Ajisaka palsu |
Saya tidak tahu Ajisaka itu siapa, anaknya siapa, pegawai apa…kalau bisnis, bisnisnya apa….( sambil garuk2 kepala ). Tetapi konon katanya Ajisaka ini yang menciptakan tulisan atau huruf Jawa.
Identitasnya masih misterius menurut saya, atau saya yang belum tahu sejarahnya ? Please kasih petunjuk ke saya kalau sobat pembaca sudah tahu. Masih ingat sedikit cerita pak guru SD bercerita kisah tentang Ajisaka yang sakti mandraguna ini mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang sakti dan hobi makan manusia.
Sekarang saya tidak bercerita petualangan hidup Ajisaka, karena literaturnya belum lengkap, namun hanya sekedar cerita tentang asal mula huruf Jawa diciptakan.
da ta sa wa la, Keduanya terlibat perselisihan dan akhirnya berkelahi
pa dha ja ya nya, Mereka sama-sama kuat dan tangguh
ma ga ba tha nga, Akhirnya kedua abdi itu pun tewas bersama
pa dha ja ya nya, Mereka sama-sama kuat dan tangguh
ma ga ba tha nga, Akhirnya kedua abdi itu pun tewas bersama
Aksara Jawa ha-na-ca-ra- ka mewakili spiritualitas orang Jawa yang terdalam: yaitu kerinduannya akan harmoni dan ketakutannya akan segala sesuatu yang dapat memecah-belah harmoni.
Konon aksara Jawa ini diciptakan oleh Ajisaka untuk mengenang kedua abdinya yang setia.Dikisahkan Ajisaka hendak pergi mengembara, dan ia berpesan pada seorang abdinya yang setia agar menjaga keris pusakanya dan mewanti-wanti ( berpesan ) : janganlah memberikan keris itu pada orang lain, kecuali dirinya sendiri ( Ajisaka )
Setelah sekian lama mengembara, di negeri perantauan, Ajisaka teringat akan pusaka yang ia tinggalkan di tanah kelahirannya. Maka ia pun mengutus seorang abdinya yang lain, yang juga setia, agar dia pulang dan mengambil keris pusaka itu di tanah leluhur.
Kepada abdi yang setia ini dia mewanti-wanti: jangan sekali-kali kembali ke hadapannya kecuali membawa keris pusakanya. Ironisnya, kedua abdi yang sama-sama setia dan militan itu, akhirnya harus berkelahi dan tewas bersama: hanya karena tidak ada dialog di antara mereka.
Bukankah sebenarnya keduanya mengemban misi yang sama: yaitu memegang teguh amanat junjungannya? Dan lebih ironis lagi, kisah tragis tentang dua abdi yang setia ini selalu berulang dari jaman ke jaman, bahkan dari generasi ke generasi yaitu perbedaan pendapat membuat saling baku hantam.
Tidak ada komentar
Posting Komentar