Namaku Tiwi, menikah pada tahun 2014 dan sampai sekarang belum dikaruniai momongan. Suamiku tidak mempersoalkan hal itu. Kami jalani cobaan ini sampai suatu saat suamiku dijebak seorang janda.
Suamiku rajin olahraga, hobinya adalah fitnes. Dia fitnes di gym dekat rumah kami. Di gym itu kasirnya adalah seorang janda beranak satu, sebut saja namanya Riri.
Setiap hari minggu suamiku suka nonton even body contest. Ketika aku nonton body contest bersama suamiku di GOR Jakarta Timur, itu lah kali pertama kali aku ketemu Riri, firasat sudah jelek terhadapnya.
Riri adalah janda muda yang cantik, di tempat fitnes banyak laki laki yang mengejarnya.
Setahu aku Riri dan suamiku tidak mempunyai kedekatan yang special. Suamiku hanya menyukai anak Riri, nama nya Dara, seorang gadis kecil yang cantik dan pintar.
Dara adalah gadis kecil yang kurang perhatian dari orang tuanya. Karena setiap malam Riri suka keluyuran sampai larut malam dan Dara hanya dititip ke neneknya. Bahkan Bapaknya pun tak pernah menafkahinya.
Suamiku punya teman, nama nya Rusli. Rumah Rusli dekat dengan Riri. Tepatnya Riri dan orang tuanya ngontrak di rumah Rusli. Setiap kali suamiku main ke tempat Rusli, suamiku suka membawakan oleh-oleh buat Dara dan memberinya uang jajan.
Dari situ lah aku menilai kebaikan suamiku dimanfaatkan oleh Riri. Karna suamiku suka sama Dara, Riri pun berusaha untuk menggoda suamiku. Dia suka mengajak jalan-jalan suamiku dengan alasan Dara pengen jalan-jalan. dan tanpa sepengetahuanku mereka pun suka jalan jalan sore.
Pada hari minggu ada acara nonton body contest di senayan. Suamiku dan temen-temennya pergi menggunakan motor. Dan suamiku di paksa untuk membonceng Riri untuk pergi ke kontes itu. Walau pun suamiku sudah menolak tapi teman-temannya yang lain memaksa membonceng Riri.
Dari situ lah suamiku agak dekat dengan Riri. Di suatu sore Riri mengajak jalan suamiku, katanya ingin curhat tentang pacarnya. Mereka berdua pun jalan dan nongkrong di bukit Kalimalang.
Suami ku bertanya sama Riri; “ri, ngobrol enak nya di mana ya???
Dari situ Riri menjebak suamiku. Riri membawa suamiku ke sebuah hotel di kawasan Jati Negara. Suamiku hanya bengong karena seumur umur belum pernah masuk hotel.
"Suamiku pun di bodoh-bodohin sama Riri karna tidak tahu prosedur masuk hotel."
Sampai di dalam hotel mereka hanya mainin hp untuk beberapa waktu. Sesudah agak lama, Riri berkata: “memang di hotel cuma mau maen hp??” kata Riri, suamiku cuma bingung, “mau melakukan apa???
Lantas setan apa yang merasuki suamiku, akhirnya hubungan itu pun terjadi. Dalam melakukan hubungan pun suamiku tidak menikmatinya. Perasaan suami hanyalah ketakutan saja. Takut di grebek polisi dan setelah selesai melakukannya suamiku pun menanyakan tarif nya. Dan Riri pun meminta 300 ribu untuk tarifnya. Suamiku pun membayarnya.
Dan selang beberapa hari, suamiku pun masih penasaran terhadap Riri, apa sebenarnya Riri itu adalah seorang pel4cur? suamiku mengajaknya untuk cek in lagi dan suamiku kembali membayarnya dengan tarif yang sama.
Tidak lama kemudian, Riri mencari suamiku, dan dia dimintai tanggung jawab karna Riri mengaku hamil. Dan suamiku berkata. “Ngga mungkin aku menghamilimu karna aku main bersih, aku keluarkan di luar” dan Riri menjawab. “Aku tuh sangat subur mas, makanya ga bisa kesenggol sedikit pun.”
