Lomba menulis Huruf Jawa untuk Sekolah Dasar |
Pemirsa, setiap negara mempunyai budaya yang macam-macam dan berbeda. Dan setiap Negara yang berbudaya tinggi mempunyai seni untuk berkomunikasi dengan sesama komunitasnya termasuk bahasa dan huruf untuk menyampaikan pesan dalam bentuk lambang atau tulisan.
Seperti di China, Arab, Jepang, India, Thailand, Mesir kuno, Yunani dan sebagainya, mempunyai ciri khas dalam penulisan huruf bahasanya. Bahasa Arab dengan huruf arabnya, bahasa Jepang dengan huruf kanji, sayangnya bahasa Indonesia tidak mempunyai huruf khas. Dan menggunakan huruf latin yang konvensional seperti yang digunakan Inggris, Amerika, dan lainnya.
Pada abad 19 Paku Buwana IX memberikan ajaran ( filsafat hidup ) berdasarkan aksara ha-na-ca-ra-ka dan seterusnya, yang dimulai dengan tembang kinanthi, sebagai berikut:
Nora kurang wulang wuruk Tumrape wong tanah Jawi Laku-lakune ngagesang Lamun gelem anglakoni Tegese aksara JawaIku guru kang sejati
(tak kurang piwulang dan ajaran bagi orang tanah Jawa perilaku dalam kehidupan maknanya aksara Jaw yaitu guru yang sejati)
Ajaran filsafat hidup berdasarkan aksara Jawa itu sebagai berikut :
Ha-Na-Ca-Ra-Ka
berarti ada ” utusan ” yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia ( sebagai ciptaan).•Da-Ta-Sa-Wa-La
berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data ” saatnya ( dipanggil ) ” tidak boleh sawala ” mengelak ” manusia ( dengan segala atributnya ) harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.Pa-Dha-Ja-Ya-Nya
berarti menyatunya zat pemberi hidup ( Ilahi) dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksdunya padha ” sama ” atau sesuai, jumbuh, cocok ” tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu ” menang, unggul ” sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan ” sekedar menang ” atau menang tidak sportif.Ma-Ga-Ba-Tha-Nga
berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.Urutan dasar aksara Jawa banyak dikenal orang karena berisi suatu “cerita”:
– Hana Caraka (ana 2 utusan/ ada utusan) – Data Sawala (pada bertengkar) – Padha Jayanya (Sama kuat/saktinya) – Maga Bathanga (Keduanya mati menjadi bangkai).
Bagi mereka yang kurang mengenal bahasa Jawa, diperlukan sedikit catatan.
/d/, /É–/, /j/, /b/, dan /g/ pada bahasa Jawa selalu dibunyikan meletup (ada hembusan h); ini memberikan kesan “berat” pada aksen Jawa.
ha, mewakili fonem /a/ dan /ha/. Bila aksara ini terletak di depan suatu kata, akan dibaca /a/. Aturan ini tidak berlaku untuk nama atau kata bahasa asing (selain bahasa Jawa).
Da dalam penulisan latin dipakai untuk /d/ dental dan meletup (lidah di belakang pangkal gigi seri atas dan diletupkan). /d/ ini berbeda dari bahasa Indonesia/Melayu.
dha dalam penulisan Jawa latin dipakai untuk /É–/ (d-retrofleks). Posisi lidah sama dengan /d/ bahasa Melayu/Indonesia tetapi bunyinya diletupkan.
tha dalam penulisan Jawa latin dipakai untuk /ʈ/ (t-retrofleks). Posisi lidah sama seperti /d/ tetapi tidak diberatkan. Bunyi ini mirip dengan bila orang beraksen Bali menyuarakan ‘t’.
Makna Huruf Dalam Hanacaraka
• Ha Hana hurip wening suci – adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci
• Na Nur candra, gaib candra, warsitaning candara – pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi
• Ca Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi – arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal
• Ra Rasaingsun handulusih – rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
• Ka Karsaningsun memayuhayuning bawana – hasrat diarahkan untuk kesajeteraan alam
• Da Dumadining dzat kang tanpa winangenan – menerima hidup apa adanya
• Ta Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa – mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup
• Sa Sifat ingsun handulu sifatullah – membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan
• Wa Wujud hana tan kena kinira – ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas
• La Lir handaya paseban jati – mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi
• Pa Papan kang tanpa kiblat – Hakekat Allah yang ada disegala arah
• Ja Jumbuhing kawula lan Gusti – Selalu berusaha menyatu memahami kehendak-Nya
• Ya Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi – yakin atas titah/kodrat Illahi
• Nya Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki – memahami kodrat kehidupan
• Ma Madep mantep manembah mring Ilahi – yakin/mantap dalam menyembah Ilahi
• Ga Guru sejati sing muruki – belajar pada guru nurani
• Ba Bayu sejati kang andalani – menyelaraskan diri pada gerak alam
• Tha Tukul saka niat – sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatan
• Nga Ngracut busananing manungso – melepaskan egoisme pribadi manusia
Wah, maknanya dalem banget ya pemirsa…..tapi bikin puyeng hahhahaa. Memang generasi sekarang sudah lupa atau tidak peduli dengan budaya asli yang mempunyai makna luhur dan tinggi falsafahnya. Pada hal di Suriname benua Amerika sana, huruf Jawa makin berkembang, kita aja yang sok kebarat-baratan nggak mau pake bahasa daerah yang katanya kurang gaul.....termasuk saya ! xixixixi
Tidak ada komentar
Posting Komentar