Grup musik keroncong dari Jogja Tjongpick merilis lagu baru berjudul Ngatidjem. |
- Musik keroncong merupakan salah satu genre musik yang memiliki banyak penggemar di Indonesia. Meski saat ini mulai tekikis dengan musik pop, musik keroncong tidak pernah gagal mengajak para penikmatnya untuk bernostalgia.
Musik keroncong lahir dari perpaduan budaya Barat dan Timur. Genre musik jenis ini mulai populer pada awal abad ke-20.
Dikutip dari laman indonesia.go.id, musik keroncong berkembang sebelum industri rekaman belum di mulai di Indonesia. Keroncong populer lewat berbagai pentas yang diselenggarakan.
Saat itu, musik keroncong dikenal sebagai musik rakyat yang berasal dari Kampung Tugu. Musik yang khas dan unik berhasil menarik para penonton dari berbagai daerah untuk menyaksikan pentas keroncong di Kampung Tugu.
Pada awal penemuannya, musik keroncong menjadi primadona masyarakat peranakan Indo-Eropa kelas bawah. Musik yang dibawakan dengan gitar besar, gitar kecil, seruling, piul, dan rebana berhasil memikat hati mereka.
Ada beberapa versi sejarah mengenai bagaimana musik keroncong sampai ke tanah Betawi. Namun, versi paling populer menyebutkan musik keroncong dibawa oleh orang Mestizos ke Batavia.
Orang Mestizos merupakan para keturunan pelaut Portugis yang akhirnya menikah dengan penduduk lokal dan menjadi koloni. Orang Mestizos kala itu membuat tradisi musik khas yang membuat mereka bernostalgia akan kehidupan mereka di kapal.
Lambat laun musik khas orang Mestizos ini diadaptasi oleh masyarakat Kampung Tugu menjadi cikal musik keroncong. Kreativitas warga Kampung Tugu saat membuat tradisi musik khas, akhirnya menciptakan tiga jenis gitar yang diberi nama Jitera, Prunga serta Macina.
Jitera adalah sebutan untuk gitar yang besar, Prunga sebutan untuk gitar yang sedang dan Macina sebutan untuk gitar yang kecil. Ketika memainkan ketiga gitar tersebut akan muncul suara 'krong-krong' serta 'crong-crong'.
Bunyi gitar inilah yang menjadi awal mula penamaan musik keroncong. Tradisi musik khas dan penciptaan tiga alat musik ini memunculkan pertunjukan ansambel yang menjadi cikal bakal lahirnya musik keroncong, yang saat itu dinamai Krontjong Toegoe.
Memasuki abad ke-20, musik keroncong mulai menyebar dari Batavia hingga ke Surabaya. Musik keroncong saat itu digunakan sebagai lagu pengiring dalam pentas teater komedi yang membawakan kisah dari Timur Tengah.
Musik keroncong juga menjadi instrumen tradisional pengiring pertunjukan Sandiwara Komedi para bangsawan bernama Komedie Stamboel. Musik keroncong juga diadaptasi dalam berbagai bentuk, seperti langgam Jawa.
Kemudian berkembang menjadi campursari. Keroncong koes-plus yang berirama rock dan keroncong dangdut yang kemudian menjadi congdut.