah di dalam Al-Qur’an bagaimana dikisahkan keteladanan para ayah dalam mendidik anaknya seperti kisah Lukman Al Hakim, Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail Alaihimu Salam, kisah Nabi Ya’qub Alaihis Salam saat berwasiat agar mempertahankan akidah Islamiyah kepada para anaknya saat menjelang wafat dll. Itu semua adalah contoh terbaik dari Tarbiyah Abawiyah yang diabadikan di dalam Al Qur’an yang kini menjadi kedaruratan nyata untuk segera diterapkan di negara yang semakin “kehilangan sosok ayah” ini.

Di dalam salah satu bab dalam kitabnya, Sayyid Muhammad Al Maliki mendorong  agar para orang tua memberi perhatian kepada anak-anaknya tentang tata krama. Beliau mengutip pesan dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib kWh agar senantiasa mengajari dan mendidik anak-anak dengan sebaik-baiknya.

Sebab di dalam Tarikh Bukhari disebutkan ada hadis marfu’ yang menyatakan bahwa orang tua tidak membekali anaknya sesuatu yang lebih utama daripada adab yang baik. Dan hadis dari Jabir bin Samurah Radiyallahu Anhu yang menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda bahwa seseorang yang mengajar anaknya itu lebih baik daripada ia bershadaqah sebanyak satu Shaa’.(Prof. Sayyid Muhammad Al Maliki, Etika Islam dalam Membina Rumah Tangga (Terj.), Hal. 45)

Sebagai penutup agar kita kian bersemangat untuk menjalankan metode Tarbiyah Abawiyah dalam menanggulangi fenomena “Fatherless ” ini, penulis ingin mengutip hadis yang berbunyi,

رحم الله والدا أعان والده على بره

“Semoga Allah memberi rahmat kepada orang tua yang membantu anaknya untuk berbakti kepadanya.“ (HR: Abu As Syaikh dengan sanad Dhoif). Wallahu A’lam Bis Showab.

Murid Kulliyah Dirosah Islamiyah Pandaan Pasuruan

 

Panggil Istri Dengan Namanya Saja, Ia Akan Selalu Cantik Dan Bahagia

Tidak ada komentar

Wanita yang cantik itu pasti sedang bahagia. Kebahagiaan membuatnya emmancarkan aura positif yang kuat dan mengabaikan semua minusnya menjadi plus. Itulah energi cantik dari sebuah kebahagiaan. Dan kebahagiaan wanita itu bisa didapatkan dengan cara yang sederhana. 

Beberapa wanita senang dipanggil dengan sebutan 'sayang', 'dinda', 'honey', 'bunda' dan sebagainya. Namun ada sebuah penelitian menarik di Jepang yang mungkin akan membuat para suami dan lelaki berubah. Lihat videonya di bawah ini.


Sesederhana seorang suami yang memanggil nama istrinya. Membuatnya punya pancaran wajah yang berbeda seperti saat pertama kali bertemu dengan pria yang menjadikannya ibu dari anak-anaknya. Pancaran sebagai seorang wanita dan istri, bukan hanya seorang ibu.

Penelitian ini dilakukan pada banyak keluarga yang sudah memiliki anak. Pada keluarga seperti ini biasanya bukan hanya anak-anak yang memanggil 'mama' atau 'ibu', tapi suami juga melakukannya. Perhatikan reaksi yang berbeda saat suami memanggilnya dengan nama asli mereka. 

Hal ini ternyata membuat wanita lebih cantik dan bahagia. Terbukti dari penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan oxitocyn mereka dari hari ke hari. Sebuah hormon yang menunjukkan kebahagiaan seseorang. 

Lepas dari penelitian itu, ada satu kesimpulan yang bisa kita petik. Saat kita memanggil nama orang sebagai sebutan, bukan hanya sebutan yang umum dipakai, seseorang akan merasa lebih dikenali, diinginkan, dihargai dan cara sederhana ini bisa membahagiakan mereka. 