Mereka pun berdebat, suamiku menyangkalnya, karena selama ini sebenarnya yang mandul itu suamiku. Selama kami berobat suami yang selalu bermasalah. Dasarnya Riri hanya ingin cari orang untuk bertanggung jawab, dia selalu bisa membantah suamiku.
Suamiku pun berkata” bukannya aku membayarmu, kenapa kamu minta tanggung jawab kepadaku??”
Singkat cerita akhirnya suamiku pun terpaksa bertanggung jawab. Dan Riri hanya minta agar bayinya digugurk4nnya saja. Tapi pada kenyataannya Riri tidak mau di antar ke dokter. Katanya dia takut. Riri minta uang 3 juta untuk membeli obat untuk m3nggugurkan kandungannya.
Suamiku memberinya. Tapi Riri berbohong, uangnya dipakai untuk foya-foya, jalan bersama pacarnya. Dia bilang sama suamiku obatnya tidak manjur. Riri meminta uang lagi kepada suami sebesar 2,5 juta, kata temannya ada ob4t yang sangat manjur. Entah uangnya untuk apa lagi, kenyataannya hamilnya tidak gugur juga.
Dan akhirnya mereka berdua sepakat untuk merawat bayi dalam rahim Riri itu. Riri lalu menggunakan kesempatan itu untuk morotin suamiku. Setiap ada kesempatan Riri meminta suamiku untuk mengunjunginya dengan alasan bayi yang ada dalam perutnya.
Dan setiap mengunjunginya Riri pun meminta uang pada suamiku. Dan Riri mengenalkan suamiku pada teman-temannya sebagai pacarnya.
Dan pintarnya, suamiku menyembunyikan masalahnya dariku hingga berbulan bulan. Walau pun di dalam hatiku juga merasakan kehampaan. Karna aku juga lagi mengejar target mengumpulkan uang untuk rencana bayi tabung jadi aku pun kurang peka terhadap suamiku.
Berawal dari uang arisan 13 juta yang tidak diberikan kepadaku, aku pun mendesak menanyakan keberadaan uang itu. Dari situ lah suamiku membuka rahasia yang sudah 7 bulan dia simpan sendiri.
Dia pun menceritakan semuanya kepadaku, betapa hancurnya hatiku. Suamiku menghamili orang yang tidak aku suka. Aku pun menangis sejadi-jadinya. Dan suamiku hanya bisa meminta maaf kepadaku.
Suamiku bilang walau aku meninggalkannya dia tidak akan pernah menikahi Riri. Dan sampai saat itu suamiku merasa kalau anak yang dikandung Riri bukan anaknya. Dan sebagai perempuan, hatiku sakit suamiku bisa menghamili perempuan lain tapi terhadapku justru tidak bisa.
Aku mendesak suamiku untuk membutikan kalau anak yang dikandung Riri bukan anaknya. Aku bilang pada suamiku, jika Riri mau mengaku anak yang dikandung bukan darah daging suamiku aku mau mengadopsinya. Dan aku mau membiayai seluruh kebutuhannya.
Karna Riri sudah meminta kost sendiri dengan alasan perutnya sudah membesar takut orang tua tau. Karna sejauh ini pun orang tua Riri tidak mengetahui keadaan anaknya.
Beberapa hari kemudian suamiku mendesak Riri, agar Riri jujur anak siapa yang di kandungnya. Dengan mengancamnya tidak mau mengurusnya lagi. Akhirnya Riri pun mengaku bahwa anaknya bukan anak suamiku. Dan Riri pun di bawa ke hadapanku.
Kepadaku Riri mengakui kalau anaknya bukan anak suamiku. Aku lega mendengarnya, aku pun bilang pada Riri aku mau merawat anaknya dan membiayai seluruh kebutuhannya. Saat itu hatiku tidak lagi sesakit dulu.
