Bulan Sura bagi masyarakat Jawa terutama Jogja merupakan bulan yang dianggap istimewa. Sebagian masyarakat Jawa percaya bahwa bulan Sura adalah gerbang untuk masuk ke dalam sebuah tatanan yang baru. Untuk memersiapkan diri menyambut sebuah tatanan yang baru masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai Jawa meyakini bahwa perlu melakukan sebuah laku prihatin. Laku prihatin tersebut memiliki tujuan supaya bisa lebih dekat dengan Tuhan YME dan bisa menjalani kehidupan di masa berikutnya dengan baik.
Berikut ini beberapa hal yang biasa dilakukan masyarakat Jawa saatbulan Sura.
Mubeng Beteng
Tradisi Mubeng Beteng biasanya dilakukan di malam pergantian 1 Muharam atau 1 Sura. Biasanya para abdi dalem bersama warga mengelilingi Benteng Kraton Jogja dengan mengirab pusaka berupa bendera Kanjeng Kyai Tunggul Wulung. Pusaka Kraton tersebut dipercaya merupakan bagian dari penutup Kabah yang dibawa oleh Iman Safi’i atas perintah Sultan Hamengku Buwono (HB) I.
Mubeng beteng dengan bendera pusaka Kraton pertama kali dilakukan pada tahun 1919 sebagai sebuah ritus untuk mengusir virus influenza yang mewabah di Jogja.
Dalam tradisi Mubeng Beteng para lelaku (peserta yang melakukan Mubeng Beteng) tidak boleh mengeluarkan sepatah kata pun. Selain itu para lelaku juga tidak diperbolehkan menggunakan alat penerang sehingga berjalan dalam kondisi gelap.
Larung Sesaji ke Pantai Selatan
Tradisi melarung sesaji ke Pantai Selatan atau biasanya dilakukan di Pantai Parangtritis merupakan salah satu hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa. Larung sesaji di Pantai Selatan dianggap oleh sebagian masyarakat Jawa sebagai wujud rasa syukur dari rejeki selama setahun yang sudah didapat.
Acara larung sesaji, diawali dari desa di dekat pantai. Kirab tersebut sambil membawa sesajen yang berisi hasil pertanian yang disusun menjadi gunungan. Gunungan tersebut berisi segala perlengkapannya seperti buah-buahan, kepala kambing,ingkung(ayam panggang utuh), jajanan pasar, dan yang tidak boleh ketinggalan adalah kembang 7 rupa , kemenyan. Sesampainya di laut, semua sesaji itu di lempar 1 per satu dengan disertai doa bersama.
Jamasan Pusaka
Upacara jamasan pusaka lazim dilakukan oleh masyarakat Jawa di Bulan Sura. Upacara jamasan adalah sebuah upacara memandikan atau membersihkan pusaka. Pusaka yang dimandikan biasanya berupa keris, tombak dan beberapa senjata lainnya.
Tujuan jamasan pusaka selain membersihkan pusaka agar tidak berkarat dan cepat rusak juga dipercaya akan mendatangkan keberuntungan karena tuah dari benda pusaka tersebut.
Kungkum
Tradisi kungkum biasa dilakukan sebagian masyarakat Jawa dimalam 1 Sura atau Muharam. Kungkum biasanya dilakukan dibeberapa tempat khusus seperti di tempuran Kali Progo, Umbul Pengging maupun di Tugu Suharto. Dalam tradisi Jawa, kungkum memiliki makna membersihkan jiwa dan raga. Tercapainya kondisi jiwa dan raga yang bersih dipercaya bisa membawa peruntungan di masa yang akan datang.