Kita tentu tahu kode etik di mana beberapa orang memang tak bisa dipanggil dengan namanya langsung. Tapi, bagi orang-orang tercinta seperti istri, pacar atau bahkan office boy Anda, menyebut nama mereka akan jadi tanda bahwa Anda menganggap keberadaan mereka.
It means a lot, so call them by their name
.

Selama Masih Ada Nafas Untuk Hidup, Selama Itu Pula Manusia Tak Berhenti Belajar

Tidak ada komentar


Aku sudah 10 tahun menjadi seorang dokter hewan. Berkali-kali aku menyelamatkan atau mengobati hewan, namun tak ada kejadian seperti saat aku datang ke sebuah rumah yang memelihara anjing yang gagah bernama Belker.

Belker sakit keras. Aku berusaha mengatasi penyakitnya dan merawatnya dengan metode terbaik yang pernah ada. Namun ia tak bisa ditolong lagi. Belker mengalami sakit kanker dan sorot mata maupun tubuhnya memperlihatkan kalau ia tahu bahwa waktunya tak akan lama.

Anjing tua itu milik sepasang suami istri bernama Ron dan Lisa, serta anak mereka, Shane. Mereka menghubungiku saat hari akan badai salju dan memohon untuk datang karena Belker begitu berarti baginya.

Aku menjelaskan pada keluarga kecil itu bahwa Belker sudah terlalu parah kondisinya dan mungkin ia tak akan bertahan hingga besok. Maka Ron dan Lisa mengerti dan memintaku tetap menginap hingga anjing mereka meninggal. Lagipula malam itu badai salju.

Diam-diam aku kagum pada Shane. Anak itu masih berusia 10 tahun, tapi tenang sekali menghadapi masa-masa perpisahannya dengan Belker. Ia memangku anjingnya itu dan mengusap-ngusapnya dengan lembut, seolah saling menenangkan satu sama lain.

Sampai keesokan harinya, Shane masih tampak di dekat perapian bersama Belker. Aku berbincang-bincang dengan Ron yang menceritakan bagaimana ia bisa mendapatkan anjing setia seperti Belker. Beberapa kali anjing itu menyelamatkannya, menyelamatkan Shane dan peternakan mereka.

Tepat pukul satu siang, Belker menutup mata dan berhenti bernafas. Ia telah mati dengan damai dengan diiringi doa dan belaian dari keluarga itu. Di antara mereka, hanya Lisa yang menitikkan air mata. Shane tampak tegar atau mungkin pura-pura tegar.

"Dia sudah tenang, Nak. Doakan saja," kataku. Dia tersenyum dan mengangguk. Shane kelihatan benar-benar ikhlas. "Belker memang sudah waktunya pulang duluan," ujar Shane.
"Kau begitu yakin dan tegar," kataku sambil menggunakan sarung tangan, bersiap membantu mengubur Belker. Tak disangka, Shane menjawab dengan kata-kata yang membuatku melihat kehidupan dengan cara yang berbeda.

"Manusia lahir ke dunia agar mereka bisa belajar bagaimana hidup dengan baik. Seperti mengasihi sesama makhluk hidup dan berbuat baik, iya kan?" ujarnya. Aku mengangguk setuju dengan statementnya, lantas ia menjawab lagi.

"Well, anjing sudah tahu bagaimana melakukan itu, jadi mereka tak perlu hidup di sini terlalu lama," ucap bocah itu.

Aku sudah 49 tahun dan sungguh terperangah dengan apa yang ia katakan. Aku tak menyangka bahwa pandangannya begitu luar biasa dan meruntuhkan kesombongan orang-orang yang lebih dewasa darinya.

Selama ini aku yakin sudah berbuat cukup baik dalam hidup, mengasihi sesama dan berusaha tak menjadi musuh masyarakat. Namun apa yang dikatakan Shane membuatku mengerti, tanpa disadari kadang manusia sombong dalam kebaikan mereka.

Merasa puas dan merasa baik, tak sadar bahwa masih ada umur berarti masih banyak hal yang harus dipahami dan dipelajari. Usia tak menentukan kedewasaan seseorang. Selama masih ada nafas untuk hidup, selama itulah manusia tak berhenti untuk belajar.