Dua hari kemudian Riri aku bawa ke rumah sakit untuk melakukan USG dan pemeriksaan terhadap bayi, aku hanya ingin melihat bayinya apakah sempurna. Karna bayi itu pernah akan d1gugurkan.
Dan betapa terkejutnya suamiku setelah mengetahui bahwa Riri hamilnya sudah menginjak usia 8,5 bulan. Karna suamiku mengaku mengenal Riri belum selama itu. Kepada suamiku, Riri bilang hamilnya baru jalan 7 bulan.
Suamiku teramat sangat kaget karna usia kehamilan Riri dan jenis kelaminnya perempuan. Dulu Riri bilang anaknya cowok ketika dia minta uang untuk USG. Dan ketika itu Riri menolak untuk di antar suamiku.
Suamiku shok, depresi karena merasa ditipu, diporotin dan dikhianati. Suamiku minta penjelasan terhadap Riri, Riri pun tak mau menjelaskan dengan alasan sedang hamil tua jangan di bikin stres. Katanya semua akan dijelaskan setelah melahirkan nanti. Dan suamiku pun menyetujuinya.
Dan setelah beberapa hari Riri pun kost sendiri. Dia pamit kepada orang tuanya kalau dia kerja di sebuah show room motor. Orang tuanya pun mengijinkannya.
Disinilah waktu nya aku berperan. Aku membiayai segala kebutuhan Riri. Dan setiap minggu pun aku mengirimi uang buat Dara, anaknya. Saat Riri kost aku pun depresi takut terjadi apa apa. Nama nya juga ngurusi orang hamil tua, tanpa sepengetahuan orang tuanya. Tempat kostnya pun jauh dari rumah ku. Ada nya di lantai 2 dengan tangga yang sangat sempit.
Pikiranku pun sangat kotor, nanti bagai mana kalau Riri jatuh dari tangga, bagaimana kalau dikerjaain tetangganya, karna lingkungannya aku rasa bukan lingkungan yang benar, bagaimana kalau nanti terjadi apa-apa waktu melahirkan? aku pun stres di buatnya.
Akhirnya waktunya untuk melahirkan pun datang, karna melahirkan secara ceasar jadi sudah di jadwalkan sama dokter ketika pertama kali aku ajak periksa yaitu hari senin tanggal 9 mei.
Aku pun mengantarnya, mengurusinya dan membiayainya. Dan setelah dokter membolehkan kami pulang, kami pun pulang, Riri di jemput oleh 2 orang temannya. Atas kesepakatan kami berdua sejak dulu anaknya aku ambil.
Aku jemput Riri pulang, tadinya Riri tidak mau satu mobil dengan kami, dia minta dicarikan taksi aja. Karna taksinya tidak ada Riri terpaksa mau di antarkan pulang oleh kami.
Akhirnya Riri dan teman-temannya turun di sebuah restoran untuk makan. Dan di situlah kami berpisah. Aku pesan kan mereka makanan dan aku kasih uang buat Riri dan tanda tangan surat adopsi anaknya. Akhirnya kami pun berpisah.
Aku pulang bersama anaknya. Dan sampai saat ini pun anaknya aku rawat dengan baik. Anaknya tumbuh menjadi anak yang cantik. Suamiku pun sangat menyayanginya.
Tapi, kenapa sampai saat ini rasa sakit hatiku tak pernah hilang? seolah kebahagiaanku telah di renggut olehnya. Rasa sakit hatiku ketika suamiku menghianatiku, meski aku tau suamiku hanya dijebak, suamiku yang dituntut selama hampir 7 bulan seolah-olah suamiku itu miliknya. Sakit hati karna ingin menyingkirkanku dari dunia ini… sampai saat ini pun luka hatiku belum sembuh.
Dan aku pun ingin belajar untuk bangkit dari keterpurukan ini. aku tau suami ku juga pasti merasakan sakit hati yang amat dalam. maaf riri sampai saat ini aku masih sangat sangat membenci ntah sampai kapan kebencian ku akan hilang terhadap mu. terima kasih ***
Tidak ada komentar
Posting Komentar