4 Acara Ritual Masyarakat Jawa di Bulan Sura

Tidak ada komentar

Bulan Sura bagi masyarakat Jawa terutama Jogja merupakan bulan yang dianggap istimewa. Sebagian masyarakat Jawa percaya bahwa bulan Sura adalah gerbang untuk masuk ke dalam sebuah tatanan yang baru. Untuk memersiapkan diri menyambut sebuah tatanan yang baru masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai Jawa meyakini bahwa perlu melakukan sebuah laku prihatin. Laku prihatin tersebut memiliki tujuan supaya bisa lebih dekat dengan Tuhan YME dan bisa menjalani kehidupan di masa berikutnya dengan baik.

Berikut ini beberapa hal yang biasa dilakukan masyarakat Jawa saatbulan Sura.

Mubeng Beteng


Tradisi Mubeng Beteng biasanya dilakukan di malam pergantian 1 Muharam atau 1 Sura. Biasanya para abdi dalem bersama warga mengelilingi Benteng Kraton Jogja dengan mengirab pusaka berupa bendera Kanjeng Kyai Tunggul Wulung. Pusaka Kraton tersebut dipercaya merupakan bagian dari penutup Kabah yang dibawa oleh Iman Safi’i atas perintah Sultan Hamengku Buwono (HB) I.

Mubeng beteng dengan bendera pusaka Kraton pertama kali dilakukan pada tahun 1919 sebagai sebuah ritus untuk mengusir virus influenza yang mewabah di Jogja.
Dalam tradisi Mubeng Beteng para lelaku (peserta yang melakukan Mubeng Beteng) tidak boleh mengeluarkan sepatah kata pun. Selain itu para lelaku juga tidak diperbolehkan menggunakan alat penerang sehingga berjalan dalam kondisi gelap.

Larung Sesaji ke Pantai Selatan


Tradisi melarung sesaji ke Pantai Selatan atau biasanya dilakukan di Pantai Parangtritis merupakan salah satu hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa. Larung sesaji di Pantai Selatan dianggap oleh sebagian masyarakat Jawa sebagai wujud rasa syukur dari rejeki selama setahun yang sudah didapat.

Acara larung sesaji, diawali dari desa di dekat pantai. Kirab tersebut sambil membawa sesajen yang berisi hasil pertanian yang disusun menjadi gunungan. Gunungan tersebut berisi segala perlengkapannya seperti buah-buahan, kepala kambing,ingkung(ayam panggang utuh), jajanan pasar, dan yang tidak boleh ketinggalan adalah kembang 7 rupa , kemenyan. Sesampainya di laut, semua sesaji itu di lempar 1 per satu dengan disertai doa bersama.

Jamasan Pusaka


Upacara jamasan pusaka lazim dilakukan oleh masyarakat Jawa di Bulan Sura. Upacara jamasan adalah sebuah upacara memandikan atau membersihkan pusaka. Pusaka yang dimandikan biasanya berupa keris, tombak dan beberapa senjata lainnya.
Tujuan jamasan pusaka selain membersihkan pusaka agar tidak berkarat dan cepat rusak juga dipercaya akan mendatangkan keberuntungan karena tuah dari benda pusaka tersebut.


Kungkum


Tradisi kungkum biasa dilakukan sebagian masyarakat Jawa dimalam 1 Sura atau Muharam. Kungkum biasanya dilakukan dibeberapa tempat khusus seperti di tempuran Kali Progo, Umbul Pengging maupun di Tugu Suharto. Dalam tradisi Jawa, kungkum memiliki makna membersihkan jiwa dan raga. Tercapainya kondisi jiwa dan raga yang bersih dipercaya bisa membawa peruntungan di masa yang akan datang.

Yakinlah Allah akan Memberikan Hal Terbaik di Waktu Terbaik

Tidak ada komentar

The Jogja Notify - Bersabarlah dan jangan pernah berputus asa dalam berdoa, sebab hanya Allah Swt yang menetapkan waktu segala sesuatu dan membuat sesuatunya sempurna pada waktunya

Seringkali manusia terburu-buru ketika menginginkan sesuatu. Tak jarang kesabarannya hilang ketika sesuatu yang dinanti atau yang diharap-harapkan tak kunjung datang.

Al-Qur’an menyebut sifat manusia yang suka tergesa-gesa ini dalam firman-Nya,


كَانَ ٱلۡإِنسَٰنُ عَجُولٗا

“Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa.”  (QS. Al-Isra’: 11)


Dalam ayat lain Allah Azza wa Jalla berfirman,

خُلِقَ ٱلۡإِنسَٰنُ مِنۡ عَجَلٖۚ

“Manusia diciptakan bersifat tergesa-gesa.”  (QS. Al-Anbiya’: 37)

Kita sering mendengar kalimat “semua akan menjadi baik jika tepat pada waktunya.” Jika direnungkan, kalimat ini bukan hanya kalimat motivasi biasa yang ingin mendinginkan hati manusia yang sedang dalam kesulitan saja.

Tapi kalimat ini benar-benar menggambarkan kenyataan yang sebenarnya. Terkadang kita sangat menginginkan sesuatu dan sangat berharap apa yang kita inginkan akan segera terwujud.

Namun pernahkah kita berpikir bahwa sesuatu yang kita inginkan itu bila datang di waktu yang “tidak tepat” akan membuat semuanya berantakan?

Yakinlah selalu bahwa doa dan harapan kita akan terwujud pada waktunya. Pada waktu yang paling pas dan paling tepat ! Bersabarlah untuk menanti buah hingga matang, karena rasa manisnya akan muncul pada waktunya.

Bila kita tergesa-gesa maka kita hanya akan mendapatkan rasa masam darinya. Bersabarlah untuk menanti janin di dalam rahim ibunda hingga tiba waktunya, karena bayi akan sempurna pada waktunya.

Bersabarlah untuk semua yang kita inginkan, karena “sesuatu itu akan menjadi manis dan sempurna bila tiba pada waktu yang tepat.” Jangan pernah berputus asa dalam berdoa, teruslah memohon dan meminta kepada Allah Azza wa Jalla, tidaklah ada orang yang akan kecewa karena banyak berdoa,


وَلَمۡ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيّٗا

“Dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku.” (QS. Maryam: 4).

Jangan pernah takut dengan hari esok, karena Dia yang menyelesaikan berbagai macam kesulitan kita di hari kemarin pasti akan menolong kita di hari esok.

Yang telah merawat kita, menjaga kita dan membimbing kita di masa kecil tidak akan menelantarkan kita di masa depan kita! Dia-lah Allah yang kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya tak tertandingi oleh siapapun.

 وَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ وَكِيلًا

“Dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah yang menjadi pelindung.” (QS. An-Nisa’: 81).

Kegelisahan hati muncul karena rendahnya rasa tawakal (berserah diri) kita kepada Allah Azza wa Jalla. Bila kita yakin dengan Rahmat Allah Azza wa Jalla, pasti kita tidak akan putus asa dalam menghadapi berbagai kesulitan.

Bila kita yakin dengan Keadilan Allah Azza wa Jalla, pasti kita tidak akan menyalahkan ketentuan-Nya. Tugas kita adalah berdoa dan berusaha, sembari kita terus menyebut Nama-Nya, karena hanya Dia-lah yang mampu menyelesaikan semua urusan kita.

 

وَأُفَوِّضُ أَمۡرِيٓ إِلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَصِيرُۢ بِٱلۡعِبَادِ

“Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.”  (QS. Ghafir: 44).

Allah Azza wa Jalla juga berfirman,

فَوَقَىٰهُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِ مَا مَكَرُواْۖ

“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka.” (QS. Ghafir: 45).

Hadapilah hari kita dengan keyakinan bahwa pasti Allah Azza wa Jalla akan memberi yang terbaik di waktu yang terbaik. Buang semua kegelisahan di hati kita dan hiduplah dengan penuh optimis bahwa semua akan sempurna pada waktunya..

Semua ada waktunya, bergerak apa adanya seturut iramanya sendiri. Akan tetapi kita tidak selalu dapat mengetahui kapan waktu untuk segala sesuatu itu.

Hanya Allah Azza wa Jalla yang mengetahuinya, sebab Dia yang menetapkan waktu untuk segala sesuatu. Ia membuat segala sesuatunya sempurna pada waktunya.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa meyakini bahwa segala sesuatunya sudah ditetapkan waktunya yang terbaik untuk meraih ridha-Nya. Aamiin Ya Rabb. Wallahua’lam bishawab.*/ 



Bagya Agung Prabowo, dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII)

 

Jangan Kau Sia-Siakan Ibumu Yang Membesarkanmu Hingga Sehebat Sekarang?

Tidak ada komentar
Panti jompo. Pernah membayangkan kalau suatu hari, bisa saja kita yang ada di sana? Mungkin tidak, karena kita berpikir bahwa kita memiliki keluarga dan anak cucu nantinya. Apakah kita yakin mereka akan mencintai kita sampai akhir hayat? 

Adalah sebuah kisah di Jepang tentang budaya 'membuang' orang tua. Di mana orang tua yang sudah manula dan renta, karena ketidakberdayaannya dan ketidakmampuannya, akhirnya dibawa ke hutan dan ditinggalkan di sana. Di sebuah tempat bernama Ubasuteyama. 

Di sana, para orang tua ini akan ditinggalkan dengan makanan yang sudah mereka bawakan. Kemudian dibiarkan hingga meninggal dengan sendirinya. Orang tua semakin manula, kadang memang semakin rewel dan membuat anak cucu mereka menyerah sehingga mereka melakukan ini. Kalau jaman sekarang, mereka akan membawa orang tuanya ke panti jompo. 

Alkisah ada seorang anak yang selama ini dibesarkan oleh ibunya yang seorang janda. Ibunya hanya orang desa biasa, tapi mampu membuat anaknya makan setiap hari dan sekolah tinggi. Suatu hari anak itu sukses, memiliki rumah yang layak, istri cantik dan anak-
anak yang sehat. 

Tibalah masa di mana ia akan melakukan ritual membuang ibunya. Sang ibu sudah hampir berusia satu abad, tak banyak bisa bicara dan semua yang dilakukan mulai melambat. meski begitu, ia sadar diri bahwa ia akan dibuang ke hutan. Si ibu pasrah dan tetap tenang. 

Sang anak memanggulnya di punggung. Hutan ini sebegitu jauhnya, sementara sang ibu memetik dahan dan ranting di sekitarnya sepanjang perjalanan. Ketika sampai di tempat yang memungkinkan, si anak menata bekal yang ia bawa untuk sang ibu. Kemudian ia menurunkan ibunya tanpa memandang wajahnya. 
Ia tak sampai hati sebenarnya untuk bicara, lidahnya juga kelu dan matanya malu memandang sang ibu. 

Sempat terdiam sejenak, sampai sang ibu berkata, "Nak, kamu tak perlu khawatir. Ibu selalu menyayangimu dan kasih ibu selalu makin besar setiap harinya."
Baru sampai situ, sang anak mulai tertegun. "Semoga kamu tidak tersesat dan pulang ke jalan yang benar. Aku sudah membuat jejak di jalan dengan ranting dan dahan yang kupatahkan. Hidup yang baik ya, Nak," ujarnya lagi. 

Seketika dada sang anak seperti akan meledak. Kepalanya panas dan matanya berkaca-kaca. Ia membalikkan badan dengan cepat, melihat ibunya. Digendongnya lagi sang ibu dan dibawanya pulang kembali. Ia tak jadi membuang ibunya ke hutan dan bertekad merawat ibunya sampai akhir hayat. 

Pemirsa, kadang kita terlalu sibuk menjadi dewasa dan lupa bahwa orang tua kita menua. Kadang kita lupa akan menua seperti mereka dan seperti apakah kita ingin diperlakukan saat tua nanti? 



Perlakukan orang tua kita dengan penuh sayang dan hormat. Karena begitulah kita akan diperlakukan oleh anak cucu kita nanti. Dan ingatlah, di antara mereka ada doa dan surga bagi kita. Semoga menginspirasi. 

Menikah Tanpa Cinta ? Bagaimana ya ......

Tidak ada komentar

Minggu, 11 Juni 2023

 

Mungkin Anda pernah mendengar cerita orang tua yang mengatakan, "Kami dulu menikah tanpa cinta, tetapi akhirnya kami saling mencintai setelah menikah,". Sudah jadi rahasia umum bahwa puluhan tahun lalu, banyak pernikahan terjadi karena perjodohan, paksaan (karena wanita tidak boleh menolak) dan sebagainya. Sehingga pernikahan berlangsung tanpa rasa cinta.

Umm.. apakah konsep seperti ini masih berlaku di masa kini?
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pemikiran menikah dengan cinta atau menikah dengan cinta belakangan. Hanya saja, pernikahan adalah momen yang sakral, saat kita memutuskan hidup selamanya dengan orang lain. 

Apakah kecocokan atau bahkan paksaan cukup untuk menjalani pernikahan yang seharusnya berlangsung seumur hidup? Ada beberapa risiko pernikahan yang dilakukan tanpa cinta, khususnya di masa kini. Inilah beberapa di antaranya.

Lebih Banyak Godaan
Menikah karena terpaksa atau sekedar "Ya sudahlah, kami sudah saling cocok dan dikejar umur," membuat banyak pasangan mengalami goncangan, bahkan di awal masa pernikahan. Godaan pihak ketiga sangat besar. 

Bisa dari mantan pacar, atau dari orang baru yang dirasa lebih cocok dan dianggap sebagai jodoh karena tumbuhnya cinta. Banyak pernikahan berakhir karena hadirnya orang ketiga yang lebih bisa memberikan cinta dan kenyamanan. "Untuk apa setia dengan dia, aku tidak mencintainya," itulah alasan yang sering diucapkan.

Kehidupan Rumah Tangga Hambar dan Tidak Bahagia
Pada akhirnya, pernikahan hanya sekedar melayani suami. Suami sekedar bekerja dan memberi nafkah istri. Anda dan dia akhirnya merasakan ada yang hambar dalam kehidupan sehari-hari. Rutinitas itu dilakukan hanya sebagai melaksanakan kewajiban semata. 

Akibatnya, banyak pasangan mengalami kebosanan dan tidak bahagia. Akibatnya, kembali pada efek nomor satu, godaan pihak luar sangat mungkin merusak pernikahan tanpa cinta.

Sering Bertengkar
Tanpa cinta, seringkali tidak muncul kompromi antara suami istri. Saling bertahan dengan pendapat masing-masing, saling merasa benar, tidak mau mengalah, akhirnya pertengkaran menjadi makanan sehari-hari. Hidup tidak akan nyaman dengan adanya pertengkaran. Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan dan kenyamanan dalam bentuk cinta. Jika cinta itu tidak datang dari pasangan, lalu harus didapat dari mana?

Anak Merasakan Dampaknya
Jika pasangan sudah memiliki anak, maka pernikahan tanpa cinta yang tidak bahagia akan memberi dampak pada anak. Jangan remehkan kemampuan anak memahami apakah kedua orang tuanya saling mencintai atau tidak. 

Anak akan belajar mencintai dimulai dari rumah, mereka bisa memahami apakah kedua orang tuanya saling mencintai atau tidak hanya dari percakapan sehari-hari. Jika pernikahan diisi dengan banyak pertengkaran, anak bisa tumbuh tidak bahagia dan membuat anak bersikap dingin saat dewasa.

Menikah dengan atau tanpa cinta, mana yang akan Anda pilih?
Don't Miss
© all rights reserved 2023
Created by Mas Binde